Home / Pernikahan / Pengantin Kecil Tuan Xavier / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Pengantin Kecil Tuan Xavier: Chapter 171 - Chapter 180

227 Chapters

Bab 40 - S2 - FromNight

"Ya Tuhan, kamu cantik sekali Shei," ujar Alarich ketika melihat sepupunya. "Sayang kamu sepupuku, andai saja aku orang lain. Sudah aku pacari kamu." Plak "Aww," ringis Alarich. Lantas ia menoleh ke belakang dan menatap sang ayah, Xavier. Yang tengah melihatnya tajam. Alarich menggaruk kepalanya yang tak gatal, kala di tatap seperti itu. "Hehehe, bercanda ayah. Aku tidak serius." Sheinafia hanya terkekeh kala melihat Alarich yang langsung menciut kala di tatap seperti itu oleh sang ayah. Sheinafia menghampiri cinta pertamanya itu. Dan memeluk tubuh yang masih sangat terlihat kekar dan segar itu. Sampai saat ini, Nandini belum menyapa Sheinafia. Membuat gadis cantik itu berpikir heran. "Hati-hati di sana, Sayang. Dan jangan lewat dari jam sebelas malam. Al," panggil Xavier pada sang putra. Alarich mengangguk. Dan memberikan jempolnya pada sang ayah. Amanat yang di berikan oleh Xavier tentu saja akan di laksanakan sebaik mung
Read more

Bab 41 - S2 - Musibah

"Stop, Shei! Ah shit!" Sepanjang perjalanan Rain mengumpat kasar. Ia tidak tahu harus membawa kemana Sheinafia. Sementara tangan halus gadis itu terus menjelajahi dada bidang Rain. Membuat darah lelaki itu seketika berdesir hebat. Rain mencoba menjaga kewarasannya. Ia tidak mau jika sampai terjadi sesuatu pada mereka berdua. "Aku bawa kemana? Tidak mungkin aku membawanya ke hotel," gumam Rain. Namun dia tidak mempunyai pilihan selain membawa Sheinafia ke hotel. Penampilan Sheinafia sudah kacau, dress yang ia pakai sudah melorot, bahkan dalaman dari gadis itu hampir terlihat. "Sial! Siapa yang berani menjebak gadis ini. Apa dia tidak takut berhadapan dengan om Xavier. Aku yakin jika ia menemukan siapa pelakunya, aku yakin dia tidak akan melepaskannya." Saat ini Rain, tengah membawa Sheinafia ke dalam kamar pesanannya. Perempuan itu terus meracau kepanasan. Buah dadanya sudah hampir terlihat, akibat dari tangannya yang tidak bisa diam. R
Read more

Bab 42 - S2 - Kecelakaan Berujung Nikmat

"Aku harap setelah kau sadar nanti, kau tidak akan pernah menyesali semua ini," lirih Rain. Sheinafia menatap sayu pada Rain. Gairahnya sudah berada di ujung. Entah berapa banyak dosis yang di berikan pada minumannya. Rain sendiri sudah tidak bisa menahan hasratnya. Dia pria normal, dan pria mana akan menolak di suguhkan dengan pemandangan yang begitu memantik jiwa kelelakiannya. "Aku tahu, Rain. Semua ini pun di luar kendaliku,ahh," desah Sheinafia kala miliknya bergesekan dengan milik Rain. Rain pun menundukkan kepalanya. Mengecup bibir ranum milik Sheinafia, bibir yang sejak kemarin ingin sekali ia cicipi. Dan nyatanya, semesta mendukungnya malam ini mereka menghabiskan malam panas. ****** Sementara itu, Alarich masih menunggu kedatangan sang ayah, Xavier. Lelaki itu memutuskan untuk mengajak Bara dan juga Abrian. Bara lelaki itu sudah lama ikut dengannya. Dan Xavier mengakui kemampuan lelaki itu. Meskipun dulu ketika Nand
Read more

Bab 43 -S2-Menemui Xavier

"Syifa?!" lirih Xavier. Entah kebetulan atau apa, nama gadis yang sempat ia tabrak ternyata ada di dalam nama salah satu tamu yang datang ke Ballroom tempat acara itu di laksanakan. "Siapa sebenarnya kamu itu, Syifa? Entah kenapa aku merasakan jika kedatanganmu akan membawa kehancuran," lirih Xavier yang masih bisa di dengar oleh Abrian. Kedua lelaki tampan itu tampak terdiam. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. "Kau tahu, Bri. Semenjak kedatangan gadis ini, istriku menjadi berubah. Sikapnya dan juga perangainya, ia yang tidak pernah sama sekali mendiamkan putriku. Namun, kemarin aku melihat dengan mata kepalaku sendiri jika Nandini bersikap acuh pada Sheinafia. Sean dan Samudera pun hanya menatap heran pada ibunya, begitu juga dengan Alarich. Entah kenapa aku merasa jika kedatangan Syifa akan menghancurkan hidup putri kecilku," gumam Xavier. Terlihat sekali jika ia khawatir. Namun, Abrian pun mengerti jika Xavier pun tidak
Read more

Bab 44 - S2 - Perdebatan Sengit

"Ayok, Sayang. Tidak perlu takut, Daddy akan menjelaskan semuanya pada ayahmu. Jikalau ia marah padamu, Daddy dan Rain akan membelamu," ujar Alexander Zaderta. Rain mengenggam lembut tangan mungil Sheinafia. Jelas sekali terlihat ketakutan di dalam binar indahnya. Alexander sendiri tidak keberatan jika setelah ini putranya harus menikah dengan Sheinafia. Meskipun semua ini karena sebuah kecelakaan. "Bukan itu yang aku takutkan, tapi ... Ibu pasti akan sangat kecewa padaku. Dan ia pasti akan marah sekali," lirih Sheinafia. Alexander mengerti yang menjadi ketakutan gadis cantik itu. Tentunya Xavier pun tidak akan dengan mudah menerima kenyataan yang sudah terjadi pada putri kesayangannya. "Ada Daddy, biar Daddy yang akan berbicara dengan kedua orang tuamu," ucap Alexander lembut. "Ya, apa yang Daddy katakan benar. Kamu jangan khawatir sayang, karena ada aku yang akan selalu berada di garda terdepan," timpal Rain. Akhirnya de
Read more

Bab 45 -S2 - Perdebatan Sengit 2

"Maksud kamu apa, Rain?!" Rain tidak menjawab, tetapi ia mengalihkan pandangannya pada Xavier yang tampak memijat keningnya. Rain yakin jika saat ini, pria matang itu pasti tengah pusing. Rain menatap Syifa yang duduk dekat Nandini. Entah apa yang di lakukannya hingga Nandini begitu menyukai gadis itu. Xavier membuka suaranya, ia menatap gadis yang berada di samping sang istri. Firasat Xavier memang sudah sangat jelek, ketika pertama kali bertemu dengannya. "Hei kau," seru Xavier. "Lebih baik kau pergi dari sini! Kau bukan bagian dari keluargaku jadi sebaiknya kau pergi!" hardik Xavier. Nandini membola mendengar ucapan suaminya. Ia menggeleng, tentu dirinya tidak rela jika Syifa pergi. "Tidak, Sayang!? Bagaimana mungkin kamu menyuruh Syifa pergi. Dia baru saja datang, Sayang?!" Xavier menggeleng, istrinya itu benar-benar sudah buta. "Kita pindah ke ruang kerja!" Lalu Xavier berlalu dari hadapan Nandini, di ikuti oleh Ab
Read more

Bab 46 - S2 - Keputusan Xavier

"Kau yakin!?" tanya Xavier ragu. Alexander mengangguk, lantas ia mengeluarkan rekaman ketika Rain menginterogasi pelayan yang memberikan minuman itu pada Shei. Wajah Xavier sudah memerah, rahangnya mengeras. Tangannya mengepal, sorot matanya terlihat sekali amarah yang begitu besar. Tidak dapat Xavier sangka, jika gadis yang ia tabrak ternyata memiliki niat jahat pada keluarga kecilnya. Bahkan ia dengan begitu beraninya menjebak putri kesayangannya. Putri yang begitu ia jaga sedari kecil. "Kita kumpulkan bukti-bukti terlebih dahulu. Setelah itu kita jebloskan dia ke penjara," ujar Alexander datar. Xavier menggeleng, penjara? Tidak ia tidak setuju jika perempuan itu harus di penjara. Xavier lebih memilih untuk memberinya hukuman dengan tangannya sendiri. "Aku tidak setuju! Biar tanganku sendiri yang memberinya hukuman, karena ia tidak hanya membuat putriku menangis namun juga membuatku bertengkar dengan istriku! Entah apa yang di pikirka
Read more

Bab 47 - S2 - Kesedihan Sheinafia

"Ibu, apa sebegitu marahnya ibu terhadap Shei?" lirih Sheinafia ketika ia sudah berada di dalam kamarnya. Xavier memboyong anak-anaknya ke Mansionnya yang lain, sementara Nandini tetap berada di Mansion sebelumnya. Xavier kecewa terhadap istrinya, ia tidak menyangka jika Nandini akan bersikap egois seperti itu. Sebagai seorang ibu, seharusnya Nandini merengkuh sang putri. Bukan malah menyalahkannya. Kekecewaan Xavier begitu dalam, sehingga untuk saat ini ia lebih memilih untuk memenangkan dirinya. "Sayang, maafkan aku karena harus meninggalkanmu sendirian. Tunggu aku sampai bisa membuktikan jika gadis itu tidak seperti yang kamu pikirkan selama ini," lirih Xavier seraya menatap poto pernikahannya. Sementara Nandini, ia tengah berada di dalam kamarnya yang begitu mewah dan luas. Kosong, dan hampa yang ia rasakan. Suaminya memilih untuk pergi bersama dengan putra putrinya, kini ia tinggal sendiri. Nandini meraih poto pernikahannya, ia usap gamba
Read more

Bab 48 - S2 - Ketahuan

"Kamu masuk lewat pintu balkon?! Terus ke sini naik apa?!" tanya Sheinafia heran. Gadis cantik itu mau turun dari atas pangkuan Rain, namun lelaki tampan itu menahan tubuh Shei. Ia memeluk erat pinggang Sheinafia. "Aku mau turun," lirih Sheinafia. "Biarkan seperti ini dulu," gumam Rain. "Shei, bila esok kita menikah, maukah kamu?!" Sheinafia menatap wajah tampan Rain. Shei dapat melihat ketulusan dan cinta yang besar dari binar mata Rain. Rain menatap wajah cantik Sheinafia dengan begitu dalam. Seolah ia tidak bisa menikmatinya di esok hari. "Apa kamu yakin? Masalahnya kita masih sangat muda, aku ... takut," ucap Sheinafia pelan. Rain terdiam, tentu ia tahu bagaimana kekhawatiran Sheinafia. Mereka masih sangat muda, tentu tidak mudah membina rumah tangga di usia yang begitu muda. Secara ego mereka masih sangat tinggi. "Apa yang kamu takutkan, hmm?" tanya Rain seraya menyelipkan rambut yang menutupi wajah
Read more

Bab 49 -S2- Kekesalan Xavier

"Sedang apa kau di sini, Rain!?" tanya Xavier datar. Rain maju mendekat ke arah Sheinafia yang berdiri di apit oleh kedua adiknya. Ia menatap penuh cinta pada Sheinafia. Seseorang yang sudah tertambat di hatinya semenjak mereka kecil. Lalu Rain mengalihkan pandangannya, menatap lelaki matang dengan rambut gondrong yang sengaja ia ikat. Ah calon ayah mertuanya, mirip sekali dengan mafia-mafia di luaran sana. "Maaf, Om. Jika saya memasuki kamar putri ...." Bugh Belum menyelesaikan ucapannya, sebuah pukulan mampir di rahang tegas Rain. Membuat lelaki itu reflek, mundur ke belakang akibat pukulan yang di berikan oleh Xavier. Sheinafia menjerit, kala melihat ayahnya memukul lelaki yang beberapa menit lalu mengajaknya menikah. "Ayah!" jerit Sheinafia. Lantas ia memeluk lengan kekar sang ayah. Sheinafia menggeleng dengan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya. "Ayah, jangan pukuli Rain lagi. Kami tidak melakukan apapun, Rai
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
23
DMCA.com Protection Status