Semua Bab Pengantin Kecil Tuan Xavier: Bab 161 - Bab 170

227 Bab

Bab 30 - S2 - Kedatangan Seseorang

Nandini memeluk erat tubuh Sheinafia. Ia senang sekaligus lega, sebab sang putri sudah kembali ingatannya. Benar, rumah tempat pertama yang menjadi kembalinya ingatan sang putri. "Ibu senang sekali, Sayang. Akhirnya kamu sudah mengingat kami semua," ucap Nandini. Sheinafia mengangguk, Xavier menghampiri sang putri. Dan mengecup lembut puncak kepalanya. Sheinafia menatap sang ayah. Lelaki pertama yang ia cintai. "Ayah, bagaimana ujian Shei?" tanyanya cemas. Xavier tersenyum. Putrinya pasti mengingat tentang sekolahnya, padahal keadaannya belum pulih sepenuhnya. "Kamu tenang saja, Sayang. Alarich sudah membawakan kertas ujianmu, Nak dan ...." "Aku sudah mengerjakannya. Jadi kamu tenang saja." Mendengar perkataan Alarich membuat Sheinafia memberengut. Apa-apaan, mengisi jawaban ujian miliknya. Alarich yang di tatap seperti itu oleh Sheinafia langsung menyembunyikan tubuh besarnya di belakang tubuh mungil sang ibu, Namilea. Memeluk erat t
Baca selengkapnya

Bab 31 -S2 - Syifa Anandia Putri

"Ya Tuhan, semoga saja dia tidak apa-apa!" Xavier membawa gadis yang di tabraknya menuju rumah sakit. Di tengah perjalanan ia menghubungi Abrian, jika dirinya akan datang terlambat ke perusahaan. Ada hal yang terjadi, sehingga membuatnya datang terlambat. Xavier juga menghubungi sang istri, tidak ingin membuatnya khawatir bila dirinya tidak memberitahukan kabar. Nandini yang kebetulan tengah berada bersama Sheinafia, tampak kaget kala ponselnya berbunyi. [Ya, Sayang? Ada apa?] [Sayang, kamu sedang apa?] Nandini mengerutkan keningnya, tidak biasanya sang suami menghubunginya sepagi ini. Biasanya ia akan menghubungi dirinya ketika akan menuju makan siang. Meskipun kenyataannya bila sekedar mengabari melalui pesan mereka sering lakukan. [Aku tengah menemani Shei, Mas. Kenapa? Tumben kamu meneleponku, kamu baik-baik saja'kan Mas?] Xavier terdengar menghela nafasnya kasar. Entah harus seperti apa ia menjelaskannya pada sang istri.
Baca selengkapnya

Bab 32 -S2 - Orang Baru

Nandini menatap gadis yang baru saja histeris. Entah apa yang terjadi di dalam hidup gadis itu. Namun, Nandini dapat melihat jika ia begitu tergoncang. Berbeda dengan Xavier, ia hanya menatap datar pada Syifa. Pria dingin itu bukannya tidak berempati, hanya saja ia memang seperti itu jika bertemu dengan orang baru. "Mas, dia tertabrak di mana?" tanya Nandini. Xavier yang mendengar suara Nandini langsung menoleh pada istri tercintanya. Menatap dalam wajah yang selalu menjadi penyemangatnya. "Aku tidak tahu, Sayang. Tepatnya di sebelah mana. Hanya saja jika tidak salah, beberapa meter dari Mansion kita. Dia tiba-tiba berlari, dan aku tidak bisa menghindari dari kecelakaan. Hanya saja yang membuat aku janggal, mengapa dia berada di jalanan menuju Mansion kita sedangkan kamu tahu Sayang. Jarak dari jalan utama menuju jalan Mansion kita itu jauh, dan juga tidak sembarangan orang bisa memasuki jalanku." Nandini terdiam mendengar penjelasan Xavier, mema
Baca selengkapnya

Bab 33 -S2 - Kegelisahan Sheinafia

"Mengapa hatiku rasanya sakit sekali, aku tidak tahu mengapa! Hanya saja tiba-tiba hatiku rasanya seperti tertusuk jarum." Saat ini, Sheinafia tengah duduk di beranda belakang rumahnya. Ia menatap hamparan bunga yang tertanam di sana. Meskipun mungkin matanya menatap bunga, tetapi pikiran Sheinafia entah berada di mana. Tatapan matanya pun terlihat begitu kosong. "Entah kenapa aku segelisah ini," monolog Sheinafia. Ia kembali menatap bunga-bunga yang memang sengaja di tanam oleh Nandini kala ia mengisi waktu luangnya. Nandini kerap kali mengisi waktunya dengan berkebun atau menyulam. "Shei," panggil Namilea. Sheinafia menoleh dan menatap Namilea, perempuan cantik yang seumur dengan ibunya. Wanita yang memiliki sikap yang begitu lembut dan ia jarang marah, begitu juga Nandini dan Melati. "Iya, Ma. Kenapa?" jawab Sheinafia dengan berteriak juga. "Aduh, Mama cari-cari kamu. Ternyata kamu di sini, Nak," tukas Namilea. Sheinafia ter
Baca selengkapnya

Bab 34 - S2 - Obrolan Sheinafia Dan Alarich

"Sayang, tolong kamu pikirkan kembali. Mengajaknya ke rumah, ke rumah kita!" Xavier masih menatap Nandini dengan tatapan datarnya. Entah kenapa anak buahnya pun tidak menemukan bukti apapun mengenai gadis itu. Itulah alasan mengapa Xavier tidak mau jika gadis itu di ajak tinggal bersama dengannya. Nandini hanya diam saja menatap Xavier. "Dia bisa tinggal di salah satu apartemen kita, tapi tidak di Mansion. Tolong mengertilah, kamu tahu aku bagaimana." Nandini tetap bungkam. Entah kenapa kali ini ia tidak sependapat dengan suaminya. "Tapi, Mas ...." "Please, untuk kali ini saja. Turuti aku, kamu tahu sayang. Aku bahkan tidak dapat menemukan bukti apapun mengenai gadis itu, siapa orang tuanya. Atau saudaranya." Nandini menghela nafasnya. Tak lama kemudian ia menganggukkan kepalanya. "Baiklah, Mas. Aku setuju jika ia tidak tinggal di Mansion bersama kita. Tapi izinkan ia untuk selalu datang ke Mansion. KAPANPUN!" Xavi
Baca selengkapnya

Bab 35 - S2 - Perdebatan

Sore ini, Syifa di perbolehkan pulang. Karena ia tidak mengalami luka parah. Hanya beberapa luka gores di kedua lengan gadis itu. Wajah Xavier sama sekali tidak bersahabat semenjak tadi. Syifa pun hanya diam, menjaga image dirinya. Dan untuk memuluskan rencananya. "Nyonya, tidak perlu repot-repot. Saya bisa kembali ke tempat saya dulu, Panti Asuhan." Nandini tersenyum, dan mengelus lembut punggung tangan Syifa. Nandini begitu menyambut kedatangan Syifa. Berbeda dengan Xavier. "Tidak apa-apa. Tapi maaf jika aku tidak bisa mengajakmu tinggal di Mansion bersamaku. Kamu akan tinggal di apartemen dan nanti ada pelayan yang akan menemanimu. Kamu juga sesekali bisa mengunjungi kami di Mansion." Syifa menyunggingkan senyumnya. Sementara Xavier tampak mendengarkan saja obrolan mereka berdua. Ponsel Xavier tiba-tiba berbunyi, nama sang putri tampak menghiasi layar ponselnya. [Ya, Sayang. Ada apa?] Ucapan Xavier terdengar begitu hangat. Berbeda
Baca selengkapnya

Bab 36 - S2 - Perubahan Sikap Nandini

"Pergilah beristirahat, supaya kamu lekas sembuh," ucap Nandini dingin. Sheinafia mematung kala mendengar perkataan yang terlontar dari bibir sang ibu. Baru kali ini, Nandini bersikap seperti itu padanya. Sheinafia heran, bagaimana bisa sikap sang ibu berubah. Sementara sebelum ia pergi ke rumah sakit, sikapnya masih seperti biasa. "Pergilah! Ibu ingin sendiri," tukas Nandini. Sheinafia pun memilih untuk meninggalkan sang ibu. Meski hatinya remuk redam, sesak dan juga sakit mendapat penolakan seperti ini. Alarich berdiri di depan pintu kamar Nandini, ia menatap wajah sedih dan sayu Sheinafia. "Kenapa?" tanyanya lembut. Sheinafia mendongak menatap wajah Alarich dan memaksakan senyumnya, "Aku tidak apa-apa, Al. Kamu sedang apa? Mau bertemu ibu?" tanya Sheinafia mencoba menyembunyikan kesedihannya. Namun, Al sudah hafal bagaimana sifat dan sikap Sheinafia. Dan ia tahu, jika Sheinafia tengah menyembunyikan
Baca selengkapnya

Bab 37 - S2 - Kesakitan Sheinafia

Syifa menyeringai kala Xavier tidak bisa menemukan taksi yang ia tumpangi. Lantas gadis itu meminta sopir taksi untuk melajukan mobilnya menuju rumah yang ia tempati. Setelah sampai, gadis itu pun segera turun dari taksi. Dan berjalan menuju rumah yang sudah mulai di tumbuhi ilalang. "Hai rumahku! Apa kabar? Maafkan aku karena harus meninggalkanmu, ada misi yang tengah aku lakukan saat ini! Dan maafkan wahai wajah, karena aku harus terus memakai topeng ini! Karena jika aku buka topengku, sudah pasti Rain akan mengenaliku," lirihnya begitu sampai di dalam rumah. Gadis itu mengedarkan pandangannya. Menyapu ruangan demi ruangan yang berada di rumahnya. Dulu ya dulu sekali, rumahnya ini hangat. Namun, karena ambisi sang ayah. Syifa harus kehilangan segalanya. Gadis itu tampak duduk di dekat jendela besar yang langsung menghadap ke taman belakang, pikirannya menerawang ke kejadian beberapa bulan lalu dimana ketika itu sang ayah memaksanya untuk menguj
Baca selengkapnya

Bab 38 - S2 - Kedatangan Syifa

[Ya, Sayang. Tante tunggu di Mansion. Nanti sopir akan jemput kamu ke Apartemen.] Sepenggal percakapan Nandini dan entah seseorang, terdengar oleh Sheinafia. Dalam hati ia bertanya-tanya, siapa yang sudah menghubungi ibunya. Bahkan ibunya begitu senang dan welcome menyambut orang itu. Ingin sekali Shei bertanya, namun sikap Nandini akhir-akhir ini membuatnya enggan untuk hanya sekedar menyapa. Ia takut jika ibunya akan terganggu oleh sikapnya. "Hei, sedang apa?" tanya Alarich. Sheinafia mendongak menatap pria yang selalu berada di garda terdepannya itu selain si kembar dan tentu saja sang ayah, Xavier. Alarich pria yang di kenal begitu dingin namun kenyataannya ia akan begitu hangat ketika bersikap pada perempuan-perempuan yang berada di rumahnya. "Al, apa akan ada seseorang datang kemari? Aku mendengar ibu berbicara dengan seseorang di telpon dan aku baru kali ini melihat ibu begitu antusias, ia bahkan menyiapkan beberapa masakan da
Baca selengkapnya

Bab 39 - S2 - Perdebatan Yang Tak Usai

Syifa baru saja menginjakkan kakinya di Mansion luas milik Romanov. Di sana Nandini sudah menyambutnya dengan sangat antusias, berbeda dengan ketiga anaknya. Si kembar dan juga Jasmine. Mereka sama sekali tidak memberikan ekspresi yang berarti. Sementara itu, Syifa mengumpat dalam hati. Kesal dan juga marah atas perlakuan mereka bertiga. "Lihat saja, sebentar lagi aku akan menghilangkan kearoganan kalian! Kalian akan merasakan apa yang aku rasakan, di tinggalkan oleh orang yang aku sayang. Ya meskipun kenyataannya aku di sisihkan oleh ayahku sendiri," gerutunya di dalam hati. Nandini mengajak Syifa ke beranda belakang. Di sana ia sudah menyiapkan beberapa makanan untuk menyambut kedatangan Syifa. Special untuk Syifa. "Ayo, Nak. Kita duduk di taman belakang. Maafkan atas sikap dingin putra-putraku, mereka tidak berbeda jauh seperti ayah-ayahnya. Jadi tante harap kamu tidak akan kaget, jika sikap mereka seperti itu." Syifa tersenyum lembut, s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
23
DMCA.com Protection Status