"Nah, Sayang. Ini kamarmu, selamat beristirahat biar aku tidur di kamar tamu. Maafkan aku jika kehadiranku membuatmu tidak nyaman, maka aku akan menjauh darimu. Tapi aku mohon jangan jauhkan Shei dariku lagi, sudah cukup aku menjadi gila selama lima tahun karenamu, tolong jangan buat aku tambah gila karena kamu menjauhkan putri kita," ujar Xavier memohon pada Nandini. Nandini diam, tetapi ia dapat melihat ketulusan dalam binar mata Xavier. Tidak seperti dulu, di dalam binar matanya hanya ada kebencian. Tapi saat ini, bahkan pria itu menatapnya penuh dengan binar cinta. Xavier tersenyum, ia memberanikan untuk mengelus kepala Nandini. Senyuman Xavier yang sangat mahal, dulu jangankan sebuah senyuman yang Nandini dapatkan. Ia hanya mendapatkan caci dan maki dari pria itu, salahkah jika dirinya masih menyimpan sebuah ketakutan? "Ya sudah, selamat beristirahat. Jika ada apa-apa kamu bisa memanggilku dengan menggunakan telepon yang ada di kamar, aku sengaja menyettingn
Baca selengkapnya