Semua Bab Pengantin Kecil Tuan Xavier: Bab 121 - Bab 130

227 Bab

Bab 121 - Pertemuan Romanov Dan Zaderta Part 2

"Benar-benar seperti pinang di belah dua," uca Arshaka. Baik Abrian maupun Xavier terkekeh mendengar ucapannya. Tentu Xavier tahu apa yang di maksud oleh kakaknya itu. Pria yang masih betah dengan rambut gondrongnya itu tampak menatap tajam Rain. Sheinafia berada di dapur, bersama dengan Melati, Nandini dan Namilea. Para wanita bertugas di dapur, meski ini hari pertama Nandini berada di rumah itu, tetapi sudah menjadi kewajibannya menyiapkan keperluan orang-orang di rumahnya. "Sheinafia, panggil Ayah dan yang lainnya. Makan malam sudah siap," ujar Nandini pada Sheinafia. Gadis itu sempat terdiam, memberengut sebab ia tidak mau bertemu dengan temannya yang bernama Rain itu. Kesan pertama dalam benak Sheinafia, Rain orang yang menyebalkan. Dingin, ketus, dan juga datar. "Kak Melati saja Ibu yang suruh panggil Ayah, Shei mau di sini saja," tukas Sheinafia. Nandini menatap Sheinafia heran, sebab baru kali ini putrinya tidak mau ia suruh. Melati men
Baca selengkapnya

Bab 122 - Trauma

"Aku tidak perduli meski ia putramu, jika ia melewati batas, jangan salahkan aku mengambil tindakan tegas untuknya!" Alexander terdiam. Tentu siapa pun akan marah jika anaknya di sebut anak haram. Begitu juga dirinya, ia akan mengambil tindakan. Wajah Xavier masih terlihat menyeramkan. Rahang tegas itu masih terlihat tegang, bahkan suara giginya bergemelutuk. Pertanda jika pria itu tengah menahan amarahnya. "Maafkan aku. Aku berjanji akan memberi pelajaran pada Rain, karena ia sudah lancang berbicara seperti itu. Aku berjanji, jika ini pertama dan terakhir kalinya putraku berbuat hal itu." Xavier mengangguk, ia mencoba menetralkan rasa di dalam dadanya. Rasa marah dan juga kesal membuncah menjadi satu. "Hmm, aku mengerti jika mereka masih kanak-kanak. Hanya saja, jika anak kita melakukan kesalahan, bukankah sebagai orang tua, kita wajib menegur mereka. Jika pun posisi kita terbalik, aku pun akan melakukan hal yang sama. Menegur putriku untuk t
Baca selengkapnya

Bab 123 - Trauma Dan Mencoba Menerima Kehadirannya

"Nah, Sayang. Ini kamarmu, selamat beristirahat biar aku tidur di kamar tamu. Maafkan aku jika kehadiranku membuatmu tidak nyaman, maka aku akan menjauh darimu. Tapi aku mohon jangan jauhkan Shei dariku lagi, sudah cukup aku menjadi gila selama lima tahun karenamu, tolong jangan buat aku tambah gila karena kamu menjauhkan putri kita," ujar Xavier memohon pada Nandini. Nandini diam, tetapi ia dapat melihat ketulusan dalam binar mata Xavier. Tidak seperti dulu, di dalam binar matanya hanya ada kebencian. Tapi saat ini, bahkan pria itu menatapnya penuh dengan binar cinta. Xavier tersenyum, ia memberanikan untuk mengelus kepala Nandini. Senyuman Xavier yang sangat mahal, dulu jangankan sebuah senyuman yang Nandini dapatkan. Ia hanya mendapatkan caci dan maki dari pria itu, salahkah jika dirinya masih menyimpan sebuah ketakutan? "Ya sudah, selamat beristirahat. Jika ada apa-apa kamu bisa memanggilku dengan menggunakan telepon yang ada di kamar, aku sengaja menyettingn
Baca selengkapnya

Bab 124 - Mulai Menerima Kehadirannya

"Mulailah buka hatimu, terima dan lihatlah ketulusannya. Aku yakin, tidak ada pria di dunia ini sebaik suamimu. Berbahagialah, lahirkan banyak keponakan untukku. Jadilah ibu dan istri yang baik serta bahagia, semoga kelak kita akan berjumpa kembali, dan berkumpul kembali." Bayangan Meylan dan kedua orang tuanya perlahan menghilang bersama kabut yang semakin lama semakin menebal. Sebuah elusan lembut di pipi, membuat Nandini membuka matanya. Sebuah senyuman menyapa Nandini ketika mata wanita muda itu terbuka. Elusan di pipinya begitu lembut, membuatnya merasakan sebuah ketenangan. "Bangun, Sayang. Kenapa tidur di bawah hmm." Nandini bangun dengan di bantu oleh Xavier. Ia masih linglung, sekelebat bayangan dan ucapan Meylan padanya menari-nari di kepalanya. Benarkah, jika pria ini sudah berubah, atau semua hanya topeng belaka. Xavier diam, ia menatap heran pada Nandini yang malah kembali melamun. Dan juga perempuan muda itu terus menatapnya.
Baca selengkapnya

Bab 125 - Pernikahan Impian

"Sekarang tidurlah, ini sudah sangat larut. Minum obat dahulu sebelum tidur hmm," ucap Xavier sambil menyodorkan beberapa butir obat untuk Nandini. Dengan ragu Nandini mengambil butiran obat yang ada di tangan Xavier. Pria tampan itu mengulas senyumnya untuk sang istri. Senyum yang sangat mahal sekali. Senyum yang sedari dulu ingin sekali Nandini lihat. Tapi baru sekarang dirinya bisa merasakan dan juga menatapnya langsung. "Terima kasih," cicit Nandini lalu ia langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang mewah itu. Xavier masih setia menunggu hingga Nandini terlelap. Namun, kenyataannya wanita muda itu tidak bisa memejamkan matanya sama sekali. Karena ini baru pertama kali mereka berada di dalam satu ruangan yang sama dalam jangka waktu yang lumayan lama. "M-mas, kamu tidak beristirahat? Silahkan aku belum mengantuk, karena sedari tadi sudah terlalu lama tertidur," ucap Nandini pelan. Xavier tersenyum, bukannya pergi pria itu malah mengambil tan
Baca selengkapnya

Bab 126 - Pernikahan Impian 2

Keesokan paginya, Arshaka dan Namilea serta Abrian sudah sibuk mengurusi semua tetek bengek kebutuhan pernikahan dadakan Xavier dan Nandini. Alarich di titipkan pada Nandini dengan alasan Namilea sibuk membantu pekerjaan Arshaka. Kini kedua balita yang berjarak beberapa tahun saja tengah asyik bermain. Nandini hanya menatap keduanya, sesekali senyuman tersungging di bibirnya yang mungil. "Aku bodoh, karena sudah menyia-nyiakan wanita sebaik kamu. Aku benar-benar di butakan," lirih Xavier sembari menatap Nandini. Pria itu tidak masuk kerja, dengan alasan ingin memberikan kejutan untuk sang istri. Konyol sekali, tetapi itulah Xavier. Apa yang ia perintahkan itu mutlak adanya. Di tempat lain, Namilea begitu bersemangat mempersiapkan semuanya. Hanya dalam waktu sekitar lima jam, persiapan sudah hampir 80% beres. Semengerikan itu memang kekuatan uang. "Bagaimana, Sayang? Tinggal apa saja yang belum di persiapkan?" Tanya Arshaka begitu sampai di Ballroom yan
Baca selengkapnya

Bab 127 - Malam Pertama?

Pancaran kebahagiaan tampak terlihat pada wajah seorang Xavier Romanov. Pria yang di kenal dingin, minum ekspresi dan juga minimal senyum itu. Nyatanya malam ini, pria itu terlihat berbeda, senyuman selalu menghiasi bibir sexynya. Namilea terkekeh membuat suaminya menoleh. Ia menatap heran dengan alisnya yang terangkat satu. "Kenapa?" Tanya Arshaka heran. Namilea pun balas menatap suaminya penuh cinta. Tidak lupa Alarich yang berada di antara keduanya. "Aku melihat Xavier, macam remaja yang tengah jatuh cinta. Senyumannya, pancaran wajahnya dan binar mata pria itu lihatlah, sudah seperti anak remaja yang baru saja merajut cinta," kelakar Namilea. Arshaka ikut memperhatikan adiknya, "Hmm kamu benar, Sayang. Maklum awal menikah Xavier masih di liputi dendam pada mantan kekasihnya. Sekarang saatnya mereka bahagia tanpa ada gangguan apapun lagi." Namilea mengangguk. Banyak yang di undang oleh Arshaka untuk datang ke acara pernikahan adiknya itu. Termas
Baca selengkapnya

Bab 128 - Malam Pertama? Part 2

Nandini memberengut kala melihat baju yang di pegang. Xavier pun meringis malu, kedua pasangan pengantin baru itu bak sepasang remaja. Nandini mengeratkan tali bathrobenya, dan menatap tajam Xavier sesuatu hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Xavier sendiri hanya tersenyum kikuk. "Aku ke bawah hmm, kebetulan di lantai bawah ada butik. Aku akan membelikanmu beberapa pakaian untuk kamu pakai, untuk sementara pakai dulu bathrobenya," ujar Xavier lembut. Nandini mengangguk, Xavier yang hendak membersihkan diri urung karena harus membelikan sang istri baju yang layak. Entah ide siapa, Xavier akan menanyakannya pada sang kakak. Karena ia yakin ini semua pasti ide salah satu dari mereka. Pria tampan berambut gondrong itu, kini tengah berada di lift. Di dalam lift ia tidak sendiri, ada perempuan berbaju sexy yang tengah menatapnya memuja. "Permisi, apa boleh kenalan?" Tanyanya dengan tidak tahu malunya, ia bahkan mengulurkan tangannya. Xavier hanya menatap dingin pada ulura
Baca selengkapnya

Bab 129 - Malam Yang Tertunda

Xavier bersorak di dalam hatinya. Istri kecilnya dapat ia rayu, dan mau mandi bersama. Ah rasanya dunia milik sendiri jika sudah seperti ini. "Kita hanya mandi saja'kan?"Kembali wanita muda itu bertanya, jangan lupakan semburat merah yang tampil di kedua pipinya. Membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa gemas. Begitu juga Xavier yang sudah tidak sabar kembali menyisipkan bibir merah delima itu. Bibir yang hanya satu kali ia rasai, sebelum badai menerpa kehidupan rumah tangganya. "Ya, Sayang. Enggak percaya amat sih sama suami sendiri," gerutu Xavier. Kini keduanya sudah berada di dalam kamar mandi mewah nan luas itu. Nandini mengedarkan pandangannya, kamar mandi kedua yang ia masuki setelah dulu ia di bawa paksa ke dalam kamar mandi Xavier oleh Xavier sendiri. Nandini mematung, sembari memegang baju yang semalam di belikan oleh Xavier. Xavier tahu, jika Nandini takut dan gugup, ia pun tersenyum kecut. Mungkin dirinya terlalu memak
Baca selengkapnya

Bab 130 - Pecah Juga

Sheinafia tampak terlelap dalam pelukan sang ibu. Ya mereka masih berada di hotel, belum sempat pulang. Karena tadinya Xavier ingin menghabiskan waktu bersama istri kecilnya, tetapi semua itu hanyalah angan belaka. Selain Xavier tidak bisa memaksa begitu saja istri kecilnya, ia juga tidak mau jika istrinya bertambah trauma bila berdekatan dengannya. Kini Xavier hanya memandangi kedua wanita yang paling berarti di dalam hidupnya. Ia mendesah kasar, rasanya sudah tidak sabar ingin merasakan surga dunia. "Selamat tidur, Sayang," ucap Xavier seraya mencium kening kedua wanita yang begitu ia sayangi. Xavier pergi menuju balkon, rambut gondrongnya ia biarkan terurai sehingga terbawa oleh arus angin. Pria itu diam, entah memikirkan apa. Nandini pun terbangun, ia mencari keberadaan suaminya. "Mas," panggil Nandini lembut. "Sedang apa? Kenapa tidak tidur? Ini sudah sangat larut," tambah Nandini. Xavier menoleh, ia mengangkat tangannya lalu Nandini meraih tan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
23
DMCA.com Protection Status