Beranda / Pernikahan / Pengantin Kecil Tuan Xavier / Bab 124 - Mulai Menerima Kehadirannya

Share

Bab 124 - Mulai Menerima Kehadirannya

Penulis: Karlinanovi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mulailah buka hatimu, terima dan lihatlah ketulusannya. Aku yakin, tidak ada pria di dunia ini sebaik suamimu. Berbahagialah, lahirkan banyak keponakan untukku. Jadilah ibu dan istri yang baik serta bahagia, semoga kelak kita akan berjumpa kembali, dan berkumpul kembali."

Bayangan Meylan dan kedua orang tuanya perlahan menghilang bersama kabut yang semakin lama semakin menebal. Sebuah elusan lembut di pipi, membuat Nandini membuka matanya.

Sebuah senyuman menyapa Nandini ketika mata wanita muda itu terbuka. Elusan di pipinya begitu lembut, membuatnya merasakan sebuah ketenangan.

"Bangun, Sayang. Kenapa tidur di bawah hmm."

Nandini bangun dengan di bantu oleh Xavier. Ia masih linglung, sekelebat bayangan dan ucapan Meylan padanya menari-nari di kepalanya. Benarkah, jika pria ini sudah berubah, atau semua hanya topeng belaka.

Xavier diam, ia menatap heran pada Nandini yang malah kembali melamun. Dan juga perempuan muda itu terus menatapnya.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Tari Tari
lanjutannya mana
goodnovel comment avatar
nia rosmiati
thor ada kendala kah buat update 2 kali, semoga cepet update lagi ya thor.semangat
goodnovel comment avatar
Cinta Nurohman
penulis mna ni kelanjutan nya aku udah nunggu dari tadi ni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 125 - Pernikahan Impian

    "Sekarang tidurlah, ini sudah sangat larut. Minum obat dahulu sebelum tidur hmm," ucap Xavier sambil menyodorkan beberapa butir obat untuk Nandini. Dengan ragu Nandini mengambil butiran obat yang ada di tangan Xavier. Pria tampan itu mengulas senyumnya untuk sang istri. Senyum yang sangat mahal sekali. Senyum yang sedari dulu ingin sekali Nandini lihat. Tapi baru sekarang dirinya bisa merasakan dan juga menatapnya langsung. "Terima kasih," cicit Nandini lalu ia langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang mewah itu. Xavier masih setia menunggu hingga Nandini terlelap. Namun, kenyataannya wanita muda itu tidak bisa memejamkan matanya sama sekali. Karena ini baru pertama kali mereka berada di dalam satu ruangan yang sama dalam jangka waktu yang lumayan lama. "M-mas, kamu tidak beristirahat? Silahkan aku belum mengantuk, karena sedari tadi sudah terlalu lama tertidur," ucap Nandini pelan. Xavier tersenyum, bukannya pergi pria itu malah mengambil tan

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 126 - Pernikahan Impian 2

    Keesokan paginya, Arshaka dan Namilea serta Abrian sudah sibuk mengurusi semua tetek bengek kebutuhan pernikahan dadakan Xavier dan Nandini. Alarich di titipkan pada Nandini dengan alasan Namilea sibuk membantu pekerjaan Arshaka. Kini kedua balita yang berjarak beberapa tahun saja tengah asyik bermain. Nandini hanya menatap keduanya, sesekali senyuman tersungging di bibirnya yang mungil. "Aku bodoh, karena sudah menyia-nyiakan wanita sebaik kamu. Aku benar-benar di butakan," lirih Xavier sembari menatap Nandini. Pria itu tidak masuk kerja, dengan alasan ingin memberikan kejutan untuk sang istri. Konyol sekali, tetapi itulah Xavier. Apa yang ia perintahkan itu mutlak adanya. Di tempat lain, Namilea begitu bersemangat mempersiapkan semuanya. Hanya dalam waktu sekitar lima jam, persiapan sudah hampir 80% beres. Semengerikan itu memang kekuatan uang. "Bagaimana, Sayang? Tinggal apa saja yang belum di persiapkan?" Tanya Arshaka begitu sampai di Ballroom yan

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 127 - Malam Pertama?

    Pancaran kebahagiaan tampak terlihat pada wajah seorang Xavier Romanov. Pria yang di kenal dingin, minum ekspresi dan juga minimal senyum itu. Nyatanya malam ini, pria itu terlihat berbeda, senyuman selalu menghiasi bibir sexynya. Namilea terkekeh membuat suaminya menoleh. Ia menatap heran dengan alisnya yang terangkat satu. "Kenapa?" Tanya Arshaka heran. Namilea pun balas menatap suaminya penuh cinta. Tidak lupa Alarich yang berada di antara keduanya. "Aku melihat Xavier, macam remaja yang tengah jatuh cinta. Senyumannya, pancaran wajahnya dan binar mata pria itu lihatlah, sudah seperti anak remaja yang baru saja merajut cinta," kelakar Namilea. Arshaka ikut memperhatikan adiknya, "Hmm kamu benar, Sayang. Maklum awal menikah Xavier masih di liputi dendam pada mantan kekasihnya. Sekarang saatnya mereka bahagia tanpa ada gangguan apapun lagi." Namilea mengangguk. Banyak yang di undang oleh Arshaka untuk datang ke acara pernikahan adiknya itu. Termas

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 128 - Malam Pertama? Part 2

    Nandini memberengut kala melihat baju yang di pegang. Xavier pun meringis malu, kedua pasangan pengantin baru itu bak sepasang remaja. Nandini mengeratkan tali bathrobenya, dan menatap tajam Xavier sesuatu hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Xavier sendiri hanya tersenyum kikuk. "Aku ke bawah hmm, kebetulan di lantai bawah ada butik. Aku akan membelikanmu beberapa pakaian untuk kamu pakai, untuk sementara pakai dulu bathrobenya," ujar Xavier lembut. Nandini mengangguk, Xavier yang hendak membersihkan diri urung karena harus membelikan sang istri baju yang layak. Entah ide siapa, Xavier akan menanyakannya pada sang kakak. Karena ia yakin ini semua pasti ide salah satu dari mereka. Pria tampan berambut gondrong itu, kini tengah berada di lift. Di dalam lift ia tidak sendiri, ada perempuan berbaju sexy yang tengah menatapnya memuja. "Permisi, apa boleh kenalan?" Tanyanya dengan tidak tahu malunya, ia bahkan mengulurkan tangannya. Xavier hanya menatap dingin pada ulura

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 129 - Malam Yang Tertunda

    Xavier bersorak di dalam hatinya. Istri kecilnya dapat ia rayu, dan mau mandi bersama. Ah rasanya dunia milik sendiri jika sudah seperti ini. "Kita hanya mandi saja'kan?"Kembali wanita muda itu bertanya, jangan lupakan semburat merah yang tampil di kedua pipinya. Membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa gemas. Begitu juga Xavier yang sudah tidak sabar kembali menyisipkan bibir merah delima itu. Bibir yang hanya satu kali ia rasai, sebelum badai menerpa kehidupan rumah tangganya. "Ya, Sayang. Enggak percaya amat sih sama suami sendiri," gerutu Xavier. Kini keduanya sudah berada di dalam kamar mandi mewah nan luas itu. Nandini mengedarkan pandangannya, kamar mandi kedua yang ia masuki setelah dulu ia di bawa paksa ke dalam kamar mandi Xavier oleh Xavier sendiri. Nandini mematung, sembari memegang baju yang semalam di belikan oleh Xavier. Xavier tahu, jika Nandini takut dan gugup, ia pun tersenyum kecut. Mungkin dirinya terlalu memak

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 130 - Pecah Juga

    Sheinafia tampak terlelap dalam pelukan sang ibu. Ya mereka masih berada di hotel, belum sempat pulang. Karena tadinya Xavier ingin menghabiskan waktu bersama istri kecilnya, tetapi semua itu hanyalah angan belaka. Selain Xavier tidak bisa memaksa begitu saja istri kecilnya, ia juga tidak mau jika istrinya bertambah trauma bila berdekatan dengannya. Kini Xavier hanya memandangi kedua wanita yang paling berarti di dalam hidupnya. Ia mendesah kasar, rasanya sudah tidak sabar ingin merasakan surga dunia. "Selamat tidur, Sayang," ucap Xavier seraya mencium kening kedua wanita yang begitu ia sayangi. Xavier pergi menuju balkon, rambut gondrongnya ia biarkan terurai sehingga terbawa oleh arus angin. Pria itu diam, entah memikirkan apa. Nandini pun terbangun, ia mencari keberadaan suaminya. "Mas," panggil Nandini lembut. "Sedang apa? Kenapa tidak tidur? Ini sudah sangat larut," tambah Nandini. Xavier menoleh, ia mengangkat tangannya lalu Nandini meraih tan

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 131 - Akhir Bahagia - End

    Tidak terasa sudah hampir enam bulan Nandini dan Xavier menikah. Semakin hari, Xavier semakin menunjukkan rasa cintanya pada kedua wanita yang paling berarti di dalam hidupnya itu. Penampilan Xavier saat ini lebih terurus meski rambut gondrongnya masih tetap ia biarkan. Saat ini pria itu tengah berkerja, tetapi tiba-tiba ia menginginkan rujak. Entahlah baru kali ini ia menginginkan makanan seperti itu. "Bri, aku bisa minta tolong," ujar Xavier begitu Abrian tiba di dalam ruangannya untuk memberikan beberapa berkas yang memerlukan tanda tangan pria itu. Abrian menatap Xavier dengan matanya yang memicing tajam. Heran, sebab wajah pria itu terlihat pucat. "Minta tolong apa? Tumben sekali rasanya, adik iparku ini meminta tolong padaku," kelakar Abrian. Xavier mendengus, salah ia telah meminta tolong pada bujang lapuk itu. "Tolong belikan aku rujak, perasaan kemarin aku melihat di seberang perusahaan kita. Jika kamu tidak mau, suruh salah satu OB perusah

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 1 - S2 - Pertemuan Sheinafia Dan Rain

    Seorang gadis tampak baru saja turun dari sebuah mobil. Tubuhnya yang tinggi semampai, serta rambut panjangnya yang berwarna coklat. Jangan lupakan bola matanya yang berwarna hazel. Gadis yang baru saja menginjak usia tujuh belas tahun itu tampak memasuki sekolahnya. Banyak pasang mata yang melihatnya, Sheinafia yang merupakan idola di sekolahnya. Tampak cuek saja ketika banyak teman-temannya menatap penuh kagum. "Shei," teriak Alarich. Masih ingat Alarich? Ya dia adalah anak dari Arshaka dan juga Namilea. Pria tampan itu tampak menghampiri sepupunya itu. "Ada apa, Al? Sepertinya kamu tengah bergembira." Al terkekeh lalu merengkuh tubuh sang adik sepupu. Mereka tampak seperti sepasang kekasih. "Hmm, kamu tahu Shei. Baru saja ada empat perempuan yang menyatakan cintanya padaku. Ah senangnya, aku seperti seorang pangeran yang tengah di kejar-kejar oleh dayang-dayangnya," ujar Alarich. Sheinafia memutar bola matanya malas, "Dasar buaya buntung."

Bab terbaru

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 96 - S2 - Malam Pertama (21+)

    Bab 96 - S2 - Malam Pertama (21+) “Bagaimana saksi, Sah?!” Tanya seorang penghulu kepada para saksi yang berada di sana. “Sah!” “Sah!” “Sah!” Kalimat Sah menggema, membuat setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Senja. Alarich melihat hal itu, ia langsung menggenggam tangan mungil sang istri. Membuat Senja sadar jika ia tidak sendiri. Gadis yang sudah bergelar istri itu menoleh, menatap sang suami yang tersenyum manis kepadanya. Lelaki yang tidak pernah tersenyum itu, kini memberika senyumannya hanya untuk sang istri. “Alhamdulilah, kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri. Silahkan untuk sang istri mencium tangan sang suami, dan suami mencium kening serta ubun-ubun istri anda,” ujar sang penghulu. Alarich maju, mendekati istrinya. Dengan tubuh bergetar menahan gugup Alarich mencium kening serta ubun-ubun sang istri. Begitu juga dengan Senja, dengan tangan yang gemetar, ia raih jemari sang suami. Men

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 95 - S2 - Menikah

    Bab 95 - S2 - Menikah Deg Senja langsung menoleh ke arah Alarich, ia bahkan menghentikan langkah kakinya. Menatap wajah yang senantiasa datar dan dingin itu, mencari kebohongan dari binar matanya yang tajam. Namun, Senja sama sekali tidak menemukan kebohongan tersebut, ia justru melihat ketulusan, kejujuran, dan keseriusan dari mata Alarich. Lantas Alarich membuka pintu ballroom, begitu pintu terbuka keluarga besar Romanov menyambutnya. Senja mematung di tempatnya berdiri,memandang bagaimana baiknya keluarga yang bahkan tak ada hubungan darah dengannya. Alarich meraih tangan Senja, dan membawanya masuk. Mata Senja sudah berkaca-kaca, melirik tangan yang di genggam oleh Alarich. “Tuan,” lirih Senja. “Mari masuk, mereka sudah menunggumu. Menunggu calon menantu baru di keluarga Romanov. Gadis yang selama beberapa tahun aku tunggu, tidak mungkin aku lepaskan untuk yang kedua kalinya. Oleh karena itu, aku akan langsung mengikatmu dengan pernikaha

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 94 - S2 - Lamaran

    Malam itu, Senja sudah siap dengan gaun yang sudah di siapkan oleh Alarich sebelumnya. Gaun berwarna lembut sangat cocok dengan karakter Senja. Jangan lupakan kerudung yang berwarna sama dengan gaunnya menambah kecantikan seorang Senandung Senja. Gadis berhijab itu di dandani oleh Sheinafia, wanita beranak satu itu begitu antusias kala mendengar Alarich hendak melamar Senja. Namun, mereka sengaja tidak mengatakan hal itu kepada Senja, sebab takut jika gadis tersebut menolaknya. “Ya Tuhan, kamu cantik sekali, Senja,” pekik Sheinafia yang membuat ketiga perempuan paruh baya yang kebetulan berada di kamar Senja sontak menoleh ke arah dua wanita muda itu. Nandini, Namilea, dan Melati tersenyum kala melihat Senja. Wajahnya yang cantik alami semakin bersinar kala Sheinafia membubuhkan make up flawless di wajah cantiknya. Namilea menghampiri keduanya, ia tersenyum lembut lantas mengusap puncak kepala Senja yang terbalut hijab. “Kamu cantik sekali, Nak

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 93 - S2 - Pendekatan Alarich

    Bab 93 - S2 - Pendekatan Alarich Tidak terasa, sudah hampir dua minggu Senja tinggal di Mansion Romanov. Selama itu pula, Senja belum pernah kembali bertemu dengan Alarich. Entah kemana perginya lelaki dingin itu, pria pertama yang merangkulnya ketika ia terjatuh. “Senja, Nak,” panggil Namilea. Merasa ada yang memanggilnya, Senja pun menoleh. Ternyata ibu dari Alarichlah yang memanggil namanya. Senja tersenyum menyambut kedatangan Namilea yang kini duduk di sebelahnya. “Sedang apa, Nak? Ibu lihat dari tadi kamu duduk sendirian di sini? Kamu bosan?” Tanya Namilea hati-hati. Senja menggelengkan kepalanya,”Tidak ibu. Senja tidak bosan,” jawab Senja yang memang sekarang memanggil Namilea dengan panggilan ibu sesuai permintaan Namilea. Namilea pun tersenyum. Lantas mengangkat sebuah paper bag yang isinya entah apa. “Ini, tadi Alarich sebelum berangkat kerja dia menitipkan ini untuk kamu. Katanya, pakai nanti malam asisten Alarich a

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 92 - S2 - Kembalinya Senja

    Bab 92 - S2 - Kembalinya Senja “Semuanya, perkenalkan … Senandung Senja.” Deg Mereka terdiam, tentu tidak menyangka jika gadis yang memilih untuk pergi dari kediaman Romanov, kini telah kembali. Alarich, menemukannya dan entah dimana lelaki tampan nan dingin itu menemukan keberadaan Senja. Berbagai spekulasi muncul di kepala para paruh baya itu. Namun, mereka senang sebab sepertinya Alarich mulai membuka hatinya. Namilea menghampiri keduanya, ia menatap tidak percaya gadis cantik yang berdiri di hadapannya itu. “Nak, benarkah kamu Senja? Gadis yang dulu masuk ke dalam mobil Alarich?” Tanya Namilea lembut. Senja terdiam, namun ia melirik Alarich yang berdiri tak jauh darinya. Alarich pun mengangguk. Senja tersenyum tipis, “ Ya, Nyonya. Maafkan saya karena dulu memilih untuk pergi dari sini. Maaf, bukannya saya tidak tahu berterima kasih, hanya saja … saya tidak mau terlalu jauh merepotkan kalian. Kalian terlalu

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 91 - S2 - Kebingungan Senja

    Bab 91-S2-Kebingungan Senja “Bagaimana, Senandung Senja?” tanya Alarich. Raut wajah lelaki itu terlihat begitu serius, Senja jadi bingung. Entah langkah apa yang harus ia ambil, semua terasa begitu mendadak. “Maafkan saya, Tuan. Tapi … mengapa anda begitu yakin jika saya adalah Senja yang anda cari? Bagaimana jika ternyata anda salah orang?” Tanya Senja pelan nan lembut. “Insting,” jawab Alarich singkat padat dan jelas. “Insting? Bagaimana bisa?” Lirih Senja yang masih bisa di dengar oleh Alarich. Alarich menatap Senja datar, “Kau Senandung Senja, perempuan yang tiba-tiba memasuki mobilku dan meminta pertolongan dari ibu dan saudara angkatmu itu.” Deg Senja mematung di tempatnya, tentu ia tidak lupa dengan kejadian itu. Di mana ia memasuki mobil Alarich dan meminta pertolongan kepada lelaki tampan itu. Dari kejadian itu pula, Senja merasakan bagaimana arti keluarga sesungguhnya. Hanya saja, karena merasa in

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 90 -S2- Mengajak Senja

    Deg “Kenapa kamu berpikir seperti itu, Sayang?” tanya Sheinafia pada sang suami yang tengah memakan mangga muda di waktu yang tak lazim yaitu jam delapan malam. Rain mengunyah habis mangganya sebelum ia menjawab pertanyaan sang istri. Sheinafia bahkan sampai meneguk ludahnya kasar kala melihat bagaimana Rain memakan mangga itu tanpa rasa kecut sedikitpun. Rain tersenyum lembut, dan membelai pipi sang istri dengan penuh kasih sayang. Tatapan Rain kepada Sheinafia sama sekali tidak pernah berubah. Penuh cinta dan juga kasih sayang, Rain yang dingin dan datar di luar nyatanya tidak berlaku untuk keluarga kecilnya. “Sayang, kamu masih ingat ketika mengandung Hazelnut, bukankah aku yang mengalami couvade syndrome. Sampai aku tidak bisa terbangun dan harus istirahat di atas tempat tidur selama satu bulan lamanya?!” Sheinafia diam, lalu tak lama kemudian ia mengangguk. Tentu masih segar di dalam ingatannya ketika ia mengandung Ha

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 89 - S2 - Couvade Syndrom

    Alarich baru saja tiba di mansionnya, Sheinafia tampak tengah memangku Hazelnut. Sepertinya gadis kecil itu tengah demam. “Ada apa?” tanya Alarich pada Sheinafia. “Al, kamu sudah pulang? Dimana Rain? Aku kira kalian pulang sama-sama,” ujar Sheinafia yang terlihat lelah. Alarich mengambil alih tubuh Hazelnut, dan memang benar gadis kecil itu tengah demam. Alarich mengusap lembut punggungnya, membuat tangisan Hazelnut mereda. Setahu Alarich, keponakannya anak yang anteng. Walaupun ia tengah sakit, jarang sekali Hazelnut rewel seperti saat ini. “Kenapa, Sayang?” tanya Alarich lembut. “Daddy, dimana ayah? Kenapa ayah belum juga pulang?” tanyanya lirih. Alarich menatap Sheinafia, perempuan muda itu hanya mengedikkan bahunya. Tanda ia tak tahu kemana perginya sang suami, biasanya jam empat sore lelaki itu sudah pulang. “Sudah kamu coba menghubunginya, Shei? Tidak biasanya ia pulang telat seperti sekarang,” ucap Alarich datar.

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 88 - S2 - Rasa Yang Masih Sama

    Deg Jantung Alarich terasa berdenyut dengan cepatnya kala ia mendengar suara yang begitu di rindukan. Suara yang selama bertahun-tahun lamanya ia nantikan kehadirannya. Kini, Alarich mendengar kembali suara itu. Langkah kakinya yang tegas membawa ia mendekati sang keponakan. Anak dari kakak sepupu yang begitu ia sayangi seperti anaknya sendiri. “Daddy,” cicit Hazelnut. Air mata masih membasahi kedua pipi chubby Hazelnut. Alarich semakin mendekat, kini wajah itu wajah yang selalu di rindukannya itu ada dihadapan Alarich. Alarich berjongkok, menyamakan tingginya dengan tinggi Hazelnut, tangan besarnya mengusap lembut air mata yang masih setia membasahi mata indahnya. Lutut gadis kecil nan cantik itu tampak mengeluarkan darah. “Are you ok?” tanya Alarich khawatir. Deg Kini gadis berhijab pastel itu yang merasakan degup jantungnya berpacu, bagaimana tidak. Suara yang ia dengar sekarang adalah pemilik nama yang setiap malam sering ia

DMCA.com Protection Status