Semua Bab Status Janda, Bikin Resah!: Bab 31 - Bab 40

60 Bab

BAB 31

Hal yang terduga terjadi. Jadi, ini sikap dari calon ibu mertua yang di maksud oleh Angga? Pundakku di rangkul lembut oleh wanita yang berusia mendekati usia enam puluh tahunan, setelah tadi tanganku langsung di seret dengan lembut pula olehnya. "Assalamualaikum, Bu?"Baru juga mengucap salam. tiba-tiba seseorang perempuan yang sudah melewati usia dewasa. Bahkan, sudah bisa di bilang agak tua, datang antusias menyambut kedatangan kami sambil membalas ucapan salam yang baru saja Angga ucapkan.Entah ia lupa atau bagaimana, bukannya menyambut sang anak, ia malah menyambutku dan merangkul ku sedemikian mesra."Ini pasti Siska. Iya kan?" tebaknya begitu aku melihatnya sambil tersenyum."Ga, kamu kok lama banget sih, cuma mau ngenalin doang sama calon mantu, Ibu. Nunggunya harus lama begini," ujar wanita yang katanya akan menjadi calon mertuaku. Dia tampak masih sangat cantik dan berpenampilan modis. Tak kalah dengan para anak muda jaman sekarang. Bahkan, aku merasa sedikit minder denga
Baca selengkapnya

BAB 32

"Jadi, kapan kalian akan melangsungkan pernikahan? Ibu udah gak sabar pengen lihat kalian di pelaminan. Temen temen ibu pasti akhirnya iri dan gak bakal ngatain ibu lagi."Aku tersedak. Ini terlalu cepat. Berulang kali aku terbatuk-batuk. Hingga sebuah tangan kokoh menyodorkan segelas air putih di depanku. "Kamu gak papa? Pelan pelan aja makannya. Atau, kamu terkejut sama pertanyaan ibu?" Kepalaku menggeleng, walau sebenarnya ingin sekali mengangguk. Tapi, aku tak bisa. Takut gerak tubuhku yang merespon seperti itu, dapat mengecewakan hati dari calon ibu mertuaku."Syukurlah. Ibu kira, kamu terkejut dengan pertanyaan ibu. Padahal, ibu pengen cepet cepet lihat dan menyaksikan kalian menikah. Angga sudah terlalu tua buat pacaran," bisiknya di ujung kalimat. Kini, aku yang mengulum senyum mendengar bisikan calon ibu mertuaku."Kamu bekerja?" tanya sosok lelaki yang sedari tadi diam mengamati dan tak banyak bicara.
Baca selengkapnya

BAB 32 Pemeran utama serial India.

Lagu India dengan tema bahagia ku lantunkan. Tak lupa aku juga berputar putar mengiringi lagu yang sedang berdendang tersebut sebagai pertanda kelengkapan kebahagiaanku. Melupakan rasa malu, karena ini di kediamanku sendiri.Tapi eh, ada si Dudu yang baru aja bangun tidur, kayaknya. Saat ini, dia sedang menatapku dengan bingung di ambang pintu yang menuju ke dapur, di mana aku berada saat ini. Tatapannya terlihat heran dan juga terlihat ngeri. Padahal, aku yang harusnya ngeri, liat dia bangun tidur dengan rambut acak acakan. Untung aja aku bukan penakut. Kalau aku penakut, udah kabur aku lihat si Dudu."Kamu stres ya, Sis?" tanya si Dudu sambil menyilangkan jari di keningnya. Enak aja. Malas meladeninya, aku kembali berjoget ria dengan berbagai macam gaya. Uluh uluh, senengnya aku.Jadi manten ... i'm coming ..."Di tolak jadi mantu, bukan akhir dari segalanya Siska. Cari aja yang baru. Mungkin, Ma
Baca selengkapnya

BAB 33. Orang ketiganya Saiton.

Sudah sekitar satu jam aku berada di dalam kamar. Mengabaikan ketukan di pintu dan teriakan si Dudu. Bodo amat! Aku gak mau buka pintu. Aku gak mau keluar juga. Tanggung malu sama calon imamku. Bisa bisanya Angga nangkap basah aku lagi joget joget ala India di atas lantai tadi. Haduh Mak ... anakmu malunya pake banget! Rasanya, aku beneran pengen menghilang dari muka bumi ini. Tapi, jangan deh, nanti Mas Anggaku tersayang itu nyari nyari aku lagi. Bisa brabe nanti. "Sis, kamu beneran gak mau buka pintu? Saya dari tadi nungguin kamu di depan pintu loh. Suer deh, saya gak liat apa yang tadi kamu lakuin, beneran," katanya dari balik pintu kamarku yang sengaja aku tutup rapat. Bahkan, aku kunci dari dalam. Takut kalau Angga tiba tiba nyelonong masuk gitu aja. Sekarang 'kan aku lagi dalam kondisi yang memalukkan. "Kamu gak percaya? Beneran kok, saya gak lihat." Aku semakin malu mendengarnya. Katanya gak l
Baca selengkapnya

BAB 34. Ternyata Kerabat.

Malam ini, aku sukses mewujudkan impianku yang sebatas impian itu. Yaitu, dengan memakan sebungkus kripik si lidah mertua. tak hanya itu, kripik si lidah mantan dan juga si lidah wanita juga disebelahnya kripik si lidah mertua, di temani dengan secangkir kopi, sambil memandangi bulan dan bintang yang menerangi malam gelap gulita. Dan yang paling spesial dari pada itu semua adalah, kehadiran sesosok manusia tampan yang ada di sebelahku. Aku tak tahu, ternyata, produsen kripik dengan nama berbagai jenis lidah wanita itu, adalah salah satu kerabatnya Angga. Hingga, setelah Maghri tiba, Angga tiba tiba datang kembali ke kontrakanku dengan dua kantong plastik besar, yang isinya tak pernah ku sangka. "Ya ampun! Kok bisa sih?" tanyaku dengan binar kaget yang tak bisa ku sembunyikan dari wajah ini. "Bisa aja. Karena produsennya kakak sepupu saya," jawab Angga dengan wajahnya yang biasa saja. Tapi, aku melihtanya begitu berbeda.
Baca selengkapnya

BAB 35. Sandal? Mana SANDAL?

"Jadi, mau apa Anda kemari?" Angga bertanya tanpa basa basi lagi. Ku dengar nada tak suka dari ucapannya pada Reyhan. Lagian, mau ngapain sih dia ke mari? Nanti, kalau si Klinik datang ke sini, gimana? Bisa nuduh yang macam macam dia sama aku. Ih, ogah aku berurusan terus dengannya. Aku juga sudah tak berniat alias tak berminat lagi untuk selalu bersaing dengannya. Takbermanfaat, dan tak ada gunanya sama sekali. "Aku, cuma mau ngasih bunga ini buat Siska." "Gak bisa! Siska gak nerima bunga dari laki laki lain selain saya," tolak Angga secara langsung. Bahkan, bunga yang baru saja Reyhan sodorkan padaku, langsung di tahan oleh tangan Angga. Hingga, bunga itu tetap berada di pemilik yang sebelumnya. Yaitu, Reyhan. "Tapi, Siska belum jawab, kalau dia nolak bunga pemberian dari aku ini." Dih, pake ngotot segala lagi. Udah di bilangin juga sama mas Anggaku tercint
Baca selengkapnya

BAB 36. Titip hati.

"Wah, parah kamu, Sis. Anak orang kamu timpuk pakai sandal." Si Dudu yang ternyata tadi melihat kejadian saat aku melempar sandal ke arah wajahnya Naura, menggeleng gelengkan kepala.  Ekspresinya ini entah tak percaya atau apa. Aku tak bisa menebaknya. "Salah dia sendiri. Punya mulut kok gak bisa di jaga. Walau pun aku ini seorang janda. Tapi, aku juga harga diri yang harus aku pertahankan. Siapa juga yang mau goda tunangannya? Gak ada tuh! Reyhan malah datang sendiri ke kontrakan aku. Aku gak ada nyuruh nyuruh dia buat dateng segala. Pakai acara bawa bunga segala lagi." Aku menggerutu kesal. Kesal bener bener kesal! Lebih kesal dari pada mimpi nikah sama Mas Jaka buncit. "Hooh! Harusnya ya, tadi, Kamu itu lempar dia pakai sepatunya Mas Angga yang ganteng itu. Kan sepatunya kulit tuh! Pasti bakalan lebih sakit tuh dari sandal." Ha!Apa kata si Dudu? 
Baca selengkapnya

BAB 37. Rindu itu berat.

Katanya besok malam. Katanya mau bantuin jualan. Nyatanya, sampai seminggu kemudian, batang hidungnya tak kunjung keliatan. Ke manakah Mas Angga pujaanku itu? Kok dia tiba tiba aja menghilang tanpa kabar. Ingi ku berkunjung ke rumahnya. Namun, aku tak tau alasan apa yang akan aku ucapkan pada calon mertuaku nantinya, jika aku di tanyai, 'mau apa ke mari?' Masa aku jawabnya, 'mau cari anaknya yang udah jadi pujaan hati ini'. 'Kan gak mungkin ya? Malu lah aku. "Sis, gak mau belanja?" tanya Si Dudu membuyarkan lamunanku yang sedang memikirkan Angga. Laki laki yang aku tunggui kehadirannya, pagi, siang dan malam. Namun, tak kunjung juga datang. Aku kesepian. Aku tiba tiba aj rindu dia. Oh, ternyata bener apa kata Dilan. 'Jangan rindu. Rindu itu berat. Aku taku kamu gak bisa menahannya.' Dan bener aja ternyata. Saat ini aku tak kuasa menahan g
Baca selengkapnya

BAB 38. Ayam Rica-rica.

Mataku membelalak sempurna tatkala tatapanku tertuju pada sebuah layar yang saat ini tengah memutar sebuah video. Video itu menunjukkan adegan mesra, sosok yang selama satu minggu ini aku rindui.Angga.Sosok itu terlihat sedang berbincang mesra dengan seorang wanita yang tak ku ketahui siapa dia. Tapi yang jelas, pemandangan itu begitu membuat mataku panas. Dadaku sesak. Dan jantungku juga rasanya ingin meledak.Aku terbakar api cemburu. Mereka, mereka berkhianat di belakangku. Ah, bukan mereka. Tapi Angga seorang. Karena sosok wanita itu, aku tak mengerahui siapa dia. Angga telah mempermainkan hati dan perasaanku. Jahat!"Eh, Sis. Maaf ya, aku gak bermaksud buat kamu marah dan cemburu. Aku-- aku cuma gak mau, temen aku satu satunya, di mainin sama cowok," kata si Dudu dengan tak enak hati setelah melihat ekspresi wajahku yang berubah setelah melihat cuplikan video barusan.Aku
Baca selengkapnya

BAB 39. Sedang tak ingin menyebut namanya.

Aku mematung di tempat setelah membukakan pintu dan mengetahui siapa yang tiba-tiba bertamu ke rumahku.Sosok itu yang masih membuatku merasakan gejolak tak biasa dalam dadaku, kini tengah menatapku di depan pintu. Tak hanya di depan pintu. Tapi juga di depanku. Tepat di depan mata.Oh, dia. Aku sedang tak ingin menyebut namanya. Bisa bisanya dia datang bagai kurir ekspress dalam sanubari. Lalu, dengan cepat pula dia mengacaukan hatiku.Sungguh terlalu dia ini. Ya, Dia!"Kamu, gak mau nyuruh saya masuk?" tanyanya. Aku masih berdiam diri di tempatku semula. Memandangnya dengan wajah sengit."Ekhem! Oke, kalau kamu gak mau nyuruh saya masuk, biar saya di luar aja."Aku masih diam. Tatapanku semakin tajam menghujam ke arahnya. Namun, Dia seakan tak menyadari kesalahannya padaku. Wajahnya tetap datar. Dan si-al! Dia masih aja keliatan ganteng di mataku.Dasar mata lucknut! Bisa bisanya meng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status