Malam ini, aku sukses mewujudkan impianku yang sebatas impian itu. Yaitu, dengan memakan sebungkus kripik si lidah mertua. tak hanya itu, kripik si lidah mantan dan juga si lidah wanita juga disebelahnya kripik si lidah mertua, di temani dengan secangkir kopi, sambil memandangi bulan dan bintang yang menerangi malam gelap gulita. Dan yang paling spesial dari pada itu semua adalah, kehadiran sesosok manusia tampan yang ada di sebelahku.
Aku tak tahu, ternyata, produsen kripik dengan nama berbagai jenis lidah wanita itu, adalah salah satu kerabatnya Angga. Hingga, setelah Maghri tiba, Angga tiba tiba datang kembali ke kontrakanku dengan dua kantong plastik besar, yang isinya tak pernah ku sangka."Ya ampun! Kok bisa sih?" tanyaku dengan binar kaget yang tak bisa ku sembunyikan dari wajah ini."Bisa aja. Karena produsennya kakak sepupu saya," jawab Angga dengan wajahnya yang biasa saja. Tapi, aku melihtanya begitu berbeda."Jadi, mau apa Anda kemari?"Angga bertanya tanpa basa basi lagi. Ku dengar nada tak suka dari ucapannya pada Reyhan. Lagian, mau ngapain sih dia ke mari? Nanti, kalau si Klinik datang ke sini, gimana? Bisa nuduh yang macam macam dia sama aku.Ih, ogah aku berurusan terus dengannya. Aku juga sudah tak berniat alias tak berminat lagi untuk selalu bersaing dengannya. Takbermanfaat, dan tak ada gunanya sama sekali."Aku, cuma mau ngasih bunga ini buat Siska.""Gak bisa! Siska gak nerima bunga dari laki laki lain selain saya," tolak Angga secara langsung. Bahkan, bunga yang baru saja Reyhan sodorkan padaku, langsung di tahan oleh tangan Angga. Hingga, bunga itu tetap berada di pemilik yang sebelumnya. Yaitu, Reyhan."Tapi, Siska belum jawab, kalau dia nolak bunga pemberian dari aku ini."Dih, pake ngotot segala lagi. Udah di bilangin juga sama mas Anggaku tercint
"Wah, parah kamu, Sis. Anak orang kamu timpuk pakai sandal." Si Dudu yang ternyata tadi melihat kejadian saat aku melempar sandal ke arah wajahnya Naura, menggeleng gelengkan kepala.Ekspresinya ini entah tak percaya atau apa. Aku tak bisa menebaknya."Salah dia sendiri. Punya mulut kok gak bisa di jaga. Walau pun aku ini seorang janda. Tapi, aku juga harga diri yang harus aku pertahankan. Siapa juga yang mau goda tunangannya? Gak ada tuh! Reyhan malah datang sendiri ke kontrakan aku. Aku gak ada nyuruh nyuruh dia buat dateng segala. Pakai acara bawa bunga segala lagi." Aku menggerutu kesal.Kesal bener bener kesal! Lebih kesal dari pada mimpi nikah sama Mas Jaka buncit."Hooh! Harusnya ya, tadi, Kamu itu lempar dia pakai sepatunya Mas Angga yang ganteng itu. Kan sepatunya kulit tuh! Pasti bakalan lebih sakit tuh dari sandal."Ha!Apa kata si Dudu?
Katanya besok malam. Katanya mau bantuin jualan. Nyatanya, sampai seminggu kemudian, batang hidungnya tak kunjung keliatan.Ke manakah Mas Angga pujaanku itu?Kok dia tiba tiba aja menghilang tanpa kabar. Ingi ku berkunjung ke rumahnya. Namun, aku tak tau alasan apa yang akan aku ucapkan pada calon mertuaku nantinya, jika aku di tanyai, 'mau apa ke mari?'Masa aku jawabnya, 'mau cari anaknya yang udah jadi pujaan hati ini'. 'Kan gak mungkin ya? Malu lah aku."Sis, gak mau belanja?" tanya Si Dudu membuyarkan lamunanku yang sedang memikirkan Angga.Laki laki yang aku tunggui kehadirannya, pagi, siang dan malam. Namun, tak kunjung juga datang. Aku kesepian. Aku tiba tiba aj rindu dia.Oh, ternyata bener apa kata Dilan. 'Jangan rindu. Rindu itu berat. Aku taku kamu gak bisa menahannya.'Dan bener aja ternyata. Saat ini aku tak kuasa menahan g
Mataku membelalak sempurna tatkala tatapanku tertuju pada sebuah layar yang saat ini tengah memutar sebuah video. Video itu menunjukkan adegan mesra, sosok yang selama satu minggu ini aku rindui.Angga.Sosok itu terlihat sedang berbincang mesra dengan seorang wanita yang tak ku ketahui siapa dia. Tapi yang jelas, pemandangan itu begitu membuat mataku panas. Dadaku sesak. Dan jantungku juga rasanya ingin meledak.Aku terbakar api cemburu. Mereka, mereka berkhianat di belakangku. Ah, bukan mereka. Tapi Angga seorang. Karena sosok wanita itu, aku tak mengerahui siapa dia. Angga telah mempermainkan hati dan perasaanku. Jahat!"Eh, Sis. Maaf ya, aku gak bermaksud buat kamu marah dan cemburu. Aku-- aku cuma gak mau, temen aku satu satunya, di mainin sama cowok," kata si Dudu dengan tak enak hati setelah melihat ekspresi wajahku yang berubah setelah melihat cuplikan video barusan.Aku
Aku mematung di tempat setelah membukakan pintu dan mengetahui siapa yang tiba-tiba bertamu ke rumahku.Sosok itu yang masih membuatku merasakan gejolak tak biasa dalam dadaku, kini tengah menatapku di depan pintu. Tak hanya di depan pintu. Tapi juga di depanku. Tepat di depan mata.Oh, dia. Aku sedang tak ingin menyebut namanya. Bisa bisanya dia datang bagai kurir ekspress dalam sanubari. Lalu, dengan cepat pula dia mengacaukan hatiku.Sungguh terlalu dia ini. Ya, Dia!"Kamu, gak mau nyuruh saya masuk?" tanyanya. Aku masih berdiam diri di tempatku semula. Memandangnya dengan wajah sengit."Ekhem! Oke, kalau kamu gak mau nyuruh saya masuk, biar saya di luar aja."Aku masih diam. Tatapanku semakin tajam menghujam ke arahnya. Namun, Dia seakan tak menyadari kesalahannya padaku. Wajahnya tetap datar. Dan si-al! Dia masih aja keliatan ganteng di mataku.Dasar mata lucknut! Bisa bisanya meng
"Mas mau bukti 'kan!? Nih, aku kasih buktinya!" Ku perlihatkan HP si Dudu yang layarnya sedang menunjukkan adegan, di mana Dia sedang berujar mesra dengan seorang wanita. Ya, ini tentang Dia. Video yang bikin aku naik darah sampai mendidih. Bahkan, bikin aku jadi uring-uringan tak jelas.Dan itu semua, gara gara dia dan videonya.Ngeselin!Hal tak terduga kembali terjadi. Kini, aku malah melihatnya tertawa. Bukan lagi tersenyum. Aneh bukan? Ada ya, yang begitu? Orang lagi marah juga. Tapi, dia malah ketawa. Bukannya merasa bersalah dan menyesalinya! Dasar buaya!Harusnya, aku gak mudah percaya gitu aja sama buaya. Karena ternyata, buaya darat emang gak setia. Beda Ama buaya muara.Huh! Jadi malah bahas buaya 'kan jadinya?"Ngapain Mas ketawa? Lucu?" tanyaku ketus. Seketus wajahku saat ini. Tak ada senyum di bibir, apalagi tawa.Enak aja!
Sekarang, aku di buat dilema. Antara mau mendengar atau tidak.Dia, yang namanya masih belum ingin ku sebut, terus menerus menggodaku dengan caranya."Kalau kamu memang mau mengetahui siapa wanita yang ada dalam video itu, saya akan beritahu kamu tanpa membohongi. Tapi, kalau kamu memang tak mau tahu dan juga tak mau mendengarkan, ya sudah. Saya tidak akan maksa kamu."Tidak! Aku ingin tau siapa wanita itu. Tapi, aku terlalu gengsi untuk mengatakannya.Si-al! Semua ini gara gara gengsi!"Ya sudah, kalau kamu emang gak mau dengar. Sekarang saya pergi. Titip salam buat Dudu," ujarnya berpamitan. Pakai titip titip salam segala lagi buat si Dudu.Dia berbalik badan. Namun, dengan gerakan cepat aku menahan langkahnya."Tunggu, Mas." Dia menoleh. Ada sedikit senyum lagi terbit di sana. Aku jadi gemes sendiri melihatnya."Kamu nahan saya, Sis?" tanyanya.
"Oh, jadi kamu Du, yang udah kasih video saya sama adik sepupu saya?""Hah! Apa?!" Si Dudu membelalak. Begitu pun dengan aku yang sama terkejutnya dengan si Dudu.Adik sepupunya, Dia bilang?Ku perhatikan lagi dengan saksama, putaran video yang di berikan oleh si Dudu. Dan baru aku ngeh saat ini, ternyata wanita yang ada dalam Video bersama si Dia itu, memakai seragam putih abu. Menandakan jika ia masih berstatus sebagai seorang pelajar menengah atas.Wajahku mendongak. Dan bertepatan dengan itu, matanya juga sedang menatap wajahku. Pandangan kami berdua saling bertemu. Hingga, si Dudu mengeluarkan suaranya yang nyaring. Membuat kami engakhiri pandanganm kami."Aduh, ya ampun! Jadi, yang ada di dalam Video itu adik sepupunya, Mas Ganteng?!" ujar si Dudu so kaget. Entahlah, entah ia keget beneran, atau hanya settingan. Aku gak tau!"Kenapa kamu kasih video itu sam