***Aku tatap Sabrina yang masih mencerna ucapanku. Karena yakin dia akan berekasi berlebihan, kutarik tangannya menuju ke kamarku dan Naura. Lebih baik kami bicara saja di sini.“Zahra kamu serius?” tanya Sabrina begitu pintu kamar aku tutup rapat dari dalam.Aku yang tadinya masih membelakanginya kini menghadapnya. “Aku serius, Sab,” jawabku.“Tapi kenapa, Ra?” Sabrina datang menghampiri. Sahabatku itu tampak tidak terima. “Kamu diancam?” tanyanya sambil memicingkan mata.Aku menggeleng. “Enggak, Sab,” jawabku.“Terus? Kamu kan semangat mau pisah. Kenapa sekarang bilang nggak jadi?”“Naura, Sab,”“Ternyata aku nggak bisa lihat dia sedih karena perpisahan kami. Dia mau aku dan mas Rafa sama-sama terus, Sab,” jelasku.“Tapi kenapa? Bukannya waktu itu Naura setuju kamu pisah sama si Rafa?”Aku menggeleng. “Naura berubah pikiran karena yang Naura lihat ayahnya telah banyak berubah,” ucapku.“Nggak bisa Ra! Jangan balikan sama Rafa!” ujar Sabrina menentang keputusanku. Matanya berkilat a
Last Updated : 2023-11-26 Read more