*** “Kamu tenang saja! Rafa nggak akan berkutik saat ancamanmu itu benar-benar kamu lanjutkan,” ucap Sabrina setelah mendengar ceritaku. “Tapi aku nggak mau Naura punya seorang ayah mantan narapidana nantinya, Sabrina,” balasku khawatir. Tck! Sabrina berdecak kesal. “Ingat Ra, ini hanya ancaman. Kamu nggak perlu khawatir!” ujarnya. Aku mengerti maksud Sabrina hingga aku setuju dengannya. Jika memang cara ini mampu membuat mas Rafa setuju untuk menceraikanku, maka akan aku tempuh. “Ya sudah terima kasih, Sab. Aku tutup dulu, mau lanjut cek toko,” “Okay! Kalau ada apa-apa langsung kabarin aku ya,” pintanya yang langsung aku angguki dengan anggukan kepala. “Assalamu’alaikum, Sabrina.” “Wa’alaikumsalam, Zahra.” Setelah itu telepon benar-benar kami akhiri. Aku mengembuskan napas dengan berat. Mulai merasa jenuh dengan semua ini. Sudah cukup lama kemelut rumah tangga menghantuiku. Sudah cukup lama pula aku ingin berpisah dari mas Rafa, akan tetapi hingga detik ini belum juga ada k
Read more