Home / Romansa / Istri Simpanan Tuan Muda / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Istri Simpanan Tuan Muda: Chapter 81 - Chapter 90

135 Chapters

BAB 81 PELUKAN ANDINI

ANDINI's POVSemenjak merasa seperti terbakar api yang membuat sekujur tubuhku panas, aku tak banyak bisa bicara atau menjelaskan apa yang aku mau. Aku lebih banyak diam dan sesekali meminta air untuk aku minum.Masih saja tenggorokan dan tubuhku seperti mendapatkan hawa panas yang makin membuatku tak nyaman.Lambat laun, aku tak lagi mendengar apa yang dikatakan orang di sekitarku. Telingaku seperti berdengung."Mbak, minum obatnya..." itu suara terakhir Mak Ijah yang aku dengar.Pun ketika jarum infus masuk ke lengan kananku, aku tak merasakan apapun. Hanya sakit saat dimasukkan dan tak lagi merasa apa-apa sesudahnya."Biar pasien istirahat dulu, Bu. Yang bukan anggota keluarganya tolong keluar dulu." Suara asing itu lagi-lagi membuat orang di sekitarku tak lagi bersuara. Mungkin saja mereka benar-benar pergi dari sini.**"Dia masih dirawat di rumah." Aku mendengar suara Mak Ijah lagi. "Sepertinya ada beberapa luka yang harus disembuhkan."Siapa yang dirawat di rumah memangnya? Apa
Read more

BAB 82 STATUS BAGAS

BASKARA's POVAku mendengar ada suara mobil datang ke rumah. Tak tahu itu siapa yang datang, tapi aku tak bisa berlama lagi di ruang tamu. Meski masih belum bisa berjalan dengan tegap. kakiku melangkah begitu saja mendengar beberapa orang yang datang.Seperti yang aku duga, itu adalah Andini dan rombongannya yang membawa dari klinik."Bas, mau ke mana kamu?" Mama belum selesai rupanya memberiku ceramah. Tamat sudah riwayat cintaku dengan Laura. Kenekatanku menjalin hubungan dengan wanita yang kupikir adalah pelabuhan terakhirku, berakhir seperti bom bunuh diri. Aku hancur tak berdaya."Mau ke belakang, Ma..." Jawabku. Aku tertatih mengangkat kaki dan tanganku mencari pegangan agar tubuhku seimbang dan stabil."Jangan bilang kamu mau menjenguk perempuan kampungan itu." Tegasnya. Matanya terlihat tak bisa dinego. Dia sangat marah."Ma... aku cuma mau melihat anakku. Itu saja!" Kualihkan tubuhku agar memunggunginya dan tak lagi tersulut emosi ketika harus berhadapan. Kami berdua memang
Read more

BAB 83 PERANG LAGI

ANDINI's POVTak tahu apa yang merasuki Baskara, sejak pagi tadi selalu melontarkan kalimat yang membuatku tak bisa menjawab dengan benar di matanya. Baginya, aku tak lebih dari mesin penghasil anak buatnya."Ayo, mandi Bagas..." Aku memasukkannya ke dalam bak mandi yang sudah kupastikan temperaturnya sesuai untuk Bagas.Dia tak terlalu suka air terlalu hangat. Mirip dengan ayahnya yang lebih cenderung menyukai dingin. Andini, mengapa kamu malah ingat ayahnya sekarang? Huh, aku mendengus kesal."Auwaaa... Tuta... tuta..." Ucapnya sambil memainkan bebek plastik yang sudah lebih dulu aku masukkan di bak mandi."Iya, iya, nanti main lagi... ini sudah sore..." Gumamku. Seharian aku tidak tidur siang seperti biasa. Aku full mengasuh Bagas sendiri."Masih main-main, Bagas?" Mak Ijah tiba-tiba datang dan duduk di sampingku.Bagas senyum-senyum sendiri melihat kedatangan pengasuhnya. Terkadang aku merasa Mak Ijah lebih dekat dan memahami Bagas daripada aku yang ibunya sendiri."Ta...tata... B
Read more

BAB 84 LABIL

BASKARA's POVMataku tak bisa terbuka lagi. Sepintas tadi aku melirik jam dinding, rupanya masih jam satu dini hari. Kepalaku terasa berat karena belum sepenuhnya kering dari kucuran shower yang hanya aku keringkan dengan handuk seadanya tadi sore."Ughhh..." Aku menggerakkan kedua lenganku yang terlalu lama dalam posisi yang sama. Kaku dan ngilu.Sementara aku mengingat kembali di mana aku sekarang, kudapati seseorang yang tertidur pulas di sampingku. Andini."Andini..." Aku gerakkan tubuhnya untuk membangunkannya. Aku baru saja ingat kalau bajuku basah semua. "Apa?" Dia menjawab dengan malas.Rasa kantuk memang masih menderaku juga. Tapi aku tak bisa terus-terusan di sini, bukan? Aku tidak mau jika saat pagi menjelang, ada yang memergokiku keluar dari kamar pembantu. Ini akan menjadi topik perbicangan yang tiada habisnya untuk para pembantu lainnya."Andini, cepat antarkan aku naik ke kamarku..." Bisikku padanya."Baskara... kembalilah sendiri..." Setelah menjawabku, Andini tertid
Read more

BAB 85 KANTOR BASKARA

ANDINI's POVSemudah itukah mengatakan cerai?Renungan itu yang aku pikirkan hingga hari telah berganti, Bagas yang masih tertidur pulas, membuatku enggan meninggalkannya seorang diri.Bagi Baskara, kami memang menikah tanpa didasari rasa. Jadi, tentu mudah jika memang harus berpisah."Orang kaya memang tak punya hati. Hatinya sudah dibalut oleh tumpukan uang dan pundi-pundi hartanya." Gumamku pada diriku sendiri.Bagas bergerak-gerak. Mungkin popoknya sudah penuh."Bagas... ini sudah pagi, Nak... Ayo bangun..."Senyumnya merekah mendengar suaraku. Lalu dia membuka matanya yang bersih."Ayo, Bagas mandi dulu..." Dia masih malas-malasan."Ma...Ma..." Ucapnya untuk menimpali apa yang aku katakan. Tangannya yang mungil mulai minta dipegang."Mbak Andini, apa Bagas sudah bangun?" Mak Ijah rupanya membuka pintu mendengar kami bercerngkrama di dalam kamar."Sudah Mak. Barusan bangun..." Jawabku.Mak Ijah mendekati tubuh mungil itu dan menggendongnya. Dibawanya keluar kamar. Rutinitas setiap
Read more

BAB 86 PERSIMPANGAN JALAN

BASKARA's POVApa aku tidak salah dengar? Andini hamil?Tak tahu harus bahagia atau menyesal dengan kabar yang dia sampaikan padaku. Niatku untuk memuaskan hasratku padanya tumbang seketika.Hamil?Aku bertanya lagi pada diriku sendiri.Andini tak berani menatap wajahku. Sejak tadi kami tiba di kantor, dia lebih banyak terdiam dan termenung. Aku tak tahu ke mana jalan pikirannya. Apa yang membuatnya seperti terus menerus larut dalam pikirannya sendiri."Berapa bulan?" Tanyaku."Dua..." Jawabnya lirih."Kenapa baru memberitahuku sekarang?" Aku tak mau melunak hanya karena dia hamil."Aku baru tahu minggu lalu." Tak ada raut wajah bahagia yang tersirat di sana. Dia hanya murung."Apa yang akan kamu lakukan padanya?" Tanyaku lagi. Aku sejujurnya takut jika ini akan menjadi penghalang skenario Mama untuk menyuruhku bercerai secepatnya dengan Andini."Kalau kamu mau menceraikan aku, sebaiknya secepatnya saja." Di luar dugaan, Andini mengusulkannya secepat ini."Apa maksudmu, Andini? Lalu b
Read more

BAB 87 SEBUAH LARANGAN

ANDINI's POV "Mak, saya diijinkan nengokin Ibu..." Senyumku mungkin sudah lebih merekah dari rembulan purnama sekarang. Mak Ijah tak bergeming. Dia hanya melanjutkan kegiatannya setrika baju dan melipatnya dengan rapi. "Mak..." Sapaku lagi. Apa dia melamun? "Mbak Andini, seharusnya saya tidak perlu mengingatkan..." Kalimat itu tiba-tiba merubah suasana seketika. Aku sudah paham kira-kira apa yang akan dikatakannya. Mungkin aku memang sudah lupa diri. "Oh, iya Mak." Segera aku sudahi percakapan dan mencari keberadaan Bagas. Bibi Siti tadi menggendong untuk menidurkannya tapi sampai sekarang belum juga kembali. "Andini, kamu sudah ke rumah Ibumu hari ini?" Baskara yang baru datang dari luar menanyaiku. Tak bisa menjawab pertanyaannya, aku memilih untuk diam dulu. Rasanya sesak berada di antara kubu Mak Ijah dan Baskara. Siapa di antara keduanya yang benar-benar seharusnya aku percaya... "Hmm, belum." Mendengar jawabanku, Baskara berhenti sejenak. Dia tak melanjutkan langka
Read more

BAB 88 PASPOR PERTAMA

ANDINI's POV Ibu tidak terlihat sakit di mataku. Semua kondisi baik-baik saja. Rupanya saat dikabarkan kalau dia sedang di rumah sakit, itu hanyalah check up biasa. Baskara mengetahui hal itu tapi dia sengaja tidak memberitahuku. Katanya itu permintaan adikku padanya. Selain dia juga meminta bantuan untuk biaya pengobatan. Hutang budiku semakin banyak, hanya saja... pembalasan dendam yang aku sudah berjanji melakukannya harus tetap dilakukan. Ini lain soal. "Mbak, Ibu tadi tidak mau makan. Begitu tahu Mbak Andini mau ke sini... langsung lahap makannya." Seru adikku yang sedang menata baju-baju yang baru dicuci untuk dilipatnya. "Begitu ya?" Aku menoleh ke arah Ibu yang sedang main-main bersama Bagas. "Bagas tambah ganteng ya, Mbak..." Adikku sengaja memuji agar aku tidak marah. Mengetahui kelakuannya, aku sungguh sangat malu pada Baskara. "Iya. Dia sudah mau satu tahun bulan depan." Imbuhku. Aku memperhatikan baju-baju yang dilipat oleh adikku. Semuanya baru. "Baju kamu baru
Read more

BAB 89 KE AUSTRALIA

BASKARA's POV "Visa sudah bisa aku urus besok, Bas..." Bayu memang menawarkan diri untuk membantu pengurusan visa ke Australia. "Aku pikir kamu nggak bakalan bawa Andini, tapi..." "Kenapa? Kamu tidak rela dia aku bawa? Kan Andini hanya jadi saksi saja... Bukan mau honeymoon sama aku." Kelakarku agar Bayu tidak terus menerus menyindirku. "Hahaha... kamu ada-ada saja. Dasar playboy!" Bagas tiba-tiba datang menghampiriku saat aku dan Bayu ada di gazebo belakang. "Biarkan dia di sini..." Kusuruh Mak Ijah membiarkan dia bersamaku,"Mak Ijah tolong buatkan minuman untukku dan Bayu. Seperti biasa..." Mak Ijah terlihat dengan berat hati menyerahkan Bagas padaku. Aku tahu dia sebenarnya ingin menguping pembicaraanku untuk dijadikan gosip, tapi... aku lebih tahu bagaimana mengusirnya secara halus. "Baik, Tuan. Permisi..." Langkahnya perlahan-lahan tak secepat biasanya. "Bas, kalau misalkan nanti kamu bisa melewati ini, setidaknya... aku yakin uang kamu bisa kembali. Karena uang mereka di
Read more

BAB 90 BUMI KANGURU

ANDINI's POV Masa awal kedatangan di negeri asing ini terasa sangat melelahkan dan cukup membuatku pusing. Morning sickness yang cukup parah jika dibandingkan dengan saat di Indonesia juga aku alami. Bagas sering diajak Baskara untuk jalan-jalan ke luar ruangan saat pagi. Mereka tampak menikmati masa-masa berdua yang indah, sementara aku hanya terdiam di apartemen untuk berjuang dengan rasa mual setiap paginya. "Apa kamu memerlukan sesuatu?" Baskara menanyaiku ketika akan keluar dengan Bagas. Semua stok kebutuhan makanan masih aman di kulkas dan freezer.  Aku menggelengkan kepala. Setiap hari hanya membayangkan bagaimana rasanya keluar menginjak tanah di bawah sana. "Apa kamu mau ikut kami jalan-jalan?" Sepertinya Baskara agak berat meninggalkanku setelah satu minggu aku hanya mengurung diri di sini. "Mungkin besok saja. Aku masih agak pusing." Jawabku sambil memijat beberapa kali kening kepalaku.
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status