Home / Romansa / Istri Simpanan Tuan Muda / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Istri Simpanan Tuan Muda: Chapter 101 - Chapter 110

135 Chapters

BAB 101 BERUBAH-UBAH

ANDINI's POVSeharian kemarin Baskara tidak menemuiku. Tumben. Saat malam menjelang, kulihat jendela kamarnya masih tidak ada lampu yang menyala dari dalam ruangnya. Ke mana perginya?Tak ada pesan titipan pada Bibi Siti ataupun Mak Ijah. Saat bertemu Pak Gun di luar, dia juga hanya bilang Baskara tidak ke luar kota. Dia bekerja seperti biasa.Pagi ini kuusahakan untuk bertemu, siapa tahu dia belum berangkat."Kamu sudah mau ke kantor?" Tanyaku.Kami berpapasan di tangga. Aku masih berjalan beberapa langkah untuk naik. Baskara nampak tergesa-gesa untuk pergi. Aroma parfumnya sudah membuat hidungku terbangun sepagi ini."Iya." Jawabannya singkat. Dia tak menyapa atau mengecek anak yang sedang di kandunganku seperti biasa. Aku menyusulnya ke depan. "Apa kamu mau ke luar kota?"Siapa tahu aku diajak. Biasanya Baskara akan menawariku untuk menemaninya. Sekarang Bagas sudah tidak mau berdekatan denganku lagi karena perutku semakin membuncit. "Tidak." Baskara membuka pintu mobil dan duduk
Read more

BAB 102 SUARA ASKARA

ANDINI's POVHari yang aku nantikan akhirnya telah datang di depan mata. Saat ini aku sudah memasuki ruang untuk bersalin. Sejak semalam aku sudah mengalami kontraksi yang semakin dekat jaraknya.Baskara memang mengantarkanku juga, tapi tak ada kalimat apapun yang keluar dari mulutnya."Mbak Andini, semangat ya..." Santi menyemangatiku.Akhir-akhir ini setelah Mak Ijah pergi, kami memang semakin dekat dan akrab. Diam-diam Santi banyak membantuku dalam menuju masa transisiku ini. Karena dia juga seorang janda, sebuah status yang sebentar lagi akan aku sandang juga.Pihak rumah sakit hanya mengijinkan satu orang saja yang menemaniku di ruang bersalin. Meski aku tak menunjuk atau meminta, Baskara akhirnya menemaniku meski masih dalam keadaan membisu."Tuan, nanti tolong istrinya disemangati. Saya harap nanti jangan terkejut atau ikut gugup. Tetap tenang dan beri dukungan pada calon ibu yaa..." Salah satu tenaga medis yang kuyakini adalah bidan, memberikan wejangan yang sebagian aku ikut
Read more

BAB 103 GEJOLAK HATI

BASKARA's POV Semenjak pulang dari rumah sakit, Andini tak begitu banyak bicara. Dia sering terlihat murung dan hanya sesekali berbicara dengan Askara atau Bagas. Keputusanku untuk memecat Mak Ijah tanpa sepengetahuan Papa ataupun Mama kala itu, semoga saja menjadi keputusan yang betul. Aku baru menyadari bahwa terlepas dari pernikahan kontrak yang dulu pernah aku jalani dengan Andini, ada sosok yang memanfaatkan keadaan dan berupaya mengendalikan semuanya sesuai apa yang dia mau. "Andini. makanlah dulu." Aku menyuapinya sesendok bubur ayam. Tapi mulutnya belum juga mau terbuka. "Keburu dingin." Kudekatkan sendok itu ke mulutnya, berharap agar dia mau membuka mulut dan makan sedikit demi sedikit. "Baskara... apa sebaiknya kita cerai sekarang saja?" Pertanyaan itu dia lontarkan kepadaku. Nyaris aku menjatuhkan sendok makan ke lantai saat mendengar kalimat itu keluar begitu saja dari Andini. Apa dia sudah merasa yakin dengan keputusannya? "Tunggulah anakmu besar. Apa kamu yakin de
Read more

BAB 104 BUKAN PAPAKU

ANDINI's POVSementara aku menidurkan Askara yang sudah berumur sebulan, Bagas sedari tadi tetap saja merengek memintaku untuk menyuapinya.Cukup sulit jika dua-duanya rewel. Meskipun dibantu oleh Santi dan Bibi Siti, di saat-saat tertentu mereka hanya mau denganku saja."Mama... cuap!" Usianya yang hampir dua tahun sudah mulai pandai memerintahku untuk melakukan apa yang dia senangi."Iya, iya... Mama suapin kamu, Bagas. Tapi janji ya makannya harus dihabiskan!" Sambil duduk di sofa tempatku menyusui Askara, tanganku menyuapkan sendok demi sendok ke mulut kecil Bagas.Sejak pagi Bagas rewel, Bibi Siti bilang...mungkin Bagas rindu denganku."Mama... mama..." Tangannya berusaha meraih adiknya yang sedang tidur di dalam tempat tidur bayi, tempat di mana Askara baru saja tertidur pulas."Bagas... jangan sentuh-sentuh adik ya... dia baru tidur. Kasihan, okay?" Sebisa mungkin aku menahan emosi agar tidak marah di hadapannya. Tanganku sudah tak kuat jika lama-lama begini, aku ingin segera m
Read more

BAB 105 LATAR SENJA

BASKARA's POV"Apa kamu yakin?"Setiap ucapan Andini yang dikatakannya semalam membuatku bertanya pada hati kecilku. Adakah yang lebih bisa aku percaya selain hasil tes yang menunjukkan hitam di atas putih? Tentu tes DNA itu sudah valid dan tidak mungkin salah. "Aku sebenarnya tidak mau percaya tapi itulah kenyataannya, Andini. Hhhhhhh....." Hembusan nafas panjang ini kuharapkan bisa membuat hatiku lebih tenang. Jantungku berdetak tak karuan sejak tadi.Pertanyaan Andini justru mengulik keyakinanku sendiri. Papa adalah sosok yang sampai saat ini menjadi orang tua sempurna di mataku. Meskipun kesalahannya main perempuan tidak pernah bisa aku tolerir."Baskara... apa kamu tidak ingin tahu siapa ayahmu yang sebenarnya? Maaf jika aku salah dalam bertanya, maksudku... biasanya orang akan penasaran siapa ayah kandungnya ketika mengetahui bahwa orang tua yang selama ini merawatnya adalah orang tua angkat atau tiri..." Begitulah watak Andini, semakin dijawab pertanyaannya, dia tak akan pern
Read more

BAB 106 PENGIKUT YANG TERPAKSA

BASKARA's POV"Kalau itu maumu, aku tidak bisa mencegahmu." Papa menyetujui apa yang aku inginkan. "Tapi, kamu harus ingat, Om-mu itu orangnya sulit untuk digoyahkan. Sekali ingin A, dia akan pertahankan mati-matian A itu. Dia tidak peduli apa yang orang lain katakan atau inginkan." Wejangan Papa membuatku berpikir sejenak. Mengapa dua kakak beradik ini memiliki watak yang sangat bersebrangan? Papa, setauku adalah seorang yang mementingkan orang lain. Tak dipungkiri bagi Papa, nama baik adalah sesuatu yang harus dijaga dan diperjuangkan. Tapi... Om Hadi tidak demikian halnya."Pa..." Semenjak aku mengetahui fakta kalau Papa bukan ayah kandungku, aku menjadi sedikit kikuk setiap kali hendak bertanya sesuatu hal yang sensitif. Ada sedikit jarak yang tiba-tiba terjadi antara aku dan dia."Katakan saja, Baskara! Sejak kemarin aku perhatikan, kamu ada hal yang ingin kamu utarakan. Tapi selalu kamu tahan. Ayo, berterus teranglah, anakku..." Ucapan Papa dan rasa sayangnya tak pernah berkura
Read more

BAB 107 TAUTAN BATIN

ANDINI's POV Melihat bayi mungil ini tertidur nyenyak di tempat tidurnya, aku tersenyum sendiri. Betapa damainya dunia seorang bayi yang masih bersih dari noda dan dosa. Ketenanganku menikmati pemandangan indah ini sirna seketika karena Baskara yang pulang dalam keadaan muram dan diam seribu kata. Dia hanya duduk termenung di sebelahku. Mengingat hubungan kami belum sepenuhnya pulih, aku membiarkannya terdiam dan lebih baik menunggunya untuk memulai bercerita. "Apa yang harus aku lakukan, Andini?" Dia membuka suara bahkan ketika aku belum memintanya. "Ada persoalan?" Akhir-akhir ini aku tidak berani banyak bicara. Takut salah dan menambah masalah. "Papa tadi terlihat sangat marah. Bahkan dia lebih marah daripada saat aku dulu mengaku telah menabrak ayahmu." Kalimat Baskara masih terdengar lirih. Aku menjaga diri agar tidak terbawa emosi. Setiap kali dia mengingatkan kejadian tentang ayahku, seketika ubun-ubunku terasa mendidih. "Lalu... apa yang akhirnya kamu lakukan untuk me
Read more

BAB 108 CONNECTING THE DOTS

ANDINI's POVSetelah berdebat panjang dengan Santi, kuputuskan untuk mengikuti apa yang dia mau. "Temui Tuan Bayu dan Mak Ijah sebentar, Mbak..." Isaknya semakin terdengar jelas, "atau Mak Ijah nanti akan marah dan curiga padaku.""Kamu jangan cengeng. Aku sudah cukup lama menjadi orang yang tertindas dan dimanfaatkan oleh Mak Ijah." Kalimat itu kusampaikan untuk menguatkan Santi. Dia terlihat ketakutan setelah menyadari pada siapa sebenarnya dia berpihak."Mbak... aku takut. Aku..." Jelas Santi sekarang sudah menyadari kesalahan yang dia lakukan. "Aku selama ini mendekati Tuan Agus karena perintah Mak Ijah. Dia bilang kalau aku hamil, aku akan diberinya semua yang aku minta."Bukan salah Santi sepenuhnya memang. Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Santi telah mengandung seorang janin yang jelas-jelas itu bukan anak Tuan Agus.Sampai sekarang dia belum mengakui anak siapa yang dikandungnya."Aku tahu Santi. Orang seperti kita ini mengharapkan hidup yang nyaman dan tidak perlu bekerja unt
Read more

BAB 109 MATA-MATA BASKARA

BASKARA's POV"Sudah beberapa hari terakhir ini saya lihat secara langsung, Santi sering bertemu dengan Mak Ijah..." Pak Gun berucap.Hans hanya bisa menarik nafas panjang sejak tadi kami bertiga bertemu di kafenya. "Apa dugaan kita benar kalau dia hanyalah kaki tangan saja?""Saya kira Santi ini sama dengan Mbak Andini, Mas Hans. Dia hanya digunakan sebagai tameng untuk balas dendamnya." Pak Gun terlihat yakin dengan kalimatnya. Itu sudah dia gaungkan sejak pertama kali Hans mengusulkan untuk membentuk tim rahasia.Hans dan instink yang tak pernah salah, selalu berkata bahwa ada pengkhianat di dalam rumah. Entah itu salah satu anggota keluarga ataupun pembantu yang biasa berada di rumah. Mereka punya andil besar karena tahu menahu soal keluargaku."Semenjak Tuan Hadi mengakui Tuan Baskara jadi anaknya, Mak Ijah langsung membelok. Makanya saya kemarin ngeyel minta Tuan Baskara untuk uji coba. Mengetes kesetiaannya. Akhirnya terbukti, kalau dia lebih memilih untuk pergi daripada bertah
Read more

BAB 110 PENENTUAN PILIHAN

ANDINI's POVTidak tahu dari mana datangnya, Baskara mendadak mendatangiku dan membawaku ke hadapan orang-orang yang ada di pelataran samping rumah.Masih belum bisa berpikir apa yang sedang terjadi, dia sudah memberiku pilihan. Apakah aku akan memilihnya atau Bayu. Pertanyaan macam apa ini? Apa sampai sekarang dia masih meragukan aku?"Jawab sekarang, Andini!" Perintahnya. Tanpa banyak pertimbangan lagi, aku yang awalnya melepaskan genggaman tangannya... mencari tangan kekar itu.Baskara yang awalnya berapi-api seketika dingin dan tak menyemburkan suara kebencian. Matanya terkejut melihat tanganku memegang tangannya. Kali ini bukan atas paksaan siapapun."Andini?" Bisiknya masih tidak percaya."Aku memilihmu. Sejak pertama kalinya." Balasku. Bagaimana membuatnya percaya padaku? Rasanya mustahil untuk merubah keyakinan Baskara yang selalu teguh pada apa yang dia yakini."Berarti, selama ini... kamu tidak pernah mencintai Bayu?" Baskara masih belum bisa menutup mulutnya. Dia keheran
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status