Semua Bab Istri Simpanan Tuan Muda: Bab 111 - Bab 120

135 Bab

BAB 111 GAIRAH BARU

ANDINI's POV"Aku ingin kita pindah ke villa."Baskara yang masuk ke kamarku tiba-tiba mengutarakan rencananya. Tidak ada angin tidak ada hujan."Memangnya kenapa?" Tanyaku. Sebenarnya aku mulai kerasan untuk tinggal di sini. Terlebih lagi, di sini sudah tidak ada Mak Ijah lagi."Aku ingin anak-anak kita tumbuh dalam suasana tenang dan netral." Ucapnya kemudian duduk di sebelahku. Mata Baskara sedari tadi tidak bisa lepas dari menatap kakiku. Aku tahu itu.Sengaja aku duduk menyilangkan paha agar bajuku yang sangat minim tidak mengganggu konsentrasinya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya."Apa kamu tidak suka tinggal di sana? Atau kamu mau tetap tinggal di sini karena ada banyak pembantu yang membantumu setiap hari?" Desisnya terlihat tidak suka saat aku menanyakan alasannya pindah."Aku..." Tak bisa kuungkapkan apa yang sebenaranya aku rasakan. Toh, akhirnya tetap keinginan Baskara-lah yang akhirnya akan terjadi dan pasti dipilihnya."Baguslah... Aku sudah pack beberapa barangku. Se
Baca selengkapnya

BAB 112 MULAI TERURAI

BASKARA's POVAku bisa bernafas lega sekarang. Dengan pindah ke villa, meski untuk sementara waktu saja, ini sudah sangat merubah suasana hatiku. Selain sekarang aku sudah terbebas, catatan lagi walau untuk sementara, dari pengawasan Papa yang serba diktator. Meski Mama akan tetap memantauku sesekali saja."Selamat datang, Tuan..." Maya menyambut kami.Mata Andini melirik ke kiri dan ke kanan area pelataran. Sepertinya dia sedang mencari-cari sesuatu."Bunga-bungamu semua dirawat di belakang, Andini. Jangan khawatir." Aku memberikannya penjelasan agar dia tak seperti maling yang mencari-cari sesuatu sejak tadi."Oh..." Dia menjawabku. Tapi aku tahu itu tidak membuatnya tenang."Tuan, Nyonya besar tadi sempat ke sini. Tapi pergi lagi karena katanya harus menemui Tuan Hadi. Jadi, mungkin minggu depan baru ke sini lagi." Salah satu penjaga mengabarkan padaku perihal Mama.Baru sekarang Andini terlihat lega. Rupanya, dia
Baca selengkapnya

BAB 113 CERAI BERAI

ANDINI's POV Kehidupan seperti layaknya pengantin baru tidaklah berlangsung lama. Setelah seminggu tinggal di villa, kedekatanku dengan Baskara memang semakin terasa. Hanya saja, Mamanya datang terlalu cepat. Saat pagi menjelang, Mamanya akan cepat-cepat membangunkan kami berdua dan menyuruhku untuk segera ke dapur. Aku tidak lebih baik dari seorang pembantu daripada menantu. "Jangan terbiasa tidur lagi setelah subuh. Itu tidak bagus." Tangannya tak berhenti mengetuk pintu kamarku. Baskara akhirnya membuka matanya. "Ini masih pagi, kenapa ribut-ribut begini?" Kami berdua masih berada di bawah selimut sejak semalam. Akhirnya aku melepaskan diri dari cengkeraman tangannya yang kokoh itu.  "Mau ke mana kamu?" Tanya Baskara. Tubuhnya sebagian tak lagi tertutup selimut. Nampak dadanya yang penuh dengan lekukan sempurna. "Ummm... mau ke dapur." Jawabku sambil berdiri terhuyung. "Aku mau ikut memasak." Ba
Baca selengkapnya

BAB 114 SIMPUL MATI

BASKARA's POV "Datanglah tepat waktu, Nak..." Suara Ibu Andini terdengar sungguh-sungguh saat mengundangku. "Iya, Bu. Akan saya usahakan datang bersama Andini dan anak-anak." Jawabku.  "Terima kasih, Nak. Sudah berkenan memenuhi permintaan Ibu. Maaf, sejak dulu Ibu hanya merepotkan kamu dan keluargamu..." Suaranya begitu hangat dan penuh kasih sayang. Aku yang jarang berinteraksi saja bisa merasakan betapa penyayangnya dia terhadap orang di sekitarnya. Sangat disayangkan bila orang sebaik ini dikhianati oleh adik iparnya sendiri. "Bu, apa sudah cukup dengan persiapannya?" Tanyaku.  "Oh, sudah Nak. Sumbangan yang kamu kirimkan sudah lebih dari cukup. Ini hanya acara sederhana keluarga saja." Tuturnya penuh rasa terima kasih. "Baiklah, maaf Ibu mengganggu waktu kerjanya ya... Ibu tutup dulu telponnya. Assalamualaikum." "Waalaikumsalam, Bu." Klik. Sambungan terputus. "Siapa yang menelponm
Baca selengkapnya

BAB 115 MANTAN LAWAN

BASKARA's POVMukanya tertunduk lesu. Dia sama sekali tak menunjukkan aura seorang pengantin baru."Sudah lama?" Tanyaku membuyarkan lamunannya. "Aku harus meeting tadi sebelum ke sini, maaf membuatmu menunggu lama."Giliran sekarang, aku yang lebih banyak bicara sedangkan dia hanya diam seribu bahasa."Oh, tak masalah. Duduklah." Akhirnya dia membuka mulutnya.Menurutku, aku masih merasa aneh sampai detik ini. Bagaimana mungkin aku bisa duduk tanpa main pukul atau adu mulut dengan lelaki yang dulu lebih suka aku sebut baji**an ini?Di hadapannya sudah ada secangkir kopi. Jangan dibayangkan aku bertemu dengannya di cafe elite atau tempat yang high-end. Dia hanya mengajakku bertemu di sebuah kafe biasa di pinggir jalan raya. Sejujurnya aku bahkan kesulitan untuk menemukan tempat parkir.Keringatku sudah mulai bercucuran karena tak ada AC di sini. Hanya ada kipas angin raksasa yang letaknya cukup jauh dari tempat duduk
Baca selengkapnya

BAB 116 SILUET MISTERIUS

ANDINI's POVIstri mana yang tidak curiga kalau suaminya sering keluar mendadak dan jarang di rumah? Bukannya aku berburuk sangka pada Baskara, tapi memang dari sejarah kehidupannya sendiri yang menyatakan kalau dia lelaki yang tidak bisa puas dengan satu wanita."Bisa jadi Mbak Andini sedang mau waktunya menstruasi. PMS." Bibi Siti yang sejak tadi mendengarkan curahan hatiku tampak senyum-senyum sendiri.Lain halnya jika yang aku ajak cerita adalah Mak Ijah. Dengan tegas, biasanya dia akan langsung menginterogasi Baskara atau bahkan mencari tahu langsung ke Pak Gun. Ke mana saja seharian majikannya."Bi, tapi setahu saya... Baskara sangat jarang pulang malam. Pun saat saya masih belum jadi istri sahnya. Dia selalu menyempatkan diri untuk main sebentar bersama Bagas. Tapi, sekarang..." Aku menghela nafas panjang. "Mungkin bermain dengan anak-anaknya sudah tidak semenyenangkan dulu."Kuelus-elus pipi Askara yang semakin
Baca selengkapnya

BAB 117 SALAH SANGKA

BASKARA's POV Lenggak-lenggok tubuhnya saat berjalan memang sengaja dibuatnya menarik perhatian siapapun yang melihat. Berkali-kali Hans menelan ludahnya sendiri. "Bas, kamu yakin dia itu nanny untuk Bagas? Bukan buat kamu?" Serunya sambil tertawa kecil. Matanya sempat terlihat memandanginya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia tengah asyik bermain selang air bersama Bagas saat kami tiba. Sebagian tubuhnya telah basah. Suara jerit Andini yang menyuruhnya masuk membuyarkan lamunan kami masing-masing. Ah, hampir saja pikiran busuk itu merasuk ke benakku. "Ayo, masuk dulu. Kita bicarakan kelanjutannya di dalam sambil ngopi." Ajakku. Bukannya menyuguhkan kopi, Andini malah datang dengan teh serta cemilan. Aku paling tidak suka kalau di cuaca terik begini meminum teh. Tapi... ya sudahlah. Kami tidak sedang dalam keadaan baik, jadi aku terima saja apa yang dia suguhkan. Sekitar sejam kami hanya mengobrol soal detil pembagian harta warisan Papa dan Mama, maksduku lebih tepatnya...
Baca selengkapnya

BAB 118 HUBUNGAN TERLARANG

ANDINI's POVSemalaman aku menerima hukuman dari Baskara karena telah tega memfitnahnya. Kenapa jadi aku yang terpojokkan? Mendapat hukuman darinya akan membuatku semalaman begadang dan menuruti maunya yang... hmmm, membuat jantungku dan nafasku berlari memburu kenikmatan bersamanya. "Andini, lain kali kalau kamu jahat lagi... kamu tahu konsekuensi hukuman yang akan kamu terima..." Tangannya masih meraba-raba punggungku. Rambutku masih acak-acakan. Pakaian kami sudah berserakan di seisi kamar."Apa kamu tidak lapar?" Tanyaku. Matahari sudah nampak timbul di antara embun pegunungan, tapi Baskara belum juga mau melepaskanku dari sarangnya."Tentu saja. Aku masih sangat lapar sekarang..." Dia memperlihatkan pipinya yang meminta untuk dicium lagi."Huh, laparmu beda sama laparku..." Gerutuku sendiri. "Kalau aku yang lapar di perut... kalau kamu..."Tangan kokoh itu meraih tubuhku lagi. Aku yang semula hendak bangkitt dari tidu
Baca selengkapnya

BAB 119 SIASAT LICIK

ANDINI's POV Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku sendiri. Siapa yang menduga kalau Tuan Agus juga ikut berada di villa. Apakah ini pertanda hubungan Mama dan Papa Baskara semakin membaik? Sosok yang terbaring di sebelahku ikut-ikutan terkejut. "Ayo, tidur saja sekarang!"Dia mengajakku untuk berlomba siapa yang paling cepat tidur. Sudah barang tentu Baskara-lah pemenangnya. Sebelum subuh, aku sudah bangun dan sengaja melihat kondisi dapur di belakang. "Masak apa Bibi?" Tanyaku pada Bibi Siti dan beberapa pekerja lain. "Apa yang bisa saya bantu?" "Ah, Mbak Andini. Tidak usah. Oh ya, baru saja saya cek kamar Askara dan Bagas. Masih tidur nyenyak semuanya. Askara semalam terbangun, tapi itu juga hanya karena haus dan ganti popok, Mbak." Jelas Bibi Siti. Dia selalu melaporkan padaku perkembangan kedua anakku jika aku tidak sedang bersama mereka. "Terima kasih, Bibi Siti." Aku duduk di kursi yang terletak dekat dengan beberapa bahan makanan. Bibi Siti tersenyum dan akhirnya m
Baca selengkapnya

BAB 120 SELINGAN MESRA

ANDINI's POV"Siapa sangka aku bisa menemukan kalian..."Sayup-sayup kudengar suara Tuan Agus yang kini sedang mendatangi Mama Baskara dan Tuan Hadi. Mereka berdua yang sedang saling pegang tangan seketika langsung menghempaskan tangan masing-masing."A... Agus... Aku ke sini hanya untuk melihat tanaman yang sedang berbunga!" Mama Baskara terlihat kehilangan kata-kata.Aku sengaja bersembunyi di balik rerimbunan daun pohon pucuk merah di samping gazebo. Sehingga aku dengan mudah bisa mengamati tanpa ketahuan.Askara yang tadinya hanya minta disusui, untunglah bisa tidur kembali setelah aku baringkan di ranjang kecilnya. Jadi, aku bisa mengikuti apa yang sedang terjadi di belakang villa."Tidak usah khawatir, kita sudah bukan suami istri lagi. Kamu bebas melakukan apapun yang kamu mau." Ucap Tuan Agus dengan santai. Meski aku masih bisa merasakan adanya kekecewaan dalam setiap kata yang keluar dari mulutnya."Agus... a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status