Semua Bab Istri Simpanan Tuan Muda: Bab 121 - Bab 130

135 Bab

BAB 121 CINTA MEKAR MUDA

ANDINI's POVMasa saat cinta datang menyapa untuk pertama kalinya, kita akan sering lupa daratan. Matahari yang biasanya bersinar terik, jadi terasa menyejukkan. Cinta mampu merubah rasa yang sejatinya itu bagaikan racun yang pelan-pelan bisa mematikan. "Mama tidak tahu kalau... Hadi rupanya lebih busuk dari Agus!" Gerutu Mama Baskara lagi. "Apakah selama ini dia juga selingkuh saat katanya setia padaku?" "Ma, sudahlah. Dengan begini kan Mama jadi tahu siapa sebenarnya laki-laki itu." Kalimat Baskara nampak ambigu. Di sisi lain, Tuan Hadi adalah ayah kandungnya sendiri."Kamu tidak mengerti. Dulu, dia sudah berjanji mau menikahiku setelah aku hamil. Rupanya itu ditentang keluarga karena dia harus mengurus perusahaan dan ke Jerman sama Australia. Aku yang tidak punya pilihan, akhirnya diterima oleh Agus. Dia hanya kasihan padaku selama ini.... Huhuhu..." Mama Baskara tersedu-sedu. "Rupanya... dia lebih busuk dari yang aku kira...""Ma... sekarang Mama sudah tahu siapa sebenarnya dia.
Baca selengkapnya

BAB 122 LAUTAN MAAF

BASKARA's POV Papa tak banyak bicara saat kami bertiga duduk dalam satu meja. Ini adalah momen langka karena setelah berbagai macam masalah menimpa, kami seperti telah ditelan oleh dunia masing-masing. "Aku mau kita segera selesaikan semuanya." Mama memulai bicara. Sudah hampir sepuluh menit Papa melakukan silent treatment. "Sejak kemarin itu saja yang kamu mau. Cepat selesai, cepat kelar, cepat bubar." Papa akhirnya buka suara setelah Mama terlihat tidak bisa sabar duduk bersama kami. "Baskara, kamu jangan diam saja! Aku tahu kamu selalu berpihak pada Papamu." Celoteh Mama karena melihatku sejak tadi tak mengatakan apapun. Bukannya apatis, sejatinya aku masih memikirkan apa yang harus aku katakan. Bukan sekedar buka mulut lalu akhirnya menyesal setelah mengucapkan. "Aku mau kamu jangan bawa-bawa Baskara, dia tidak tahu menahu soal ini semua." Papa mengingatkan lagi agar Mama tidak menyeretku ke urusan pribadi. "Baskara itu tidak tahu soal betapa busuknya kamu!" Mama berdiri da
Baca selengkapnya

BAB 123 BUAH CINTA BARU

ANDINI's POVMelayani suami adalah tugas utama seorang istri. Menghormati, menuruti apa kemauannya, mencintainya dan tak lupa selalu mendoakan. Itu adalah nasehat ibu yang selalu aku dengar semasa masih gadis dulu.Setelah Baskara tertidur lelap di sampingku, memandanginya saat terpejam kedua matanya adalah hal yang memberiku perasaan campur aduk seiap kali melakukannya.Dulu, dia adalah orang yang paling aku benci. Aku selalu menganggap dia adalah pembawa sial dalam hidupku."Seandainya ayah masih hidup, tentu aku bisa melanjutkan kuliah dan bekerja sesuai bidangku. Lalu, aku akan menikahi lelaki yang menjadi raja di hatiku selama bertahun-tahun." Sering aku ucapkan kalimat itu ketika dulu aku berada di villa ini. Masa-masa itu adalah waktu di mana aku dan Baskara masih terikat pernikahan kontrak.Pikiran itu terjadi selama berbulan-bulan hingga akhirnya aku menyadari dan mengetahui kehamilan pertamaku. Peristiwa besar yang harusnya merupakan hal paling ditunggu dalam sebuah pernikah
Baca selengkapnya

BAB 124 SILUET MESRA

BASKARA's POVNaluriku soal kehamilan Andini benar adanya. Dia baru percaya setelah akhirnya melihat sendiri hasil test pack yang menunjukkan dua garis biru."Aku tidak menyangka secepat ini sudah isi lagi." Andini termenung duduk di ujung ranjang.Tanpa ekspresi serta tanpa suara lagi."Kamu menyesal?" Hatiku terasa tidak nyaman melihat dia tak terlihat riang dengan kehamilannya kali ini.Andini menggeleng,"kupikir ini jarak yang terlalu dekat. Askara belum berusia enam bulan." "Andini, anak adalah titipan. Dia adalah anugerah. Harus kita syukuri. Kamu tahu sendiri bagaimana Papaku tidak punya anak dan akhirnya mengalami takdir pahit menikahi Mamaku." Kupegang erat tangannya. Sayangnya Andini masih saja termenung dan tak meresponku."Aku tidak bisa lagi memberi ASI untuk Askara setelah ini." Sesalnya. "Seharusnya dia berhak mendapatkannya sampai usia dua tahun..." "Kumohon untuk sekarang jangan berpikir macam-macam. Kamu harus bahagia dengan kehadirannya. Coba bayangkan jika anak
Baca selengkapnya

BAB 125 MAYA MANJA

BASKARA's POVAku tertidur pulas sampai pagi. Tak tahu bagaimana ceritanya, kekhawatiranku tidak terjadi, Maya rupanya keluar setelah aku tidur. Dia membiarkanku menanggung akibat setelah dia memanjakanku semalam. Seharian aku tak bisa konsentrasi bekerja. Teringat tiap sentuhan lembut yang dia berikan."Ahhh, aku tidak boleh begini. Ini salah dan aku sudah memiliki istri." Berkali-kali aku mengingatkan diriku agar tidak hanyut dalam buaian Maya semalam.Saat aku memejamkan mata, yang muncul adalah memori saat aku meletakkan kepalaku di pangkuannya. Dia membelai lembut rambutku layaknya aku adalah seorang raja.Astaga! Aku sudah mulai tidak waras lagi.Maya adalah pembantu! Jika aku menyerahkan diri padanya, apa bedanya aku dengan Pak Lurah?"Tuan, Rosi rupanya mau ke sini." Pak Gun menelponku. Butuh waktu sehari semalam untuk tahu di mana tempat tinggalnya. "Tapi, dia memberikan syarat.""Apa syaratnya?"
Baca selengkapnya

BAB 126 FIRASAT ISTRI

ANDINI's POV Kehamilan yang ke tiga ini adalah ujian untukku. Betapa tidak, biasanya aku saat malam begini sudah bisa beristirahat dan berduaan bersama suamiku. Kini, kehadiran janin ini sudah membuatku sepenuhnya hanya fokus pada tubuhku sendiri. Aroma tubuh Baskara membuatku mual. Padahal sejatinya aku begitu merindukan pelukan hangat dan mesranya. "Masih mual Mbak?" Maya bertanya padaku. Pagi ini dia membawakanku teh hangat dengan beberapa potong semangka. "Iya, Maya. Aku agak mual. Hanya saja sejak dua bulan ini aku sudah jauh lebih baik. Aku sudah bisa memeluk dan main bersama Bagas dan Askara lagi." Senyumku terkembang saat melihat Maya sudah mandi dan wangi sepagi ini. "Kamu baik sekali, Maya." Kataku lagi. "Kamu bahkan mandi dulu sebelum mengantarkan ini ke kamarku." "Ah, Mbak Andini kan wanita hamil. Kata ibuku, wanita hamil harus dijaga dan dibuat senyaman mungkin. Itu agar ibu dan bayinya sama-sama seha
Baca selengkapnya

BAB 127 MUSIBAH LONGSOR

BASKARA's POVTangan Maya masih berpegang pada tanganku. Perjalanan ke tukang kayu yang disarankan oleh kontraktor villa akhirnya membuahkan hasil. Maya tahu betul seluk-beluk wilayah villa dan sekitarnya."Untunglah kamu tahu betul wilayah sini, Maya." Pujiku sembari mengemudi mobil kami. Jalanan sedikit licin setelah hujan."Ahh... Aku tidak terlalu tahu sebenarnya. Hanya mengira-ngira saja tadi." Maya menyandarkan kepalanya di bahuku. Kami melanjutkan perjalanan sampai keluar perbatasan. Kondisi jalan memang sangat curam dan berhadapan langsung dengan tebing."Tuan... hati-hati menyetirnya. Jangan sampai jatuh ke jurang." Pesannya. Dia sedikit mengencangkan pegangannya ke tangan kiriku.Aku menghela nafas dan menenangkannya. "Iya. Aku hati-hati kok. Jalanannya memang seperti ini, tapi aku masih bisa melaluinya."Rupanya memang tak mudah melalui jalur satu-satunya ini. Jalanan cukup licin dan banyak akar tan
Baca selengkapnya

BAB 128 PUSARAN RINDU

ANDINI's POV Bertemu dengan Askara dan Bagas membuatku tersenyum seketika. Keduanya menyambutku dengan senyuman, Bagas bahkan berlari ke arahku saat pintu mobil dibuka. "Maa..." Ucapnya. Dia memelukku dengan sangat erat. "Rindu sama Mama?" Tanyaku. Perutnya terlihat semakin gembul. Pipinya juga terlihat semakin berisi. Sepertinya dia kerasan dan betah berada di rumah lagi. "Mama... Mama tu..." Bagas menunjuk-nunjuk pada beberapa pohon mangga di samping rumah yang sedang berbuah. Aku paham apa yang dia maksudkan. Dia ingin memetiknya. "Ah, kamu mau mangga itu?" Bagas mengangguk tanda setuju. "Mama masuk ke rumah dulu ya. Mau meletakkan barang-barang. Nanti menyusul kamu di sini lagi . Kamu sama Bibi Siti dulu..." Rupanya Bagas mendengarkan apa yang aku sampaikan padanya. Dengan sigap, Bibi Siti membopong tubuhnya untuk menjauh dariku. Karena aku masih membawa beberapa koper yan
Baca selengkapnya

BAB 129 MEMUTUS RASA

BASKARA's POV"Kamu terlihat cantik, Maya..." Mataku tak bisa lepas darinya.Sosok yang dulunya masih remaja dan datang ke keluargaku dalam keadaan lusuh, kini sudah berubah menjadi seorang bidadari yang menawan."Ini karena make up, Tuan..." Bisiknya.Kami harus menjaga jarak karena sedang berada di tempat umum. Kupastikan agar Maya berjalan di belakangku. Rasanya jemariku tak sanggup lagi jika harus menunggu dua atau tiga jam tanpa menyentuh kulit putih yang lembut itu."Baskara! Akhirnya kamu datang..." Papa menyambutku. Mama sejak kedatanganku seperti curiga padaku. Tapi aku pura-pura untuk tidak terjadi apa-apa. Keduanya sibuk dengan menggendong Askara dan Bagas. Bibi Siti juga tampak membersamai mereka."Mana Andini?" Tanyaku pada Mama.Bibirnya mengucapkan sesuatu sebelum akhirnya berkata-kata,"bukankah dia seharusnya berangkat bersamamu?" Pertanyaan Mama seperti menohokku sekarang. Je
Baca selengkapnya

BAB 130 HILANG BAYANG

BASKARA's POV Beginikah rasanya ditinggalkan oleh orang yang kita cintai? Aku merasa diriku memang tak layak untuk menjadi suami Andini. Selama mengenalnya, dia tak pernah melakukan hal yang membuatku terpuruk atau tersakiti. Justru sebaliknya, aku yang selama ini menyiksanya. "Sudah... tenangkan saja dirimu, Tuan..." Maya masih setia menemaniku meski aku telah terjatuh dan dijauhi oleh anak dan istriku. Berkali-kali aku sudah menyuruhnya pergi, tapi dia bersikukuh untuk membantuku menyelesaikan masalah. Karena dia juga terlibat dalam skandal ini. "Maya, apa yang harus aku lakukan?" Keluhku padanya. Tak seorangpun mau bicara padaku. Bahkan Papa yang biasanya selalu ada, kini sudah menganggapku tak lebih baik dari seorang pengecut. Pak Gun juga tak menunjukkan batang hidungnya. Pak Ali juga lebih memilih untuk angkat tangan pura-pura tidak mau tahu. Ke mana semua orang yang selama ini baik padaku? Bukankah aku juga begitu baik dan memberikan semua kemudahan pada mereka? Hans sej
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status