Home / Romansa / Istri Simpanan Tuan Muda / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Istri Simpanan Tuan Muda: Chapter 91 - Chapter 100

135 Chapters

BAB 91 PANGGILAN MENDESAK

ANDINI's POVSekembalinya dari taman, Baskara nampak murung sejak tadi. Aku tidak berani menanyakan penyebab utamanya. Hanya saja tadi sempat aku dengar kalau urusan pengusutan harta yang dibawa kabur Laura sudah hampir selesai.Ini sudah memasuki minggu ke dua kami di sini.Aku tak banyak keluar selama kondisi yang belum stabil. Bukan karena tak mau mengeksplor banyak tempat baru, hanya aku tak mau merepotkan Baskara nanti jika terjadi apa-apa."Kamu harus melatih Bagas agar tidak terus-terusan dekat denganmu. Kamu sudah hamil lagi. Apa dia masih kamu susui?" Baskara bertanya ketika kami menyeberang di lampu perempatan. Tangan kiri Baskata melindungiku dan tangan kanannya memberi isyarat."Tidak lagi, Bas..." Jawabku.Berjalan sejajar dengannya adalah hal yang bagiku masih terasa aneh tapi aku menyukainya. Selama kenal dengan Baskara, aku belum pernah sedekat ini dengan dia. Terlebih hanya benar-benar berdua."Awas!"
Read more

BAB 92 MISI GAGAL

BASKARA's POV Salah satu tujuanku sebelum pulang ke Indonesia -tentunya setelah mendapatkan telepon dari Papa semalam, adalah berkunjunga ke beberapa tempat wisata di Sydney.Sydney Opera House adalah yang paling ingin aku datangi. Rencanaku adalah membawa Andini ke sana. Meski tempatnya lumayan jauh dari tempat kami singgah.Dulu aku sering ke sana saat berpacaran dengan Laura. Aku hanya ingin membuat kenangan baru di tempat-tempat yang dulunya memiliki kenangan bersamanya.Hans yang bercerita membawa berita bagus, rupanya itu adalah hak yang dirampas oleh Laura bisa dikembalikan kepadaku lagi. Meski tidak semuanya."Lumayan, Bas. Kamu beneran bisa cari istri muda kalau nanti sudah ditransfer ke rekeningmu. Hahaha..." Hans terlihat senang saat mengatakannya."Waduh, lha wong Mbak Andini masih muda dan cantik begini, masak mau cari istri baru lagi Tuan." Bibi Siti menyahut sambil menjaga Bagas."Lah, Bib
Read more

BAB 93 DEKAT DEKAT

ANDINI's POV Otak lelaki memang dari sananya suka yang namanya daun muda. Ini yang sering aku dapati dari sekelilingku. Pun dengan almarhum Ayahku. Dulu sebelum meninggal, beliau bertengkar dengan Ibuku gara-gara ada tawaran seorang anak lulusan SMA yang mau dijadikan istri ke dua. Aku baru ingat hal itu. Mengetahui kelakar Baskara dan Hans, aku yakin itu bukan sekedar candaan biasa. Terlebih lagi Hans yang sudah melakukan aksi mendekati Lika secara terang-terangan. "Mbak, sudah selesai packing-nya?" Bibi Siti tedengar bertanya dari luar kamar. "Oh, sudah Bi. Ini saya sudah pack semua barangku." Aku menarik koper keluar. Beberapa barang milik Bagas juga sudah aku kemas di koper kecilnya. "Ah begitu ya Mbak... Ini saya sudah bawa baju Bagas semua di tas kecil ini..." Bibi Siti menunjukkan tas bawaan dari apartemen Lika. "Saya mau balik sebentar ke tempat Lika, Mbak. Paspor saya ada di sana." Bibi Siti menggendong Bagas lagi. "Kalau begitu, biar Bagas di sini saja, Bi. Nanti Bi
Read more

BAB 94 VERSI BARU

BASKARA's POV"Kalau kamu tidak percaya, silakan lihat sendiri hasilnya." Pengacara Papa yang baru, Om Malik menyodorkan kepadaku selembar kertas hasil test DNA.Sekali lagi aku membacanya dengan seksama. Hasil probabilitas bahwa Papa adalah ayah kandungku adalah 0%. Apakah ini semacam tipuan atau prank? Kulihat ekspresi Papa yang dari tadi tidak menunjukkan reaksi apapun. Pengacaranya menyodorkan lembar ke dua. Berisi tentang pernyataan bahwa aku dan Bagas memiliki hubungan DNA sebagai anak dan ayah.Dua hal yang membuat duniaku terjungkir balik.Aku yang hanya seorang diri bersama mereka berdua, tak bisa berkata apa-apa lagi."Lalu, apa rencana Papa sekarang?" Kutelan ludahku dalam-dalam. "Aku siap dengan semua keputusan Papa."Papa tak bergeming dan hanya memandangiku."Aku mau semua kepemilikan atas nama kamu dicabut, Baskara. Ini keputusan finalku." Seru Papa.Sejenak aku berpikir bagaimana keadaanku nanti jika aku dicoret dari daftar keluarga Papa. Hal yang sekarang membuatku k
Read more

BAB 95 LUKA TERPENDAM

ANDINI's POV Aku tidak pernah merasa sejahat sekarang. Mak Ijah tak henti-hentinya memberiku ultimatum untuk segera menyelesaikan rencana. Ya, Mak Ijah memintaku untuk bercerai dengan Baskara."Mbak Andini, jangan bilang kalau sekarang Mbak jatuh hati sama Tuan Muda?" Selorohnya saat aku baru pulang dari Australia.Dia memang menyaksikan aku bergandengan tangan dengan Baskara sejak turun dari mobil. "Apa maksud Mak Ijah? Saya tidak ada perasaan apa-apa. Ini hanya bawaan bayi saja." Aku mengelak. Dia memang mudah sekali curiga padaku. Apa-apa selalu dikaitkan dengan aku yang tidak menurut padanya."Mbak Andini jangan bohong pada saya. Saya ini bukan wanita muda, umur sudah mau enam puluh sebentar lagi..." Dia makin menjadi-jadi."Lalu apa yang harus saya lakukan agar Mak Ijah tidak terus-terusan begini padaku?" Aku hampir menangis. Kami sudah hampir dua jam jalan-jalan di taman sebelah komplek perumahan. T
Read more

BAB 96 CURAHAN HATI MAMA

BASKARA's POV "Mama?"Apa aku tidak salah lihat? Mama sedang berbincang dengan seseorang di depan pintu gerbang. Perempuan dan laki-laki. Sepulang dari kantor, aku sempat membuka kaca mobil dan mengamati mereka."Oh, Baskara... Ya, cepatlah masuk ke dalam." Perintahnya. Tak berselang lama kemudian, Mama masuk kembali ke dalam rumah. Penjaga depan menutup lagi gerbangnya."Ma, siapa mereka?" Tanyaku. Sengaja aku menunggunya di teras depan rumah."Mereka adalah orang kepercayaan Mama yang merawat kebun keluarga di villa. Sekarang, setelah semuanya berkembang pesat... mereka mau meminta hak mereka." Jawab Mama lalu memasuki rumah."Hak mereka?" Tanyaku. "Iya. Aku sudah membereskannya." Jelas Mama dan melanjutkan langkahnya menuju ke area ruang makan di dekat ruang keluarga."Apa yang mereka minta?" Aku masih belum paham. Bukankah setiap bulannya setiap karyawan memperoleh gaji bula
Read more

BAN 97 BULAN MATI

ANDINI's POVPintu kamarku diketuk halus dari luar. Malam-malam begini? Kulirik jam dinding rupanya sekarang jam setengah dua pagi.Bagas tertidur lelap di sampingku dan aku bergerak sepelan mungkin agar tidak membuatnya terusik."Siapa?" Suaraku lirih menanyai siapa gerangan di balik pintu.Kubuka handle pintu secara hati-hati agar tak bersuara dan mengejutkan bayiku."Baskara?" Mataku masih lengket dan sulit untuk aku buka. Beberapa kali tanganku mengusap-usap kelopaknya agar terbangun. "Ada apa malam-malam begini?"Aku termenung sejenak dan mengingat-ingat sesuatu. Astaga, jangan-jangan dia mau minta jatah... Aku tidak yakin bisa mengabulkan permintaannya sekarang."Tolong, jangan sekarang ya?" Pintaku memelas. Suaraku juga serak dan agak parau."Andini, memangnya setiap kali aku mendatangimu itu tujuanku cuma untuk menidurimu?" Meski matanya juga terlihat mengantuk, selera humornya masih aktif sekarang."Masuklah. Bagas tidur di sini... jangan buat dia bangun." Pesanku agar dia ti
Read more

BAB 98 BABY ASKARA

BASKARA's POV Andini membolak-balikkan badannya ke kiri dan ke kanan sejak tadi. Tidurnya tak bisa tenang dan nyenyak. Mungkin dia sedang banyak pikiran atau... entahlah, ada sesuatu yang sedang dipendamnya. "Kenapa tidak bangun?" Gumamku saat melihatnya masih meringkuk pulas di ranjangku. Tidak ada gerakan yang menandakan dia akan segera bangun dan kembali ke realita. "Haruskah aku bangun sekarang?" Tubuhnya terlihat semakin besar sekarang, terutama bagian perutnya yang semakin membuncit. "Jangan malas seperti kucing, Andini. Bangunlah. Ini sudah jam tujuh pagi dan kamu sejak tadi tidak bergerak sedikitpun..." Selimut yang dia pakai sengaja aku tarik dan lipat agar dia tak lagi merasa hangat. "Baskara, kamu jahat sekali. Aku mengandung anakmu, tapi kamu tidak membuat aku merasa nyaman di sini." Rengeknya seperti anak kecil. Kakinya bergerak-gerak untuk mencari perlindungan. Jendela kamar sudah aku buka sejak tadi. Angin dingin sudah berlarian ke luar dan masuk dengan sesukanya
Read more

BAB 99 MIMPI DAN ILUSI

ANDINI's POVHawa dingin itu menyelimuti sekitarku. Tidak ada lagi tanda-tanda matahari muncul. Tapi, bagaimana bisa tempat ini terasa terang dan bercahaya?Di mana aku?Seingatku tadi aku masih berada di klinik bersama Baskara."Mau ke mana, Mbak Andini?" Langkah kakiku terhenti seketika.Mak Ijah. Itu jelas suara Mak Ijah. Tapi di mana dia? Aku hanya mendengar suaranya saja."Mak Ijah?" Kupanggil di dekat asal suara itu."Mbak, bagaimana? Kita tidak bisa diam begini. Ini saat yang tepat untuk pergi. Mbak Andini harus bergegas pergi meninggalkan Tuan Baskara. Tuan Bayu sudah siap menantimu." Suara itu semakin jelas. "Maka, setelah ini, segeralah pergi dari rumah. Tuan Bayu akan dengan senang hati menampungmu... Dia mencintaimu setulus hatinya. Tidak seperti Tuan Baskara. Dia hanya menjadikanmu sebagai alat untuk memproduksi keturunan.""Mak, aku tidak tahu harus bagaimana. Bagas membutuhkan ayah juga." Bisikku."Tuan Baskara bisa menjadi ayahnya Bagas. Sementara Tuan Bayu bisa menjad
Read more

BAB 100 BERTAHAN

BASKARA's POVTangannya sejak tadi menggenggam erat satu sama lain. Sesekali dia memanggil-manggil ayahnya yang telah tiada. Lalu berpindah posisi tidur dari miring ke kiri, ke kanan, dan kembali ke kiri. Begitu seterusnya.Kupikir ini waktunya aku meninggalkannya sendiri untuk tidur.Setelah memastikan dia tidak mengalami keluhan apapun, aku akhirnya berangkat untuk ke kantor siang ini. Seharian aku tidak bisa tenang saat di kantor. Apa yang sebenarnya dia rasakan di dalam lubuk hatinya yang paling dalam.Setelah selesai meeting, aku segera bergegas untuk pulang lagi dan melihat bagaimana kondisi Andini."Apa maksud Mak Ijah?" Itu jelas suara Andini."Ya sebaiknya segera saja tinggalkan rumah ini, Mbak." Tutur seseorang yang sedang bicara dengannya. Aku yakin itu adalah suara Mak Ijah."Tapi, saya sudah sepakat dengan Baskara... kalaupun saya nanti bercerai dan meninggalkan rumah ini, akan saya lakukan setelah saya melahirkan." Andini menjawab dan aku yakin dia sedang kebingungan men
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status