Beranda / Romansa / Istri Simpanan Tuan Muda / BAB 99 MIMPI DAN ILUSI

Share

BAB 99 MIMPI DAN ILUSI

Penulis: Liliput
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

ANDINI's POV

Hawa dingin itu menyelimuti sekitarku. Tidak ada lagi tanda-tanda matahari muncul. Tapi, bagaimana bisa tempat ini terasa terang dan bercahaya?

Di mana aku?

Seingatku tadi aku masih berada di klinik bersama Baskara.

"Mau ke mana, Mbak Andini?" Langkah kakiku terhenti seketika.

Mak Ijah. Itu jelas suara Mak Ijah. Tapi di mana dia? Aku hanya mendengar suaranya saja.

"Mak Ijah?" Kupanggil di dekat asal suara itu.

"Mbak, bagaimana? Kita tidak bisa diam begini. Ini saat yang tepat untuk pergi. Mbak Andini harus bergegas pergi meninggalkan Tuan Baskara. Tuan Bayu sudah siap menantimu." Suara itu semakin jelas. "Maka, setelah ini, segeralah pergi dari rumah. Tuan Bayu akan dengan senang hati menampungmu... Dia mencintaimu setulus hatinya. Tidak seperti Tuan Baskara. Dia hanya menjadikanmu sebagai alat untuk memproduksi keturunan."

"Mak, aku tidak tahu harus bagaimana. Bagas membutuhkan ayah juga." Bisikku.

"Tuan Baskara bisa menjadi ayahnya Bagas. Sementara Tuan Bayu bisa menjad
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 100 BERTAHAN

    BASKARA's POVTangannya sejak tadi menggenggam erat satu sama lain. Sesekali dia memanggil-manggil ayahnya yang telah tiada. Lalu berpindah posisi tidur dari miring ke kiri, ke kanan, dan kembali ke kiri. Begitu seterusnya.Kupikir ini waktunya aku meninggalkannya sendiri untuk tidur.Setelah memastikan dia tidak mengalami keluhan apapun, aku akhirnya berangkat untuk ke kantor siang ini. Seharian aku tidak bisa tenang saat di kantor. Apa yang sebenarnya dia rasakan di dalam lubuk hatinya yang paling dalam.Setelah selesai meeting, aku segera bergegas untuk pulang lagi dan melihat bagaimana kondisi Andini."Apa maksud Mak Ijah?" Itu jelas suara Andini."Ya sebaiknya segera saja tinggalkan rumah ini, Mbak." Tutur seseorang yang sedang bicara dengannya. Aku yakin itu adalah suara Mak Ijah."Tapi, saya sudah sepakat dengan Baskara... kalaupun saya nanti bercerai dan meninggalkan rumah ini, akan saya lakukan setelah saya melahirkan." Andini menjawab dan aku yakin dia sedang kebingungan men

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 101 BERUBAH-UBAH

    ANDINI's POVSeharian kemarin Baskara tidak menemuiku. Tumben. Saat malam menjelang, kulihat jendela kamarnya masih tidak ada lampu yang menyala dari dalam ruangnya. Ke mana perginya?Tak ada pesan titipan pada Bibi Siti ataupun Mak Ijah. Saat bertemu Pak Gun di luar, dia juga hanya bilang Baskara tidak ke luar kota. Dia bekerja seperti biasa.Pagi ini kuusahakan untuk bertemu, siapa tahu dia belum berangkat."Kamu sudah mau ke kantor?" Tanyaku.Kami berpapasan di tangga. Aku masih berjalan beberapa langkah untuk naik. Baskara nampak tergesa-gesa untuk pergi. Aroma parfumnya sudah membuat hidungku terbangun sepagi ini."Iya." Jawabannya singkat. Dia tak menyapa atau mengecek anak yang sedang di kandunganku seperti biasa. Aku menyusulnya ke depan. "Apa kamu mau ke luar kota?"Siapa tahu aku diajak. Biasanya Baskara akan menawariku untuk menemaninya. Sekarang Bagas sudah tidak mau berdekatan denganku lagi karena perutku semakin membuncit. "Tidak." Baskara membuka pintu mobil dan duduk

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 102 SUARA ASKARA

    ANDINI's POVHari yang aku nantikan akhirnya telah datang di depan mata. Saat ini aku sudah memasuki ruang untuk bersalin. Sejak semalam aku sudah mengalami kontraksi yang semakin dekat jaraknya.Baskara memang mengantarkanku juga, tapi tak ada kalimat apapun yang keluar dari mulutnya."Mbak Andini, semangat ya..." Santi menyemangatiku.Akhir-akhir ini setelah Mak Ijah pergi, kami memang semakin dekat dan akrab. Diam-diam Santi banyak membantuku dalam menuju masa transisiku ini. Karena dia juga seorang janda, sebuah status yang sebentar lagi akan aku sandang juga.Pihak rumah sakit hanya mengijinkan satu orang saja yang menemaniku di ruang bersalin. Meski aku tak menunjuk atau meminta, Baskara akhirnya menemaniku meski masih dalam keadaan membisu."Tuan, nanti tolong istrinya disemangati. Saya harap nanti jangan terkejut atau ikut gugup. Tetap tenang dan beri dukungan pada calon ibu yaa..." Salah satu tenaga medis yang kuyakini adalah bidan, memberikan wejangan yang sebagian aku ikut

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 103 GEJOLAK HATI

    BASKARA's POV Semenjak pulang dari rumah sakit, Andini tak begitu banyak bicara. Dia sering terlihat murung dan hanya sesekali berbicara dengan Askara atau Bagas. Keputusanku untuk memecat Mak Ijah tanpa sepengetahuan Papa ataupun Mama kala itu, semoga saja menjadi keputusan yang betul. Aku baru menyadari bahwa terlepas dari pernikahan kontrak yang dulu pernah aku jalani dengan Andini, ada sosok yang memanfaatkan keadaan dan berupaya mengendalikan semuanya sesuai apa yang dia mau. "Andini. makanlah dulu." Aku menyuapinya sesendok bubur ayam. Tapi mulutnya belum juga mau terbuka. "Keburu dingin." Kudekatkan sendok itu ke mulutnya, berharap agar dia mau membuka mulut dan makan sedikit demi sedikit. "Baskara... apa sebaiknya kita cerai sekarang saja?" Pertanyaan itu dia lontarkan kepadaku. Nyaris aku menjatuhkan sendok makan ke lantai saat mendengar kalimat itu keluar begitu saja dari Andini. Apa dia sudah merasa yakin dengan keputusannya? "Tunggulah anakmu besar. Apa kamu yakin de

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 104 BUKAN PAPAKU

    ANDINI's POVSementara aku menidurkan Askara yang sudah berumur sebulan, Bagas sedari tadi tetap saja merengek memintaku untuk menyuapinya.Cukup sulit jika dua-duanya rewel. Meskipun dibantu oleh Santi dan Bibi Siti, di saat-saat tertentu mereka hanya mau denganku saja."Mama... cuap!" Usianya yang hampir dua tahun sudah mulai pandai memerintahku untuk melakukan apa yang dia senangi."Iya, iya... Mama suapin kamu, Bagas. Tapi janji ya makannya harus dihabiskan!" Sambil duduk di sofa tempatku menyusui Askara, tanganku menyuapkan sendok demi sendok ke mulut kecil Bagas.Sejak pagi Bagas rewel, Bibi Siti bilang...mungkin Bagas rindu denganku."Mama... mama..." Tangannya berusaha meraih adiknya yang sedang tidur di dalam tempat tidur bayi, tempat di mana Askara baru saja tertidur pulas."Bagas... jangan sentuh-sentuh adik ya... dia baru tidur. Kasihan, okay?" Sebisa mungkin aku menahan emosi agar tidak marah di hadapannya. Tanganku sudah tak kuat jika lama-lama begini, aku ingin segera m

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 105 LATAR SENJA

    BASKARA's POV"Apa kamu yakin?"Setiap ucapan Andini yang dikatakannya semalam membuatku bertanya pada hati kecilku. Adakah yang lebih bisa aku percaya selain hasil tes yang menunjukkan hitam di atas putih? Tentu tes DNA itu sudah valid dan tidak mungkin salah. "Aku sebenarnya tidak mau percaya tapi itulah kenyataannya, Andini. Hhhhhhh....." Hembusan nafas panjang ini kuharapkan bisa membuat hatiku lebih tenang. Jantungku berdetak tak karuan sejak tadi.Pertanyaan Andini justru mengulik keyakinanku sendiri. Papa adalah sosok yang sampai saat ini menjadi orang tua sempurna di mataku. Meskipun kesalahannya main perempuan tidak pernah bisa aku tolerir."Baskara... apa kamu tidak ingin tahu siapa ayahmu yang sebenarnya? Maaf jika aku salah dalam bertanya, maksudku... biasanya orang akan penasaran siapa ayah kandungnya ketika mengetahui bahwa orang tua yang selama ini merawatnya adalah orang tua angkat atau tiri..." Begitulah watak Andini, semakin dijawab pertanyaannya, dia tak akan pern

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 106 PENGIKUT YANG TERPAKSA

    BASKARA's POV"Kalau itu maumu, aku tidak bisa mencegahmu." Papa menyetujui apa yang aku inginkan. "Tapi, kamu harus ingat, Om-mu itu orangnya sulit untuk digoyahkan. Sekali ingin A, dia akan pertahankan mati-matian A itu. Dia tidak peduli apa yang orang lain katakan atau inginkan." Wejangan Papa membuatku berpikir sejenak. Mengapa dua kakak beradik ini memiliki watak yang sangat bersebrangan? Papa, setauku adalah seorang yang mementingkan orang lain. Tak dipungkiri bagi Papa, nama baik adalah sesuatu yang harus dijaga dan diperjuangkan. Tapi... Om Hadi tidak demikian halnya."Pa..." Semenjak aku mengetahui fakta kalau Papa bukan ayah kandungku, aku menjadi sedikit kikuk setiap kali hendak bertanya sesuatu hal yang sensitif. Ada sedikit jarak yang tiba-tiba terjadi antara aku dan dia."Katakan saja, Baskara! Sejak kemarin aku perhatikan, kamu ada hal yang ingin kamu utarakan. Tapi selalu kamu tahan. Ayo, berterus teranglah, anakku..." Ucapan Papa dan rasa sayangnya tak pernah berkura

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 107 TAUTAN BATIN

    ANDINI's POV Melihat bayi mungil ini tertidur nyenyak di tempat tidurnya, aku tersenyum sendiri. Betapa damainya dunia seorang bayi yang masih bersih dari noda dan dosa. Ketenanganku menikmati pemandangan indah ini sirna seketika karena Baskara yang pulang dalam keadaan muram dan diam seribu kata. Dia hanya duduk termenung di sebelahku. Mengingat hubungan kami belum sepenuhnya pulih, aku membiarkannya terdiam dan lebih baik menunggunya untuk memulai bercerita. "Apa yang harus aku lakukan, Andini?" Dia membuka suara bahkan ketika aku belum memintanya. "Ada persoalan?" Akhir-akhir ini aku tidak berani banyak bicara. Takut salah dan menambah masalah. "Papa tadi terlihat sangat marah. Bahkan dia lebih marah daripada saat aku dulu mengaku telah menabrak ayahmu." Kalimat Baskara masih terdengar lirih. Aku menjaga diri agar tidak terbawa emosi. Setiap kali dia mengingatkan kejadian tentang ayahku, seketika ubun-ubunku terasa mendidih. "Lalu... apa yang akhirnya kamu lakukan untuk me

Bab terbaru

  • Istri Simpanan Tuan Muda   EPILOG

    Seorang anak kecil memakai seragam taman kanak-kanak sedang menunggu jemputan pulang. Senyum manis menghiasi wajahnya."Belum dijemput?" Gurunya bertanya padanya. Hampir semua teman-temannya telah dijemput oleh orang tua, pembantu atau sopir.Anak itu menggeleng."Hmmm... ini sudah hampir satu jam dari jam pulang. Apa perlu Ibu antar ke rumahmu?" Guru itu merasa tidak tenang karena satu muridnya saja yang belum menunjukkan tanda-tanda akan segera dijemput."Tidak perlu, Bu. Ayah akan menjemputku sekalian membeli kue ulang tahun untukku." Jelas si kecil itu penuh semangat."Siapa yang berulang tahun? Bukankah kamu ulang tahun bulan depan?" "Ibuku maksudnya, tapi kata Ayahku, kue itu nanti aku yang akan memakannya...""Ohhh... jadi Ibumu yang berulang tahun hari ini. Selamat ulang tahun untuk Ibumu ya... Semoga Ibumu sehat, panjang umur dan bahagia selalu." Seru Guru itu sambil menemaninya duduk.

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 134 MENYATU LAGI (LAST EPISODE)

    ANDINI's POVSuasana pemakaman jenazah Tuan Hadi dan Bayu diiringi isak tangis yang tak berkesudahan. Beberapa memilih untuk menundukkan kepala. Barangkali, mereka saling mengingat memori yang pernah terjadi di masa hidup mereka.Aku sadari, dalam kehidupan manusia yang panjang... kita bisa saja lupa atau alpa. Tak ubahnya seperti sebuah tulisan yang terkadang banyak yang harus dihapus atau diabaikan."Ma, sudah... Ma..." Baskara membisikkan kata itu di telinga Mamanya.Mamanya sejak tadi menangis tersedu dan tak kuasa menahan air mata yang terus membanjiri wajahnya yang cantik."Ma..." Baskara mengelus-elus lengan Mamanya dan membawanya dalam pelukan.Aku yakin, meski Baskara baru menyadari kalau Tuan Hadi adalah ayah kandungnya, pasti dia merasa kehilangan juga sekarang. Baskara belum sempat memperbaiki keadaan sebelum dia ditinggalkan.Mungkin, mungkin saja dia juga punya rencana untuk memanggilnya 'ayah' atau 'papa' semasa h

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 133 KECELAKAAN NAAS (2 LAST EPISODE)

    ANDINI's POV"Ayah mau ke mana?" Tanyaku menyaksikan Tuan Agus tampak terburu-buru. Di tangan kanannya sudah tertempel ponsel."Bentar, Andini. Kamu di rumah saja dulu." Dia berlari dan menggandeng tangan Mama yang sebetulnya sedang asyik bermain dengan Askara."Ada apa, Pa?" Tanya Mama sembari akhirnya menitipkan Askara padaku."Hadi dan Bayu kecelakaan." Itu saja kalimat yang bisa keluar dari mulutnya. Selanjutnya dia tetap melanjutkan pembicaraan di ponselnya."APA?" Mama Baskarapun pingsan seketika. Beberapa asisten rumah tangga dengan cepat membopongnya untuk ditidurkan di sofa panjang."Nyonya... Bangun Nyonya..." Mereka tampak cemas.Suasana semakin tidak karuan. Aku sampai lupa kalau sekarang ini diriku masih masa pemulihan pasca keguguran."Huhuhu..." Mama bangun lalu pingsan lagi. Air matanya tumpah."Nyonya, minum air dulu. Ini minum dulu..." Bibi Siti tergopoh-gopoh membawa segelas air untuk

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 132 TERKUCILKAN (3 LAST EPISODE)

    BASKARA's POV Andini terlalu larut dalam lamunannya. Sekitar dua bulan ini tak banyak berkata pada siapapun. Dia lebih sering termenung. Papa dan Mama menyarankanku untuk pindah kembali ke rumah. Begitu pula dengan Hans, dia menyuruhku untuk segera pulang. "Percayalah padaku! Aku tahu bagaimana rasa sakitnya bercerai. Aku tahu. Aku bahkan sampai sekarang masih merasakan itu adalah siksaaan terberat dalam hidup." Hans yang selama ini jarang membuka suara soal apa yang dia rasakan, mulai bercerita. "Tapi selama ini juga kamu terlihat baik-baik saja. Kamu bahkan sudah punya pacar ponakan Bibi Siti, bukan? Waktu kita ke Australia saat itu." Aku sampaikan penilaianku terhadapnya. Hans tertawa terbahak-bahak. "Mungkin aku memang punya bakat akting yang terpendam. Kamu tak tahu berapa dalamnya luka itu di dalam hatiku." "Ah, kamu jangan sok puitis..." Komentarku pada Hans yang mulai tertawa. "Sungguh, aku bahkan tiga bulan setelah bercerai tidak bisa tidur kalau belum jam dua pagi.

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 131 KEHILANGAN CINTA

    ANDINI's POVBagiku ini adalah akhir. Tak bisa lagi aku mencari alasan untuk meyakinkanku tinggal. Rasanya lebih baik aku pergi sejauh-jauhnya.Baskara tak lagi mengenaliku. Bahkan dia sudah lupa dengan sentuhanku."Mbak, makan dulu." Alika, adikku menyediakan bubur ayam yang biasanya aku sangat lahap memakannya.Aku mengangguk tanpa suara. Batinku terlalu sibuk untuk berdialog dengan akalku."Mbak, jangan diem terus. Makanlah..." Sekali lagi Alika membujukku. Namun apa daya, makanan yang seharusnya nikmat disantap kini tak lagi menggugah seleraku."Andini, makanlah." Ibu menyuruhku. Kalau sudah Ibu yang menyuruh, aku tak bisa mengelak."Iya..." Aku patuh memaksa mulutku untuk menerima suapan demi suapan dari Alika."Nah, gitu. Kasihan bayi di perutmu, dia pasti butuh nutrisi." Ucap Ibuku. Saking terbelenggunya pikiranku pada kebencian dan sakit hati, aku lupa kalau tubuhku ini tak hanya milikku sendiri. "Habisin Mbak." Alika menyemangatiku untuk memakan beberapa suap terakhir. Mes

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 130 HILANG BAYANG

    BASKARA's POV Beginikah rasanya ditinggalkan oleh orang yang kita cintai? Aku merasa diriku memang tak layak untuk menjadi suami Andini. Selama mengenalnya, dia tak pernah melakukan hal yang membuatku terpuruk atau tersakiti. Justru sebaliknya, aku yang selama ini menyiksanya. "Sudah... tenangkan saja dirimu, Tuan..." Maya masih setia menemaniku meski aku telah terjatuh dan dijauhi oleh anak dan istriku. Berkali-kali aku sudah menyuruhnya pergi, tapi dia bersikukuh untuk membantuku menyelesaikan masalah. Karena dia juga terlibat dalam skandal ini. "Maya, apa yang harus aku lakukan?" Keluhku padanya. Tak seorangpun mau bicara padaku. Bahkan Papa yang biasanya selalu ada, kini sudah menganggapku tak lebih baik dari seorang pengecut. Pak Gun juga tak menunjukkan batang hidungnya. Pak Ali juga lebih memilih untuk angkat tangan pura-pura tidak mau tahu. Ke mana semua orang yang selama ini baik padaku? Bukankah aku juga begitu baik dan memberikan semua kemudahan pada mereka? Hans sej

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 129 MEMUTUS RASA

    BASKARA's POV"Kamu terlihat cantik, Maya..." Mataku tak bisa lepas darinya.Sosok yang dulunya masih remaja dan datang ke keluargaku dalam keadaan lusuh, kini sudah berubah menjadi seorang bidadari yang menawan."Ini karena make up, Tuan..." Bisiknya.Kami harus menjaga jarak karena sedang berada di tempat umum. Kupastikan agar Maya berjalan di belakangku. Rasanya jemariku tak sanggup lagi jika harus menunggu dua atau tiga jam tanpa menyentuh kulit putih yang lembut itu."Baskara! Akhirnya kamu datang..." Papa menyambutku.Mama sejak kedatanganku seperti curiga padaku. Tapi aku pura-pura untuk tidak terjadi apa-apa. Keduanya sibuk dengan menggendong Askara dan Bagas. Bibi Siti juga tampak membersamai mereka."Mana Andini?" Tanyaku pada Mama.Bibirnya mengucapkan sesuatu sebelum akhirnya berkata-kata,"bukankah dia seharusnya berangkat bersamamu?"Pertanyaan Mama seperti menohokku sekarang. Je

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 128 PUSARAN RINDU

    ANDINI's POV Bertemu dengan Askara dan Bagas membuatku tersenyum seketika. Keduanya menyambutku dengan senyuman, Bagas bahkan berlari ke arahku saat pintu mobil dibuka. "Maa..." Ucapnya. Dia memelukku dengan sangat erat. "Rindu sama Mama?" Tanyaku. Perutnya terlihat semakin gembul. Pipinya juga terlihat semakin berisi. Sepertinya dia kerasan dan betah berada di rumah lagi. "Mama... Mama tu..." Bagas menunjuk-nunjuk pada beberapa pohon mangga di samping rumah yang sedang berbuah. Aku paham apa yang dia maksudkan. Dia ingin memetiknya. "Ah, kamu mau mangga itu?" Bagas mengangguk tanda setuju. "Mama masuk ke rumah dulu ya. Mau meletakkan barang-barang. Nanti menyusul kamu di sini lagi . Kamu sama Bibi Siti dulu..." Rupanya Bagas mendengarkan apa yang aku sampaikan padanya. Dengan sigap, Bibi Siti membopong tubuhnya untuk menjauh dariku. Karena aku masih membawa beberapa koper yan

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 127 MUSIBAH LONGSOR

    BASKARA's POVTangan Maya masih berpegang pada tanganku. Perjalanan ke tukang kayu yang disarankan oleh kontraktor villa akhirnya membuahkan hasil. Maya tahu betul seluk-beluk wilayah villa dan sekitarnya."Untunglah kamu tahu betul wilayah sini, Maya." Pujiku sembari mengemudi mobil kami. Jalanan sedikit licin setelah hujan."Ahh... Aku tidak terlalu tahu sebenarnya. Hanya mengira-ngira saja tadi." Maya menyandarkan kepalanya di bahuku. Kami melanjutkan perjalanan sampai keluar perbatasan. Kondisi jalan memang sangat curam dan berhadapan langsung dengan tebing."Tuan... hati-hati menyetirnya. Jangan sampai jatuh ke jurang." Pesannya. Dia sedikit mengencangkan pegangannya ke tangan kiriku.Aku menghela nafas dan menenangkannya. "Iya. Aku hati-hati kok. Jalanannya memang seperti ini, tapi aku masih bisa melaluinya."Rupanya memang tak mudah melalui jalur satu-satunya ini. Jalanan cukup licin dan banyak akar tan

DMCA.com Protection Status