Home / Romansa / Istri Simpanan Tuan Muda / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Istri Simpanan Tuan Muda: Chapter 71 - Chapter 80

135 Chapters

BAB 71 SEMESTA TAHU

ANDINI's POV Bagas sejak pindah ke kamar belakang, dia jadi sering menangis tiba-tiba. Mungkin suasananya sangat berbeda dengan tempat yang pernah dia huni sebelumnya. Dulu, di villa...kami tinggal di kamar kecil namun sekelilingnya adalah penghijauan yang luas dan udara sejuk. Sementara ketika pindah pertama kali di rumah ini, kami tinggal di kamar tamu di atas. Memang tidak luas tapi kondisi ruangan ber-AC sehingga Bagas bisa tidur dengan mudah. Pun ketika dia sedang bersama dengan ayahnya. "Ayo, tidur Bagas... ini sudah malam..." Aku mengelus-elus perutnya yang mulai buncit lagi. Sejak tadi pagi dia belum buang air besar sama sekali. Sepertinya dia mulai tidak nyaman. "Kamu seharian tidak mau mamam selain ASI... gimana mau cepat besar?" Dia masih terjaga dan tidak mau menutup matanya sama sekali. Kedua mata bulat itu masih menatapku. "Apa kamu mau jalan-jalan ke taman belakang?" Mendengarku mengatakannya, kakinya bergerak-gerak dan dia mencoba untuk duduk. "Bagas? Kamu
Read more

BAB 72 MUKA DUA

ANDINI's POVSetelah mendengar apa yang dikatakan Mak Ijah, rasanya aku tak tahu lagi harus percaya pada siapa di rumah ini. Seseorang yang baik, penuh kasih dan sama sekali tak pernah berbuat jahat pada siapapun... nyatanya..."Mak. kenapa Mak Ijah mengundang wartawan itu?" Aku tak percaya melihat dengan mata kepalaku sendiri Mak Ijah berkomunikasi dan memberikan info tentang kejadian yang merupakan aib keluarga Baskara."Lah, Mbak Andini... ini ceritanya panjang. Sebaiknya kita sembunyi dulu di belakang. Biarkan wartawan itu yang bertindak..." Mak Ijah benar-benar mencengkram kedua tanganku dan mengajakku untuk kembali ke tempat pembantu. Di area belakang, suara yang tadinya bergemuruh seperti badai justru tak begitu terdengar lagi."Mak... Tapi anak saya..." Aku enggan untuk berdiam di dapur. Aku terus berpikir tentang bagaimana membawa Bagas agar tidak kenapa-kenapa di sana."Sebentar lagi Tuan Baskara akan ke sini, Mbak... tenang saja. Duduk dulu di sini." Mak Ijah nampak mengint
Read more

BAB 73 KEJUTAN ANDINI

BASKARA's POVJika aku seorang nahkoda kapal, apa yang aku alami bukan hanya kapalku yang kandas diterpa badai...tapi juga penumpang yang ada di kapalku, Laura, ikut melarikan diri. Semua pengorbananku sia-sia dan jelas terbukti dia mengkhianatiku. Namun dari semuanya, hal yang paling menyakitkanku adalah saat dia menghalangiku untuk memiliki momongan. Aku sempat frustasi apakah aku bukan seorang laki-laki. Saat teman-temanku begitu mudahnya mendapatkan keturunan, aku harus sabar menahan diri dari takdirku yang tak seperti yang aku harapkan.Tok, tok, tok...Aku mendengar pintu kamarku diketuk dari luar."Jangan ganggu aku dulu, Ma. Kumohon beri aku waktu sendiri..." Jawabku.Ketukan itu belum juga berhenti. "Ma, tolong jangan ganggu aku." Keluhku lagi.Bukannya diam dan pergi, suara itu makin menjadi-jadi. Bahkan handle pintuku juga dipaksa untuk dibukanya dari luar. Untungnya aku sudah mengunci pintu tadi."Ma..." Akhirnya aku datang dan membuka pintunya sambil berteriak.Di luar
Read more

BAB 74 CINTA TANPA TEPI

ANDINI's POV Cengkeraman Baskara sungguh sangat mendadak dan sangat kuat. Tubuhku tak mampu bergerak untuk lari darinya. Kakinya yang panjang dengan mudahnya melangkah menuju kamar mandi di kamar tidurnya. Hari sudah senja dan dia tak juga melepaskanku untuk pergi. Seperti yang dikatakan Mak Ijah padaku, kalau Baskara memang betul-betul terpuruk dan ini saatnya aku masuk. "Tuan, kumohon... sudah dulu..." Aku berusaha untuk melarikan diri. Yang ada sekarang malah diriku sudah di dalam kamar mandinya dan berada di bawah shower bersama. "Kenapa? Jangan panggil aku 'tuan' lagi, Andini..." Titahnya. Aku tak pernah melakukan hal ini dengan kesadaranku, pun ketika dulu saat kami masih di villa dulu. Ada rasa lain yang hidup seketika. Ini bukan hal yang salah, Andini. Dia masih suamimu. Meski pernikahan kalian tidak didasari dari hati. "Andini, kamu tahu... Aku sudah hancur sekarang!" Dia mulai menampakkan sisi lain dirinya sebagai manusia. Telingaku hanya mendengarkan sementara mulutku
Read more

BAB 75 CINTA SEMU

BASKARA's POVKembali aku bawa tubuh itu ke ranjang tanpa berpikir panjang. Andini saat ini adalah satu-satunya opsi bagiku. Tidak ada lagi kata dan ruang untuk Laura, meski cintaku masih tersisa. Selalu ada harap bagiku jika suatu hari nanti dia kembali ke sini. Semua rasa yang hanya aku simpan sendiri."Tuan..." Hari memang masih pagi, Andini nampak malu-malu saat aku memberikan perhatian padanya."Ssst... Kalau kamu panggil aku 'tuan' lagi, mulai saat ini aku tak akan segan-segan untuk menghukummu seperti tadi." Jawabku sambil memainkan rambutnya yang panjang. Aroma tubuh Andini memenuhi rongga hidungku."Tuan, saya tadi hanya disuruh untuk mengantarkan sarapan saja." Kalimatnya nampak jujur. "Seharusnya saya segera kembali ke bawah untuk menjaga Bagas."Selalu saja Bagas yang dia urus. Aku menggerutu sendiri. Apa dia tak pernah sekalipun menyisakan ruang perhatiannya untukku? Paling tidak, meskipun dia membenciku, apa tidak ingin dia merubah keadaan ini?"Lihat! Kamu mengatakan '
Read more

BAB 76 TERPAKSA CINTA

ANDINI's POVSiapa yang tahan jika disuruh untuk berbohong dan berpura-pura? Sudah lebih dari satu tahun aku melakukannya. Hal yang tak aku inginkan dan tak aku sukai sudah kulalui seorang diri.Ciuman itu tidak berarti sama sekali untukku sebenarnya. Hanya sebagai pembalasan pada Baskara yang selalu semena-mena padaku. Aku tahu dia baik karena tidak ada Laura sekarang. Baskara tak lagi punya istri yang sah."Andini..." Dia terkejut mendapatkan kecupan dariku. Memangnya hanya dia saja yang bisa bermain api? "Apa? Menurutmu ini yang disebut sebagai cinta, bukan?" Tanyaku saat kami benar-benar berada di jarak yang sangat dekat. Bahkan nyaris tak berjarak lagi."Aku tidak mau jika kita hanya terus-terusan mempermainkan satu sama lain, Andini. Aku tak pernah main-main denganmu. Aku melakukan apa yang benar-benar aku inginkan dari hatiku."Mendengar pernyataannya, hampir saja aku goyah. Untunglah aku teringat pada pesan Mak Ijah bahwa dulu... salah satu saudarinya pernah menjadi korban ke
Read more

BAB 77 POSESIFNYA BASKARA

BASKARA's POVAku hanya sebagai pengamat di sini. Ya, di tengah adu mulut yang sedang terjadi antara Andini, adiknya dan Paman bibinya. Mereka mengeluarkan argumen masing-masing yang intinya... uang yang seharusnya bisa dijadikan untuk tabungan pengobatan dan menyambung hidup sudah habis. Ckckck...Baru aku tinggal ke toilet sebentar, sudah ada pemandangan yang membuatku terbakar di tempat umum begini. Andini sepertinya menikmati pelukan lelaki sialan itu. Dia diam saja berada dalam dekapnya."Hei! Apa yang kamu lakukan pada istriku?" Teriakanku sepertinya sudah bisa membuat plafond yang tergantung di lantai atas sana runtuh.Semuanya terkejut. Tak terkecuali Andini yang awalnya diam dalam seribu bahasa."Pras, lepaskan..." Aku bisa mendengarkan dengan telingaku sendiri kalau Andini minta lelaki itu untuk melepaskan dirinya dari dekapan sok mesra.Aku melihat Prasetia justru membisikkan sesuatu ke telinganya. Jika orang lain tidak mengetahui, tentu mereka terlihat seperti sepasang kek
Read more

BAB 78 MELAWAN HATI

ANDINI's POVBetul seperti yang dikatakan Mak Ijah. Tak salah lagi.Jika sudah mampu mengendalikan hati seorang lelaki, apapun akan dia lakukan untuk kita. Begitulah yang sekarang sedang aku lakukan.Di saat keluargaku diterpa ujian, Ibuku yang sedang sakit dan keluarga besarku malah menzolimi kami... Aku gunakan kesempatan ini untuk mendekati Baskara.Sementara aku harus bisa menahan diri dari emosiku yang sesungguhnya. Aku terkadang merasa sedikit risih jika harus berdekatan dengannya dalam waktu yang lama. Tapi ini adalah peranku dan aku harus menjalankannya dengan sempurna. Demi diriku dan Bagas. Juga untuk Mak Ijah yang terlalu baik padaku."Andini, jangan pergi..." Tangan Baskara mulai mencegahku untuk tetap berada di kamarnya. Trikku bekerja dan dia masuk ke perangkap.Aku harus pura-pura untuk meninggalkannya, sehingga ini akan menunjukkan bagaimana reaksinya yang sesungguhnya. Rupanya berpura-pura adalah hal yang sulit dilakukan. Salut jika seorang perempuan bisa bertahan dem
Read more

BAB 79 KEJUTAN DARI LAURA

BASKARA's POVPeristiwa aku dan Andini menyaksikan Papa yang bersenang-senang dengan Santi, terus menerus terngiang-ngiang di benakku. Pun setelahnya, aku mengajak Andini untuk menemaniku selepas aku membuatkannya sepiring spaghetti di tengah malam. Kami berdua memang tengah kelaparan.Tubuh Andini tergolek lemah di sampingku. Aku sudah berjanji untuk tidak melakukan apapun padanya malam ini nanti. Meski otakku sudah berupaya keras, namun hatiku dan tubuhku tak juga mau menurut."Masih belum tidur juga?" Andini rupanya terbangun. Sekarang sudah jam dua pagi. Mataku belum juga bisa terpejam. "Belum." Jawabku. Aku masih menyandarkan tubuhku di headrest ranjang. Ada saja yang membuatku terbangun saat aku memulai ritual tidur malam ini.Keberadaan Andini yang kupikir bisa membuatku lebih mudah tertidur, nyatanya itu tidak berhasil juga membuatku bisa tidur lebih cepat."Ada apa?" Tanya Andini. Matanya masih sulit terbuka. Mungkin dia masih sangat mengantuk sekarang."Tidak apa-apa. Tidu
Read more

BAB 80 PENEBUSAN DOSA

BASKARA's POV Cahaya matahari mulai merambat ke sela-sela ruangan melalui jendela yang terbuka. Aku merasakan angin yang semilir menyentuh kedua permukaan kakiku. Sekarang, aku juga merasa adanya aroma secangkir kopi panas yang letaknya tak jauh dari tempatku sekarang. Di mana aku? Seluruh permukaan kulitku menyentuh lapisan selimut tebal yang lembut dan nyaman. Astaga, aku tidak memakai sehelai pakaian apapun sekarang! "Baskara!" Suara lembut itu menyapaku. Mataku terbuka dan rupanya aku di dalam ruangan yang serba putih. Bahkan, tirai jendela besar yang darinya aku merasakan hembusan anginpun juga berwarna putih. Begitu juga dengan warna selimut, dinding serta plafond ruangan ini. "Di mana ini?" Aduh. Kepalaku terasa sangat berat dan masih belum kuat untuk kubuat duduk. Wanita yang tadi memanggilku tidak lain dan tidak bukan adalah Laura. Dikenakannya kaos oblong yang oversize berwarna abu-abu. "Psst... kita berada di rumahku." Jawab Laura sembari meletakkan nampan berisi k
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status