Home / Romansa / Istri Simpanan Tuan Muda / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Istri Simpanan Tuan Muda: Chapter 51 - Chapter 60

135 Chapters

BAB 51 KEJUTAN MALAM

BASKARA’s POVSuasana rumah terasa sepi. Laura sudah tidak banyak di rumah karena sibuk mengurusi rencana studinya. Tak ada ruang untuk diskusi lagi karena keputusannya sudah bulat. Perilaku Mama yang semakin hari memojokkannya, membuat Laura tak mau berlama-lama lagi di sini.Sehari dua hari aku masih percaya dia sibuk mengurus dokumen, tapi itu tak berlangsung lama.Bayu mendapati Laura melakukan hal yang seharusnya dia bisa hentikan. Kebiasaan lamanya untuk party dan menikmati dunia malamnya kambuh lagi.“Dia bersama beberapa temannya… semuanya perempuan!” desisnya saat bertemu denganku di kantor.Saat aku berangkat tadi, Laura memang masih ketiduran. Dia tentu tidak bisa bangun karena selalu pulang pagi.“Kalau kamu tidak percaya padaku, nanti malam cobalah untuk mengikutnya. Mereka selalu di West Club setiap malam. Aku pikir itu semuanya dilakukan dengan sepengetahuanmu.” Jelas Bayu lagi.Aku mengedikkan bahu. Tak tahu menahu dan tak pernah mencurigainya.“Dia hanya sering mengel
Read more

BAB 52 KEMBALI KE VILLA

ANDINI’s POV Setelah aku menimbang keputusan berkali-kali, rasanya memang menitipkan Bagas ke panti asuhan adalah keputusan yang terbaik. Setidaknya untuk saat ini. Karena takut tidak tega saat meninggalkannya, aku minta Prasetia yang meletakkan Bagas di tempat kamar bayi. Para pengurus panti rupanya orang yang ramah-ramah, setidaknya ini akan membuatku tenang dan nyaman. “Kamu tidak bisa tidur?” Prasetia yang sedang duduk di ruang tamu menanyaiku. Dia masih sibuk dengan ponselnya dan sepertinya sedang berkomunikasi dengan seseorang via chat. “Belum, Pras. Aku…” nada bicaraku tidak bisa kututup-tutupi. Aku memang sangat sedih saat ini. “Sudah, jangan diingat-ingat lagi. Bagas tidak seorang diri di sana. Ada banyak teman-temannya di sana yang akan menemaninya.” Prasetia mengatakannya tanpa memakai perasaan sedikitpun. Enteng sekali. “Iya, kamu benar.” Jawabku setelah merasa tak ada gunanya beradu argumen dengannya. Prasetia akan selalu menemukan celah untuk mematahkan alasanku.
Read more

BAB 53 TANGIS PEMECAH MALAM

Baskara’POV “Andini, anak siapa itu?” Aku menunjuk pada bayi mungil yang sudah ada dalam dekapannya. Mak Ijah ikut histeris melihat Andini pulang, lebih tepatnya kembali ke villa. Tanpa merasa berdosa dan bersalah sedikitpun. Meski diriku merasa lelah hari ini, aku sudah menyiapkan sanggahan atau balasan jika Andini mengajakku berperang sewaktu-waktu. Kakinya melangkah maju. Di luar dugaan, tidak ada tanda-tanda dia akan menyerangku. “Tuan Baskara, aku minta maaf… ijinkan aku untuk tinggal sementara di sini. Aku mohon…” pintanya dengan sungguh-sungguh. Tak biasanya Andini melakukannya padaku. Saat dia sedang berada dalam nikah kontrak denganku, Andini kerap kali menyindir dan berkata-kata tidak menyenangkan. “Apa? Memangnya kamu siapa bisa datang dan pergi sesukamu? Villa ini bukan milik nenek moyangmu!” Emosiku naik seketika. Bayi itu menangis. Awalnya pelan-pelan namun dia mengeraskan suaranya. Mak Ijah meraihnya dari tangan Andini dan menenangkannya. “Aku sudah minta maaf…
Read more

BAB 54 BAYU YANG BARU

ANDINI’s POVSiapa yang tak terkejut saat melihat anaknya digendong oleh ayah kandungnya, tapi ayahnya tidak tahu menahu soal keberadaan anak itu!Jantungku serasa mau lepas menyaksikan sendiri Baskara membawa Bagas di dekapan tangannya. Kenapa bisa dia menyentuh anak itu? Apakah Mak Ijah tidak ada di tempat?Cepat-cepat aku meraihnya dan membawanya ke pelukanku. Tak perlu berkata-kata lagi, aku membawa Bagas kembali ke kamar belakang. Baskara sedikit terkejut aku mengambil anak itu darinya. Aku tidak ingin anakku dekat apalagi memiliki bonding dengannya. Itu hal yang aku hindari.“Mbak Andini, maaf tadi saya keluar sebentar mengirimkan makanan ke kuli-kuli di proyek. Karena kemalaman, tadi Bagas tak tinggal sendiri. Tak pikir mumpung tidur pules…” Mak Ijah sepertinya kaget melihatku yang berlarian dari luar tadi.“Iya, nggak apa-apa Mak.” Jawabku sambil menyusui Bagas.Di tangannya sudah ada sebuah kresek yang berisi sesuatu.“Mbak, ini ada daun katu. Nanti Mak buatkan sup dengan dau
Read more

BAB 55 TERTOLAKNYA TALAK

BASKARA's POVRencanaku untuk stay di villa rupanya tak sesuai yang sudah aku perkirakan. Seharusnya aku hanya di villa sekitar lima hari. Nyatanya, hari Minggu pagi aku masih saja berkutat dengan pekerjaan di sini.Awalnya tangis anak Andini adalah hal yang memekakkan telinga, kini aku sudah menjadi terbiasa. Memang untuk manusia sekecil dia, itu satu-satunya hal yang dia bisa. Kadang aku berpikir, bagaimana jika bayi itu diambil oleh ayahnya. Mungkin Andini bisa mati karena gila.Ah, sudahlah. Aku masih berpikir keras bagaimana menekan anggaran biaya. Pak Ali sejak selepas jogging pagi di sini bersamaku dan kami masih berdiskusi panjang di meja makan.“Pak, sepertinya material yang kita beli dari supplier lama, kita ganti saja order ke toko baru. Selisihnya sudah saya cek, harganya lumayan bersaing.” Pak Ali memang terkenal super jeli kalau soal urusan harga dan pengeluaran.“Hm, boleh juga sih Pak. Tapi ini kualitasnya bagaimana?” Aku salah satu orang yang tak mudah percaya dengan
Read more

BAB 56 MENUJU BUKIT

ANDINI’s POV“Andini, sebaiknya kamu ikut aku!” Bayu tiba-tiba mendatangiku yang sedang menjemur Bagas.Tumben dia sudah bangun jam segini. Biasanya di akhir pekan dia tidur sampai siang kata Mak Ijah dan orang-orang villa.“Mau ke mana?” Responku saat dia duduk mendekatiku. Tanganku masih sibuk memegangi Bagas yang mulai bergerak-gerak.Matahari mulai bergerak meninggi meski teriknya masih terasa lembut. Embun-embun di sekitarku sudah mulai menghilang sejengkal demi sejengkal.“Titipkan dulu Bagas pada Mak Ijah. Besok kita bisa bawa Bagas bersama kalau kamu sudah melihat tempatnya.” Ceritanya sambil tersenyum.Dia terlihat gembira dan tak sabar ingin membagikan sesuatu kepadaku secepatnya. Tangannya bahkan menuntunku untuk segera menitipkan Bagas.“Tapi, Mak Ijah nanti pastinya sibuk. Masaknya juga belum selesai sepertinya…” Alasanku agar Bayu terhenti dari rencananya.“Ah, tenang saja. Itu gampang diatur. Yang jelas aku ingin menunjukkan ini padamu…” Bayu makin tak bisa dibendung la
Read more

BAB 57 SEBUAH KEJUTAN

BASKARA's POVSeperginya Laura untuk study lagi ke New York, aku merasa tinggal di rumah menjadi menjemukan. Apa yang biasanya bisa aku lakukan dengannya di rumah, kini sudah tidak bisa aku lakukan lagi. "Bas, kamu ingat dengan keponakan Mama yang anaknya Om Danu, pengusaha properti?" Mama mengajakku berbicara tiba-tiba. Aku masih membaca-baca chat history-ku dengan Laura. Ada beberapa foto yang sengaja kami ambil saat kami masih bersama."Bas... kamu dengar kata Mama? Daritadi kamu seperti melamun saja..." Mama menimpali lagi."Siapa sih, Ma?" Tanyaku. Aku harus pura-pura tertarik pada yang Mama bicarakan."Siapa? Ya ampun, masak kamu lupa sama Bella? Anaknya Om Danu satu-satunya yang lulusan Oxford itu... Dia berencana mau cari tempat untuk magang. Soalnya Om Danu nanti mau buka penginapan juga di sana. Bella mau belajar manajerialnya gitu..." Seru Mama dengan sangat bersemangat. Tapi aku mencium maksud lain dari apa yang dikatakannya."Lalu?" Aku menoleh ke arah Mama. Setidaknya
Read more

BAB 58 SUARA HATI

ANDINI’s POV“Bas, hati-hati di jalan… semoga kalian selalu bahagia berdua…Hahaha… Lalu bagaimana dengan sim anis Bella?” Doa yang berupa ejekan dari mulut Bayu terdengar memekakkan telingaku.Baskara hanya sebentar saja di villa. Dia terlihat tak jenak untuk berlama-lama karena kudengar akan mengejar pesawat ke New York.“Bayu, sudahlah. Jangan memulai lagi.” Kata Baskara yang sengaja juga mengeraskan suaranya.Aku berada di dekat Bayu karena anakku sekarang ada dalam gendongannya. Hal ini membuat Baskara, meski ini baru dugaanku semata, dia tak terlihat senang ketika aku berdekatan dengan sepupunya itu.Mata Baskara melirik sebentar ke tubuh mungil Bagas. Aku sempat berpikir kalau Baskara ingin memeluknya sebelum dia pergi. Ah, sudahlah.Melihat suasana yang tidak nyaman, aku meminta anakku agar aku bisa membawanya masuk ke dalam kamar. Ini juga sudah malam.“Tuan, mobil sudah siap. Mari masuk.” Pak Gun memberikan informasi pada Baskara yang sebenarnya terlihat siap baku hantam deng
Read more

BAB 59 SEBUAH PENGAKUAN

BASKARA’s POVBaru kali ini aku melihat Andini terlelap ketiduran di sebelahku. Entah karena Andini terlalu lelah atau dia tak lagi punya energi untuk sekedar melanjutkan perdebatannya denganku.Aku sempat melihat ke luar kamar tadi, Bayu sudah masuk ke kamarnya. Sial. Pesawatku tinggal beberapa jam lagi harus take off. Tidak mungkin aku bisa memburu waktu ke Bandara dan perjalanan yang jelas akan melewati jam macet saat pagi menjelang.“Mana mungkin kita bisa menerobos?” Gumamku pada Pak Gun yang tadi menelponku.Dia tahu aku sedang di kamar bersama Andini. Sesekali aku menengok ke tempat tidur memastikan Andini tidak terbangun.“Ya, memang tidak mungkin Tuan. Itu akan sangat sulit.” Balasnya. Dia juga pesimis karena saat kami nanti tiba di dekat jalur perbatasan Bandara pasti di saat traffic.“Aku cancel saja, Pak. Sebisa mungkin aku akan cari flight secepatnya…”Tak berapa lama berselang, saat aku berselancar di internet mencari tiket penerbangan berikutnya… terpampang jelas berita
Read more

BAB 60 PERTEMUAN (LAGI)

ANDINI’s POVBaskara setelah beberapa hari di sini, akhirnya dia akan segera pergi juga. Sementara aku tak merasakan kenyamanan saat dia berada di sini. Gerak gerikku terasa terus diawasi dan setiap kali aku dekat dengan Bayu, matanya seolah adalah mata malaikat yang mencatat kejahatanku.Sesalah itukah aku di matanya?“Mau berangkat jam berapa Tuan nanti?” Telingaku mendengar jelas Mak Ijah menanyakannya pada Baskara.Dia tampak sibuk membaca-baca sesuatu dari laptopnya. Mungkin saja itu adalah urusan pekerjaan.Tak langsung menjawab, Baskara malah meminta Mak Ijah untuk membuatkannya kopi. Hari masih pagi.“Mak, bikinkan saya kopi lagi. Agak pahit saja.” Pintanya dan tak memberitahukan kapan dia akan pulang.Aku masih sibuk menggendong Bagas yang sejak semalam rewel karena aku tinggal tidur hanya dengan Mak Ijah.“Anaknya Mbak Andini rewel lagi ya?” Mak Ijah masih sempat menanyakannya padaku saat di dapur.“Iya, Mak. Semalam saya tinggal keluar. Jadinya pagi membalas padaku. Tidak m
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status