BASKARA's POVRencanaku untuk stay di villa rupanya tak sesuai yang sudah aku perkirakan. Seharusnya aku hanya di villa sekitar lima hari. Nyatanya, hari Minggu pagi aku masih saja berkutat dengan pekerjaan di sini.Awalnya tangis anak Andini adalah hal yang memekakkan telinga, kini aku sudah menjadi terbiasa. Memang untuk manusia sekecil dia, itu satu-satunya hal yang dia bisa. Kadang aku berpikir, bagaimana jika bayi itu diambil oleh ayahnya. Mungkin Andini bisa mati karena gila.Ah, sudahlah. Aku masih berpikir keras bagaimana menekan anggaran biaya. Pak Ali sejak selepas jogging pagi di sini bersamaku dan kami masih berdiskusi panjang di meja makan.“Pak, sepertinya material yang kita beli dari supplier lama, kita ganti saja order ke toko baru. Selisihnya sudah saya cek, harganya lumayan bersaing.” Pak Ali memang terkenal super jeli kalau soal urusan harga dan pengeluaran.“Hm, boleh juga sih Pak. Tapi ini kualitasnya bagaimana?” Aku salah satu orang yang tak mudah percaya dengan
Read more