Beranda / Romansa / Istri Simpanan Tuan Muda / BAB 52 KEMBALI KE VILLA

Share

BAB 52 KEMBALI KE VILLA

Penulis: Liliput
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

ANDINI’s POV

Setelah aku menimbang keputusan berkali-kali, rasanya memang menitipkan Bagas ke panti asuhan adalah keputusan yang terbaik. Setidaknya untuk saat ini. Karena takut tidak tega saat meninggalkannya, aku minta Prasetia yang meletakkan Bagas di tempat kamar bayi.

Para pengurus panti rupanya orang yang ramah-ramah, setidaknya ini akan membuatku tenang dan nyaman.

“Kamu tidak bisa tidur?” Prasetia yang sedang duduk di ruang tamu menanyaiku. Dia masih sibuk dengan ponselnya dan sepertinya sedang berkomunikasi dengan seseorang via chat.

“Belum, Pras. Aku…” nada bicaraku tidak bisa kututup-tutupi. Aku memang sangat sedih saat ini.

“Sudah, jangan diingat-ingat lagi. Bagas tidak seorang diri di sana. Ada banyak teman-temannya di sana yang akan menemaninya.” Prasetia mengatakannya tanpa memakai perasaan sedikitpun. Enteng sekali.

“Iya, kamu benar.” Jawabku setelah merasa tak ada gunanya beradu argumen dengannya. Prasetia akan selalu menemukan celah untuk mematahkan alasanku.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 53 TANGIS PEMECAH MALAM

    Baskara’POV “Andini, anak siapa itu?” Aku menunjuk pada bayi mungil yang sudah ada dalam dekapannya. Mak Ijah ikut histeris melihat Andini pulang, lebih tepatnya kembali ke villa. Tanpa merasa berdosa dan bersalah sedikitpun. Meski diriku merasa lelah hari ini, aku sudah menyiapkan sanggahan atau balasan jika Andini mengajakku berperang sewaktu-waktu. Kakinya melangkah maju. Di luar dugaan, tidak ada tanda-tanda dia akan menyerangku. “Tuan Baskara, aku minta maaf… ijinkan aku untuk tinggal sementara di sini. Aku mohon…” pintanya dengan sungguh-sungguh. Tak biasanya Andini melakukannya padaku. Saat dia sedang berada dalam nikah kontrak denganku, Andini kerap kali menyindir dan berkata-kata tidak menyenangkan. “Apa? Memangnya kamu siapa bisa datang dan pergi sesukamu? Villa ini bukan milik nenek moyangmu!” Emosiku naik seketika. Bayi itu menangis. Awalnya pelan-pelan namun dia mengeraskan suaranya. Mak Ijah meraihnya dari tangan Andini dan menenangkannya. “Aku sudah minta maaf…

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 54 BAYU YANG BARU

    ANDINI’s POVSiapa yang tak terkejut saat melihat anaknya digendong oleh ayah kandungnya, tapi ayahnya tidak tahu menahu soal keberadaan anak itu!Jantungku serasa mau lepas menyaksikan sendiri Baskara membawa Bagas di dekapan tangannya. Kenapa bisa dia menyentuh anak itu? Apakah Mak Ijah tidak ada di tempat?Cepat-cepat aku meraihnya dan membawanya ke pelukanku. Tak perlu berkata-kata lagi, aku membawa Bagas kembali ke kamar belakang. Baskara sedikit terkejut aku mengambil anak itu darinya. Aku tidak ingin anakku dekat apalagi memiliki bonding dengannya. Itu hal yang aku hindari.“Mbak Andini, maaf tadi saya keluar sebentar mengirimkan makanan ke kuli-kuli di proyek. Karena kemalaman, tadi Bagas tak tinggal sendiri. Tak pikir mumpung tidur pules…” Mak Ijah sepertinya kaget melihatku yang berlarian dari luar tadi.“Iya, nggak apa-apa Mak.” Jawabku sambil menyusui Bagas.Di tangannya sudah ada sebuah kresek yang berisi sesuatu.“Mbak, ini ada daun katu. Nanti Mak buatkan sup dengan dau

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 55 TERTOLAKNYA TALAK

    BASKARA's POVRencanaku untuk stay di villa rupanya tak sesuai yang sudah aku perkirakan. Seharusnya aku hanya di villa sekitar lima hari. Nyatanya, hari Minggu pagi aku masih saja berkutat dengan pekerjaan di sini.Awalnya tangis anak Andini adalah hal yang memekakkan telinga, kini aku sudah menjadi terbiasa. Memang untuk manusia sekecil dia, itu satu-satunya hal yang dia bisa. Kadang aku berpikir, bagaimana jika bayi itu diambil oleh ayahnya. Mungkin Andini bisa mati karena gila.Ah, sudahlah. Aku masih berpikir keras bagaimana menekan anggaran biaya. Pak Ali sejak selepas jogging pagi di sini bersamaku dan kami masih berdiskusi panjang di meja makan.“Pak, sepertinya material yang kita beli dari supplier lama, kita ganti saja order ke toko baru. Selisihnya sudah saya cek, harganya lumayan bersaing.” Pak Ali memang terkenal super jeli kalau soal urusan harga dan pengeluaran.“Hm, boleh juga sih Pak. Tapi ini kualitasnya bagaimana?” Aku salah satu orang yang tak mudah percaya dengan

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 56 MENUJU BUKIT

    ANDINI’s POV“Andini, sebaiknya kamu ikut aku!” Bayu tiba-tiba mendatangiku yang sedang menjemur Bagas.Tumben dia sudah bangun jam segini. Biasanya di akhir pekan dia tidur sampai siang kata Mak Ijah dan orang-orang villa.“Mau ke mana?” Responku saat dia duduk mendekatiku. Tanganku masih sibuk memegangi Bagas yang mulai bergerak-gerak.Matahari mulai bergerak meninggi meski teriknya masih terasa lembut. Embun-embun di sekitarku sudah mulai menghilang sejengkal demi sejengkal.“Titipkan dulu Bagas pada Mak Ijah. Besok kita bisa bawa Bagas bersama kalau kamu sudah melihat tempatnya.” Ceritanya sambil tersenyum.Dia terlihat gembira dan tak sabar ingin membagikan sesuatu kepadaku secepatnya. Tangannya bahkan menuntunku untuk segera menitipkan Bagas.“Tapi, Mak Ijah nanti pastinya sibuk. Masaknya juga belum selesai sepertinya…” Alasanku agar Bayu terhenti dari rencananya.“Ah, tenang saja. Itu gampang diatur. Yang jelas aku ingin menunjukkan ini padamu…” Bayu makin tak bisa dibendung la

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 57 SEBUAH KEJUTAN

    BASKARA's POVSeperginya Laura untuk study lagi ke New York, aku merasa tinggal di rumah menjadi menjemukan. Apa yang biasanya bisa aku lakukan dengannya di rumah, kini sudah tidak bisa aku lakukan lagi. "Bas, kamu ingat dengan keponakan Mama yang anaknya Om Danu, pengusaha properti?" Mama mengajakku berbicara tiba-tiba. Aku masih membaca-baca chat history-ku dengan Laura. Ada beberapa foto yang sengaja kami ambil saat kami masih bersama."Bas... kamu dengar kata Mama? Daritadi kamu seperti melamun saja..." Mama menimpali lagi."Siapa sih, Ma?" Tanyaku. Aku harus pura-pura tertarik pada yang Mama bicarakan."Siapa? Ya ampun, masak kamu lupa sama Bella? Anaknya Om Danu satu-satunya yang lulusan Oxford itu... Dia berencana mau cari tempat untuk magang. Soalnya Om Danu nanti mau buka penginapan juga di sana. Bella mau belajar manajerialnya gitu..." Seru Mama dengan sangat bersemangat. Tapi aku mencium maksud lain dari apa yang dikatakannya."Lalu?" Aku menoleh ke arah Mama. Setidaknya

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 58 SUARA HATI

    ANDINI’s POV“Bas, hati-hati di jalan… semoga kalian selalu bahagia berdua…Hahaha… Lalu bagaimana dengan sim anis Bella?” Doa yang berupa ejekan dari mulut Bayu terdengar memekakkan telingaku.Baskara hanya sebentar saja di villa. Dia terlihat tak jenak untuk berlama-lama karena kudengar akan mengejar pesawat ke New York.“Bayu, sudahlah. Jangan memulai lagi.” Kata Baskara yang sengaja juga mengeraskan suaranya.Aku berada di dekat Bayu karena anakku sekarang ada dalam gendongannya. Hal ini membuat Baskara, meski ini baru dugaanku semata, dia tak terlihat senang ketika aku berdekatan dengan sepupunya itu.Mata Baskara melirik sebentar ke tubuh mungil Bagas. Aku sempat berpikir kalau Baskara ingin memeluknya sebelum dia pergi. Ah, sudahlah.Melihat suasana yang tidak nyaman, aku meminta anakku agar aku bisa membawanya masuk ke dalam kamar. Ini juga sudah malam.“Tuan, mobil sudah siap. Mari masuk.” Pak Gun memberikan informasi pada Baskara yang sebenarnya terlihat siap baku hantam deng

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 59 SEBUAH PENGAKUAN

    BASKARA’s POVBaru kali ini aku melihat Andini terlelap ketiduran di sebelahku. Entah karena Andini terlalu lelah atau dia tak lagi punya energi untuk sekedar melanjutkan perdebatannya denganku.Aku sempat melihat ke luar kamar tadi, Bayu sudah masuk ke kamarnya. Sial. Pesawatku tinggal beberapa jam lagi harus take off. Tidak mungkin aku bisa memburu waktu ke Bandara dan perjalanan yang jelas akan melewati jam macet saat pagi menjelang.“Mana mungkin kita bisa menerobos?” Gumamku pada Pak Gun yang tadi menelponku.Dia tahu aku sedang di kamar bersama Andini. Sesekali aku menengok ke tempat tidur memastikan Andini tidak terbangun.“Ya, memang tidak mungkin Tuan. Itu akan sangat sulit.” Balasnya. Dia juga pesimis karena saat kami nanti tiba di dekat jalur perbatasan Bandara pasti di saat traffic.“Aku cancel saja, Pak. Sebisa mungkin aku akan cari flight secepatnya…”Tak berapa lama berselang, saat aku berselancar di internet mencari tiket penerbangan berikutnya… terpampang jelas berita

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 60 PERTEMUAN (LAGI)

    ANDINI’s POVBaskara setelah beberapa hari di sini, akhirnya dia akan segera pergi juga. Sementara aku tak merasakan kenyamanan saat dia berada di sini. Gerak gerikku terasa terus diawasi dan setiap kali aku dekat dengan Bayu, matanya seolah adalah mata malaikat yang mencatat kejahatanku.Sesalah itukah aku di matanya?“Mau berangkat jam berapa Tuan nanti?” Telingaku mendengar jelas Mak Ijah menanyakannya pada Baskara.Dia tampak sibuk membaca-baca sesuatu dari laptopnya. Mungkin saja itu adalah urusan pekerjaan.Tak langsung menjawab, Baskara malah meminta Mak Ijah untuk membuatkannya kopi. Hari masih pagi.“Mak, bikinkan saya kopi lagi. Agak pahit saja.” Pintanya dan tak memberitahukan kapan dia akan pulang.Aku masih sibuk menggendong Bagas yang sejak semalam rewel karena aku tinggal tidur hanya dengan Mak Ijah.“Anaknya Mbak Andini rewel lagi ya?” Mak Ijah masih sempat menanyakannya padaku saat di dapur.“Iya, Mak. Semalam saya tinggal keluar. Jadinya pagi membalas padaku. Tidak m

Bab terbaru

  • Istri Simpanan Tuan Muda   EPILOG

    Seorang anak kecil memakai seragam taman kanak-kanak sedang menunggu jemputan pulang. Senyum manis menghiasi wajahnya."Belum dijemput?" Gurunya bertanya padanya. Hampir semua teman-temannya telah dijemput oleh orang tua, pembantu atau sopir.Anak itu menggeleng."Hmmm... ini sudah hampir satu jam dari jam pulang. Apa perlu Ibu antar ke rumahmu?" Guru itu merasa tidak tenang karena satu muridnya saja yang belum menunjukkan tanda-tanda akan segera dijemput."Tidak perlu, Bu. Ayah akan menjemputku sekalian membeli kue ulang tahun untukku." Jelas si kecil itu penuh semangat."Siapa yang berulang tahun? Bukankah kamu ulang tahun bulan depan?" "Ibuku maksudnya, tapi kata Ayahku, kue itu nanti aku yang akan memakannya...""Ohhh... jadi Ibumu yang berulang tahun hari ini. Selamat ulang tahun untuk Ibumu ya... Semoga Ibumu sehat, panjang umur dan bahagia selalu." Seru Guru itu sambil menemaninya duduk.

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 134 MENYATU LAGI (LAST EPISODE)

    ANDINI's POVSuasana pemakaman jenazah Tuan Hadi dan Bayu diiringi isak tangis yang tak berkesudahan. Beberapa memilih untuk menundukkan kepala. Barangkali, mereka saling mengingat memori yang pernah terjadi di masa hidup mereka.Aku sadari, dalam kehidupan manusia yang panjang... kita bisa saja lupa atau alpa. Tak ubahnya seperti sebuah tulisan yang terkadang banyak yang harus dihapus atau diabaikan."Ma, sudah... Ma..." Baskara membisikkan kata itu di telinga Mamanya.Mamanya sejak tadi menangis tersedu dan tak kuasa menahan air mata yang terus membanjiri wajahnya yang cantik."Ma..." Baskara mengelus-elus lengan Mamanya dan membawanya dalam pelukan.Aku yakin, meski Baskara baru menyadari kalau Tuan Hadi adalah ayah kandungnya, pasti dia merasa kehilangan juga sekarang. Baskara belum sempat memperbaiki keadaan sebelum dia ditinggalkan.Mungkin, mungkin saja dia juga punya rencana untuk memanggilnya 'ayah' atau 'papa' semasa h

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 133 KECELAKAAN NAAS (2 LAST EPISODE)

    ANDINI's POV"Ayah mau ke mana?" Tanyaku menyaksikan Tuan Agus tampak terburu-buru. Di tangan kanannya sudah tertempel ponsel."Bentar, Andini. Kamu di rumah saja dulu." Dia berlari dan menggandeng tangan Mama yang sebetulnya sedang asyik bermain dengan Askara."Ada apa, Pa?" Tanya Mama sembari akhirnya menitipkan Askara padaku."Hadi dan Bayu kecelakaan." Itu saja kalimat yang bisa keluar dari mulutnya. Selanjutnya dia tetap melanjutkan pembicaraan di ponselnya."APA?" Mama Baskarapun pingsan seketika. Beberapa asisten rumah tangga dengan cepat membopongnya untuk ditidurkan di sofa panjang."Nyonya... Bangun Nyonya..." Mereka tampak cemas.Suasana semakin tidak karuan. Aku sampai lupa kalau sekarang ini diriku masih masa pemulihan pasca keguguran."Huhuhu..." Mama bangun lalu pingsan lagi. Air matanya tumpah."Nyonya, minum air dulu. Ini minum dulu..." Bibi Siti tergopoh-gopoh membawa segelas air untuk

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 132 TERKUCILKAN (3 LAST EPISODE)

    BASKARA's POV Andini terlalu larut dalam lamunannya. Sekitar dua bulan ini tak banyak berkata pada siapapun. Dia lebih sering termenung. Papa dan Mama menyarankanku untuk pindah kembali ke rumah. Begitu pula dengan Hans, dia menyuruhku untuk segera pulang. "Percayalah padaku! Aku tahu bagaimana rasa sakitnya bercerai. Aku tahu. Aku bahkan sampai sekarang masih merasakan itu adalah siksaaan terberat dalam hidup." Hans yang selama ini jarang membuka suara soal apa yang dia rasakan, mulai bercerita. "Tapi selama ini juga kamu terlihat baik-baik saja. Kamu bahkan sudah punya pacar ponakan Bibi Siti, bukan? Waktu kita ke Australia saat itu." Aku sampaikan penilaianku terhadapnya. Hans tertawa terbahak-bahak. "Mungkin aku memang punya bakat akting yang terpendam. Kamu tak tahu berapa dalamnya luka itu di dalam hatiku." "Ah, kamu jangan sok puitis..." Komentarku pada Hans yang mulai tertawa. "Sungguh, aku bahkan tiga bulan setelah bercerai tidak bisa tidur kalau belum jam dua pagi.

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 131 KEHILANGAN CINTA

    ANDINI's POVBagiku ini adalah akhir. Tak bisa lagi aku mencari alasan untuk meyakinkanku tinggal. Rasanya lebih baik aku pergi sejauh-jauhnya.Baskara tak lagi mengenaliku. Bahkan dia sudah lupa dengan sentuhanku."Mbak, makan dulu." Alika, adikku menyediakan bubur ayam yang biasanya aku sangat lahap memakannya.Aku mengangguk tanpa suara. Batinku terlalu sibuk untuk berdialog dengan akalku."Mbak, jangan diem terus. Makanlah..." Sekali lagi Alika membujukku. Namun apa daya, makanan yang seharusnya nikmat disantap kini tak lagi menggugah seleraku."Andini, makanlah." Ibu menyuruhku. Kalau sudah Ibu yang menyuruh, aku tak bisa mengelak."Iya..." Aku patuh memaksa mulutku untuk menerima suapan demi suapan dari Alika."Nah, gitu. Kasihan bayi di perutmu, dia pasti butuh nutrisi." Ucap Ibuku. Saking terbelenggunya pikiranku pada kebencian dan sakit hati, aku lupa kalau tubuhku ini tak hanya milikku sendiri. "Habisin Mbak." Alika menyemangatiku untuk memakan beberapa suap terakhir. Mes

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 130 HILANG BAYANG

    BASKARA's POV Beginikah rasanya ditinggalkan oleh orang yang kita cintai? Aku merasa diriku memang tak layak untuk menjadi suami Andini. Selama mengenalnya, dia tak pernah melakukan hal yang membuatku terpuruk atau tersakiti. Justru sebaliknya, aku yang selama ini menyiksanya. "Sudah... tenangkan saja dirimu, Tuan..." Maya masih setia menemaniku meski aku telah terjatuh dan dijauhi oleh anak dan istriku. Berkali-kali aku sudah menyuruhnya pergi, tapi dia bersikukuh untuk membantuku menyelesaikan masalah. Karena dia juga terlibat dalam skandal ini. "Maya, apa yang harus aku lakukan?" Keluhku padanya. Tak seorangpun mau bicara padaku. Bahkan Papa yang biasanya selalu ada, kini sudah menganggapku tak lebih baik dari seorang pengecut. Pak Gun juga tak menunjukkan batang hidungnya. Pak Ali juga lebih memilih untuk angkat tangan pura-pura tidak mau tahu. Ke mana semua orang yang selama ini baik padaku? Bukankah aku juga begitu baik dan memberikan semua kemudahan pada mereka? Hans sej

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 129 MEMUTUS RASA

    BASKARA's POV"Kamu terlihat cantik, Maya..." Mataku tak bisa lepas darinya.Sosok yang dulunya masih remaja dan datang ke keluargaku dalam keadaan lusuh, kini sudah berubah menjadi seorang bidadari yang menawan."Ini karena make up, Tuan..." Bisiknya.Kami harus menjaga jarak karena sedang berada di tempat umum. Kupastikan agar Maya berjalan di belakangku. Rasanya jemariku tak sanggup lagi jika harus menunggu dua atau tiga jam tanpa menyentuh kulit putih yang lembut itu."Baskara! Akhirnya kamu datang..." Papa menyambutku.Mama sejak kedatanganku seperti curiga padaku. Tapi aku pura-pura untuk tidak terjadi apa-apa. Keduanya sibuk dengan menggendong Askara dan Bagas. Bibi Siti juga tampak membersamai mereka."Mana Andini?" Tanyaku pada Mama.Bibirnya mengucapkan sesuatu sebelum akhirnya berkata-kata,"bukankah dia seharusnya berangkat bersamamu?"Pertanyaan Mama seperti menohokku sekarang. Je

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 128 PUSARAN RINDU

    ANDINI's POV Bertemu dengan Askara dan Bagas membuatku tersenyum seketika. Keduanya menyambutku dengan senyuman, Bagas bahkan berlari ke arahku saat pintu mobil dibuka. "Maa..." Ucapnya. Dia memelukku dengan sangat erat. "Rindu sama Mama?" Tanyaku. Perutnya terlihat semakin gembul. Pipinya juga terlihat semakin berisi. Sepertinya dia kerasan dan betah berada di rumah lagi. "Mama... Mama tu..." Bagas menunjuk-nunjuk pada beberapa pohon mangga di samping rumah yang sedang berbuah. Aku paham apa yang dia maksudkan. Dia ingin memetiknya. "Ah, kamu mau mangga itu?" Bagas mengangguk tanda setuju. "Mama masuk ke rumah dulu ya. Mau meletakkan barang-barang. Nanti menyusul kamu di sini lagi . Kamu sama Bibi Siti dulu..." Rupanya Bagas mendengarkan apa yang aku sampaikan padanya. Dengan sigap, Bibi Siti membopong tubuhnya untuk menjauh dariku. Karena aku masih membawa beberapa koper yan

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 127 MUSIBAH LONGSOR

    BASKARA's POVTangan Maya masih berpegang pada tanganku. Perjalanan ke tukang kayu yang disarankan oleh kontraktor villa akhirnya membuahkan hasil. Maya tahu betul seluk-beluk wilayah villa dan sekitarnya."Untunglah kamu tahu betul wilayah sini, Maya." Pujiku sembari mengemudi mobil kami. Jalanan sedikit licin setelah hujan."Ahh... Aku tidak terlalu tahu sebenarnya. Hanya mengira-ngira saja tadi." Maya menyandarkan kepalanya di bahuku. Kami melanjutkan perjalanan sampai keluar perbatasan. Kondisi jalan memang sangat curam dan berhadapan langsung dengan tebing."Tuan... hati-hati menyetirnya. Jangan sampai jatuh ke jurang." Pesannya. Dia sedikit mengencangkan pegangannya ke tangan kiriku.Aku menghela nafas dan menenangkannya. "Iya. Aku hati-hati kok. Jalanannya memang seperti ini, tapi aku masih bisa melaluinya."Rupanya memang tak mudah melalui jalur satu-satunya ini. Jalanan cukup licin dan banyak akar tan

DMCA.com Protection Status