Home / Romansa / Istri Simpanan Tuan Muda / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri Simpanan Tuan Muda: Chapter 31 - Chapter 40

135 Chapters

BAB 31 KENDALA PROYEK

Baskara’s POV Setelah berkali-kali mencoba untuk menghubungi istriku, akhirnya usahaku membuahkan hasil. Laura mau mengangkat teleponku dan bicara padaku. Memang dia belum sepenuhnya menerima kenyataan dan belum mempercayaiku lagi, tapi ini adalah sebuah awal yang baik untuk mengembalikan hubungan kami seperti semula. “Kamu sudah makan?” Tanyaku saat kami mengobrol lewat voice call pagi-pagi. “Sudah. Kamu bagaimana?” Dia menanyakan keadaanku, artinya dia sudah mulai perhatian kembali. Untuk saat ini aku harus bersabar di tiap kalimatnya belum ada nama panggilanku atau gelar kata ‘sayang’ seperti dulu. “Aku? Aku belum makan. Karena istriku belum pulang.” Jawabku sambil tersenyum namun nada bicaraku sedikit sedih. Dia tidak bisa melihat bagaimana eskpresiku yang sesungguhnya. “Hmm… kasihan…” Laura bergumam. Aku sempat mendengarkan dia tertawa geli dengan kalimatku tadi. Pembicaraan sedikit canggung. “Laura, minggu depan aku akan mengikuti meeting dengan investor di Swiss. Apa k
Read more

BAB 32 DETAK JANTUNG BARU  

ANDINI’S POV Pertemuan kali ini terasa berbeda dari sebelumnya. Kondisi ibuku memang sedikit menurun. Awalnya beliau tak mau bercerita soal apa yang sebenarnya terjadi setelah kami berpisah beberapa waktu lalu. Tak dinyana sebelumnya, Paman Adi telah menjual Perusahaan keluarga kami dan beliau katakan kalau hutang belum bisa lunas setelah Perusahaan dijual. Uang yang diberikan oleh pihak keluarga Baskara rupanya juga masih diperlukan untuk membayar hutang keluarga kami. “Iya, Andini. Total terakhir yang keluarga kita terima adalah seratus juta. Dan katanya sisa uang yang seharusnya diberikan pada kita di akhir kontrak, Paman Adi sudah memintanya…” Jelas ibuku saat kami bertemu. Aku masih belum menegrti kenapa Paman Adi melakukan keputusan ini secara sepihak dan tidak memberitahuku terlebih dahulu. “Bagaimana dengan pembiayaan kontrol Ibu ke rumah sakit dan biaya obat?” Tanyaku sambil termenung sendiri. Melihat ibu yang sedang mendapatkan ujian semacam ini, aku tak bisa menambah
Read more

BAB 33 ISYARAT DARI MIMPI

BASKARA’s POV Seperti yang disampaikan oleh Pak Gun, di villa tidak ada siapapun kecuali penjaga dan tukang kebun. Suasana nampak sunyi dan bangunan villa utama tak menunjukkan adanya tanda kehidupan. Sama seperti ketika Andini dulu belum tinggal di sini. Hal ini akan sama dengan ketika Andini pergi meninggalkan villa. Aku menuju ke area pantry untuk melihat isi kulkas. Kebiasaanku adalah makan buah-buahan saat datang ke sini. Tak jarang pekerja villa akan menyiapkan buah-buahan segar agar aku tidak perlu repot-repot mencari. “Pak Gun, kenapa di kulkas isinya hanya buah jeruk sama anggur saja? Ada lagi juga semangka.” Gerutuku melihat isi dalam kulkas yang penuh dengan hanya tiga buah itu saja. “Apa perlu saya carikan, Tuan?” Pak Gun berinisiatif untuk membelikanku buah dari luar. Aku lihat di luar tadi memang banyak buah-buahan yang sedang musim. “Boleh, Pak. Carikan saya alpukat sama apel ya Pak. Itu kesukaan Laura juga. Beli agak banyak agar saya bisa bawa pulang. Sekalian du
Read more

BAB 34 NALURI IBU  

ANDINI’s POVKapan bau menyengat durian ini pergi dari villa? Aku sudah tak tahan lagi. Baskara bahkan sengaja meletakkannya di ruang TV agar seisi villa mencium baunya. Sudah jelas-jelas aku mau muntah setiap aku menghirup aromanya.“Mbak Andini, ini sudah gelap. Masuk sini ke dalam.” Mak Ijah mengajakku untuk masuk ke villa.Sejak Pak Gun datang, aku memang duduk di gazebo. Selain untuk menghindari bertemu Baskara saat di luar kamar, aku tak tahan lagi dengan durian yang dibawanya.Sebelum hamil, durian adalah buah surga yang paling aku suka. Tak tahu mengapa tiba-tiba aku sama sekali tak bernafsu untuk mencicipinya. Baunya saja aku tak kuasa menahan diri untuk di dekatnya.“Iya, Mak. Tapi saya tidak tahan dengan bau durian.” Jawabku.Mak Ijah heran. Lalu meminta izin pada Baskara untuk menyerahkan durian ke pos penjaga depan. Mak Ijah dan Pak Gun sebenarnya juga tak menyukainya. Aku tahu itu.Dengan langkah tergopoh-gopoh Mak Ijah membawa durian-durian itu di tangan kiri dan kanann
Read more

BAB 35 RUBAH BERWUJUD MANUSIA

BASKARA’s POV Apakah semalam itu aku bermimpi lagi? Aku merasakan ada getaran-getaran halus saat aku menyentuh perut Andini. Hmm, bisa saja ini karena aku yang terlalu terobsesi dengan keinginanku memiliki anak sampai-sampai aku membayangkan ada janin dalam perutnya. Imanijasiku semakin liar. Pak Gun membangunkanku dengan panggilan lewat ponsel berkali-kali. Sebentar lagi subuh dan aku harus bersiap untuk pulang ke rumah. Tak tahu mengapa hari ini aku benar-benar merasa malas untuk pulang. “Selamat pagi, Tuan. Mobil sudah saya siapkan. Apa Tuan mau mandi dulu?” Pak Gun sudah rapi saat aku keluar dari kamar Andini. “Selamat pagi, Pak. Saya tidak perlu mandi dulu. Nanti saja kalau sudah sampai rumah. Nanti keburu siang. Sebentar Pak.” Aku kembali ke kamar Andini dan mengambil ponselku di meja. Melihatnya tertidur pulas meringkuk, aku tak tega untuk meninggalkannya sendirian. Astaga, apa yang aku pikirkan sekarang. Ingat Baskara, Perempuan ini tak lama lagi akan pergi dari hidupmu.
Read more

BAB 36 SEBUAH KESEPAKATAN

ANDINI’s POV Beberapa minggu telah berlalu. Kondisi perutku sudah semakin terlihat membuncit. Baju yang aku kenakan sudah terasa semakin sesak. Seharusnya minggu lalu aku ke Puskesmas lagi untuk kontrol kehamilan pada bidan itu. Aku pikirkan semua alasan dan cara agar aku bisa bertemu dengannya lagi. “Mak, hari ini saya merasa tidak enak badan…” Kataku pada Mak Ijah yang sedang memasak di dapur. Bau bawang putih mentah yang sedang ditumis membuatku mual. Sejak tahu bahwa diriku hamil, aku tidak pernah berlama-lama di dapur. “Bagaimana Mbak, apa perlu saya panggilkan dokter ke villa? Sekarang sudah ada dokter baru yang praktek di klinik keluarga Tuan Baskara dekat penginapana itu…” Mak Ijah menoleh ke arahku dan mengamatiku. “Tidak, Mak. Saya tidak mau membuat keluarga Baskara khawatir.” Sanggahku. Mak Ijah melihat wajahku dan sepertinya dia mengetahui ada suatu hal yang tak beres padaku. “Mbak, kenapa kelihatan pucat sekali? Apa yang Mbak Andini keluhkan?” Mak Ijah mematikan d
Read more

BAB 37 ISTRIKU BUKAN PENIPU

BASKARA’s POV Acara untuk meeting di Eropa dibatalkan. Pihak investor rupanya tak jadi melanjutkan kerja sama dan memilih untuk kerja sama dengan pihak lawan politik Papa. Mereka memberikan penawaran harga yang lebih rendah. Laura nampak begitu kecewa karena sederetan itinerary yang sudah dia siapkan saat trip ke Erupa akan sia-sia. Sebagai gantinya aku berinisiatif untuk mengajaknya liburan ke Maldives. Dia menyetujui dan langsung memintaku untuk ikut berbelanja beberapa item yang dibutuhkannya nanti. Sebenarnya aku merasa agak kurang nyaman membersamainya berbelanja saat Papa gagal mendapatkan investor. Tapi mau bagaimana lagi. “Sayang… bagus yang mana?” Laura menunjukkan padaku bikini two pieces berwarna merah menyala dan biru tua. Aku tak terlalu suka jika dia mengenakan pakaian terlalu terbuka di publik. Bagiku, kecantikan dan kemolekan tubuhnya tak boleh dipertontonkan untuk siapapun kecuali diriku. “Kenapa pakai yang terlalu terbuka di tempat umum?” protesku. Laura hanya
Read more

BAB 38 MUSIBAH SCAM

BASKARA’s POVAku tak bisa tinggal diam. Mama makin hari makin keterlaluan.Setelah aku menyelidiki kasusnya, rupanya Lauralah yang kena scam. Penipuan berencana yang dilakukan orang-orang licik dan berpendidikan. Mereka sudah ahli dalam hal tipu muslihat sehingga korban tak sadarkan diri saat semua hartanya telah terkuras.“Ma, sudah aku temukan bukti-bukti kalau Laura kena penipun berencana. Scam Ma.” Kataku pada Mama.Beliau hanya menganggukkan kepala dan masih sibuk dengan chit-chat dengan teman arisannya di grup Whatsapp.“Kamu belum tahu kejadian yang sebenarnya, Bas. Tapi apa gunanya mama katakan sekarang kalau di pikiran kamu hanya Laura yang paling benar.“Ma, bukan soal aku yang membela Laura tapi memang inilah faktanya. Laura tertipu oleh agen property yang dulu nipu Papa juga. Papa pernah kan dulu ketipu sama agen property di Australia. Mama masih ingat tidak?” Mendengarku berkata tentang masa lalu, Mama diam dan tak lagi berbicara.“Itu sudah sangat lama, kamu masih kecil
Read more

BAB 39 ENAM PURNAMA

ANDINI’S POVSudah kuduga kalau Baskara tak akan mengijinkanku untuk keluar villa lagi. Pun ketika aku menggunakan dalih ibuku yang akan menjalani operasi, alasan yang sengaja aku buat sendiri.Suara yang tegas dan lantang terdengar dari ponsel Mak Ijah saat menelponnya.“Mbak Andini dengar sendiri kan, apa kata Bos?” kalimatnya terdengar satir.Tak ada lagi yang bisa aku lakukan selain pasrah. Menunggu Prasetia untuk datang lagi dengan truk yang membawa bibit buah pesanan perkebunan. Itu satu-satunya cara agar kami bisa bertemu. Gerak gerikku semakin dibatasi sejak Prasetia mendatangiku di mobil beberapa bulan lalu.Sejak pagipun Mak Ijah sudah menanyakan terus perihal perutku yang semakin membuncit. Aku bilang saja aku sekarang memang agak gemuk karena kebanyakan makan nasi. Meski demikian, Mak Ijah tak mau bertanya lebih jauh.“Mbak Andini, apa rencananya setelah kembali ke rumah nanti?”Pertanyaan Mak Ijah kali ini tak pernah aku sangka. Menurutku, setelah aku pulang kembali tentu
Read more

BAB 40 FAKE MISCARRIAGE

BASKARA’s POV Siapa sangka kalau kebahagiaanku tak berlangsung lama. Sekitar dua bulan ini aku benar-benar dihinggapi rasa bahagia yang tak terkira. Tuhan tak memberikannya melebihi lamanya tahun berganti. “Masih sakit?” Aku mengelus-elus perut Laura yang sejak semalam kesakitan. Anggukannya masih lemah dan tak berdaya. Suaranya belum terdengar lagi. “Kamu mau makan sesuatu?” Tanyaku lagi. Rasanya aku ingin menjerit saja sekarang. Membayangkan betapa sakit yang dirasakan Laura dengan kondisi seperti ini. Seandainya bisa, aku ingin rasa sakit yang dia derita diberikan kepada diriku saja. Orang sebaik Laura tidak layak untuk mendapatkan ujian seberat ini, seharusnya Andini-lah yang mendapatkannya. “Ma, apa yang harus aku lakukan?” Ketika Mama mendengar pertanyaanku, beliau diam tak banyak bicara. Sambil terus mengamati Laura yang terbujur lemah dengan infus di tangan kanannya. “Sabar. Jangan terlalu panik begini. Biarkan Laura istirahat dulu. Dia pasti cemas dan sekaligus sedih
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status