ANDINI’s POVAkhirnya Mak Ijah mengizinkanku untuk menghubungi ibuku. Rindu yang sudah terpendam sekian lamanya. Akhirnya aku bisa melihat ibu dan adikku. Kami berbincang cukup lama.Di luar dugaanku, Prasetia, sosok yang selalu ada dalam tiap doaku… muncul juga dalam layar ponsel. Dia baru datang katanya.Melihatnya walau tak bisa menyentuhnya, hatiku sudah cukup senang. Tatapan matanya nampak sayu, apakah dia juga merindu sepertiku?Sebenarnya ingin aku bermanja-manja dengannya, karena kami sekarang sudah sama-sama tahu bagaimana perasaan kami, hanya aku malu. Ada ibu dan adikku di sebelahnya. Saat-saat beginilah aku begitu merindukan memiliki ponsel sendiri agar lebih privasi.“Jaga dirimu…” Kalimat terakhir Prasetia sempat terucap, sebelum Baskara diam-diam ketahuan menguping pembicaraan kami dan aku mengakhiri panggilan.Tanganku menjatuhkan ponselnya ke ranjang.Saat diriku hampir menangis sesenggukan, Baskara mengatakan kalimat yang membuatku seperti tersengat listrik jutaan vo
Read more