Home / Romansa / Istri Simpanan Tuan Muda / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri Simpanan Tuan Muda: Chapter 21 - Chapter 30

135 Chapters

BAB 21 RAHASIA LAMA (2)

ANDINI’s POVMemperhatikan setiap gerak-gerik Baskara adalah hal mustahil di rumah sebesar ini. Nyaris pembantu dan majikan tidak akan bertemu, kecuali jika memang bekerja di ruang-ruang utama rumah ini. Santi sejak pagi tidak nampak batang hidungnya, mungkin dia melayani ayah Baskara dan membersihkan banyak hal di ruang atas.Mak Ijah pergi sebentar lalu tiba-tiba kembali lagi ke dapur. Matanya mencari-cari seseorang.“Mbak Andini…” tiba-tiba dia memanggilku. Aku memang tadinya bekerja membersihkan sayur-sayuran di dekat sink cuci piring.Kali ini aku sudah duduk manis di meja samping memotong-motong paprika serta cabe.“Iya, Mak?” jawabku.Tangannya melambai. Aku mendekatinya sambil menyisihkan terlebih dahulu bahan-bahan yang sudah aku potongi.Dengan suara yang rendah Mak Ijah berbisik, ”Mbak Andini, dipanggil Tuan Baskara. Katanya penting.”Baskara? Kenapa memanggilku lagi…“Mak, bukannya urusan soal konferensi pers sudah selesai. Apa lagi yang harus saya selesaikan?” tanyaku sam
Read more

BAB 22 HATI ANDINI

BASKARA’s POV Selama hubungan mutualisme antara aku dan Andini berjalan, belum pernah sekalipun Andini menjadi pihak yang menginginkan hubungan di dalam kamar tidur. Selalu diriku yang menjadi monster untuk memaksakan kehendak kepadanya. Seakan aku adalah penjahat yang selalu dan selalu memberikan tekanan pada Andini untuk memenuhi hawa nafsuku. Buah dari kesabaran dan kegigihanku, Andini akhirnya bertekuk lutut dan semalaman menjadi sosok yang mampu membuatku terpuaskan. Laura biasanya hanya bertahan sekali atau dua kali, lalu dia kelelahan dan memintaku untuk berhenti. Tak jarang juga dia menolakku. Bersama Andini, aku punya banyak hal yang bisa kugunakan sebagai alibi untuk membuatnya tak berdaya menolakku. “Sudahlah, kembalilah tidur di sini…” Dekapku padanya yang sedari tadi mengendap-endap di balik pintu. Tak juga Andini berpindah dari posisinya mengawasi area luar kamar. Setelah berhasil kubawa tubuhnya kembali ke ranjang, kupeluk erat-erat. Baru kurasakan sekarang, Andin
Read more

BAB 23 LAIN HATI

ANDINI’s POVAkhirnya Mak Ijah mengizinkanku untuk menghubungi ibuku. Rindu yang sudah terpendam sekian lamanya. Akhirnya aku bisa melihat ibu dan adikku. Kami berbincang cukup lama.Di luar dugaanku, Prasetia, sosok yang selalu ada dalam tiap doaku… muncul juga dalam layar ponsel. Dia baru datang katanya.Melihatnya walau tak bisa menyentuhnya, hatiku sudah cukup senang. Tatapan matanya nampak sayu, apakah dia juga merindu sepertiku?Sebenarnya ingin aku bermanja-manja dengannya, karena kami sekarang sudah sama-sama tahu bagaimana perasaan kami, hanya aku malu. Ada ibu dan adikku di sebelahnya. Saat-saat beginilah aku begitu merindukan memiliki ponsel sendiri agar lebih privasi.“Jaga dirimu…” Kalimat terakhir Prasetia sempat terucap, sebelum Baskara diam-diam ketahuan menguping pembicaraan kami dan aku mengakhiri panggilan.Tanganku menjatuhkan ponselnya ke ranjang.Saat diriku hampir menangis sesenggukan, Baskara mengatakan kalimat yang membuatku seperti tersengat listrik jutaan vo
Read more

BAB 24 PEMBELAAN DIRI

ANDINI’s POV “Lepaskan aku!” sekuat tenaga aku berusaha melepaskan cengkeraman tangannya. Bayu seperti orang yang sedang kesurupan, tenaganya benar-benar kuat. Aku hampir kehabisan nafas saat berusaha melepaskan diri. Saat satu tanganya berhasil aku lepas, tangan satunya dengan sigap memegangiku lebih kuat lagi. “Andini, kamu jangan sok suci. Aku tahu kamu pasti sudah tidak gadis lagi…” Kedua tangannya menyentuh pinggangku sekarang dan kedua matanya tertuju pada bibirku. Jarak kami begitu dekat. “Sudah, lepaskan aku! Lepaskan! Kamu belum kapok juga ya setelah dipukul Tuan Baskara dulu. Kamu mau dipukul lagi?” Aku berusaha berteriak lebih kencang meski kamarku dalam keadaan tertutup. “Apa? Baskara? Mana dia bisa mendengarmu sekarang. Dia ada di kantor, Andini. Jadi ini adalah waktu untuk kita bersenang-senang.” Gumamnya sambil mendekatkan bibirnya pada pipiku. Ada jejak bibirnya sekarang mendarat di pipi kiriku. Jijik. Aku mengusapnya dengan satu tanganku. Aku tak mau itu terjad
Read more

BAB 25 LUKA BAYU

BASKARA’s POV Aku dan Pak Gun sekarang berada di IGD rumah sakit keluarga. Untung saja dokter jaganya adalah sepupuku sendiri. Kuharap insiden ini tidak akan sampai ke luar sehingga terekspos media. Jika ada satu media saja yang tahu, pasti berita akan digoreng hingga menimbulkan skandal yang tidak-tidak nantinya. Tentunya akan mengancam posisi papa di pemilu sebentar lagi. “Bagaimana keadaannya, Dok?” Aku memperhatikan Bayu yang masih belum siuman. Tadi dia sempat mengatakan sesuatu, kemudian dia tak sadarkan diri lagi. “Ini kami sedang observasi dulu. Tadi memang pasien sempat siuman sebentar, lalu tak sadarkan diri lagi. Dari luar, tampak memang benturannya cukup keras. Sepertinya dia dipukul oleh benda tumpul.” Penjelasan dokter seakan lebah berdengung di telingaku. Aku teringat pada Andini yang tadi ketakutan bersembunyi di ruang studio kerjaku. Jelas ini ada hubungannya. Belum sempat aku bertanya lebih jauh, Pak Gun sudah terburu-buru mengajakku ke sini. Pakaian yang dike
Read more

BAB 26 SALAH SANGKA LAGI

ANDINI’s POV Keterangan Baskara perihal Bayu tidak membuatku bertambah tenang, justru semakin gusar. Dia malah memojokkanku sepulangnya dari rumah sakit. Tubuhku meringkuk kembali di sofa panjang ruang kerja ini. Sebetulnya sebelum Baskara pulang aku sempat membayangkan bagaimana nanti jika Bayu meninggal dunia setelah kena pukulanku. Untunglah dia masih hidup. “Andini, masuklah ke kamarku sekarang.” Baskara yang tadinya sudah di kamar tidurnya, kini bangkit kembali dan memanggilku. “Aku tahu kamu belum tidur. Jangan pura-pura kamu.” Lanjutnya sambil mendekatiku. Aroma sabun mandinya menguar ke seluruh ruangan. Aku bisa merasakan nafasnya begitu dekat dengan wajahku sekarang. Mataku tetap kuusahakan untuk terpejam dan tak bergerak. Nafasku kuatur sedatar mungkin. Aku tak ingin membuatnya semakin curiga. Tapi Baskara sudah terlalu baik mengenalku. Dia tahu aku tidak benar-benar tidur. “Andini… aku mau kamu menemaniku malam ini… aku sudah lelah berjam-jam mengurusi Bayu akibat ula
Read more

BAB 27 JEJAK ANDINI YANG TERTINGGAL

ANDINI’S POV “Ada apa lagi, Tuan?” Aku bertanya pada Baskara yang sedang menikmati secangkir kopi di studio kerjanya. Setibanya di kamarnya, aku melihat wajahnya yang masih terpaku pada sebuah kertas dengan coretan tangannya. “Nada bicaramu sangat sinis, Andini.” Gumamnya sambal terus mencoret-coretkan pensil di kertas itu. “Maaf…” Kataku. “Andini, kenapa semalam kamu pergi saat aku terlelap?” Pertanyaan itu diungkapkannya seolah aku adalah pelaku kejahatan yang telah membuatnya celaka. Mengapa harus menginterogasiku untuk urusan yang tidak penting begini. “Baju saya kotor, saya mau ganti… juga mandi di kamar.” Jawabanku tak membuatnya merasa puas. Pasti dia akan menemukan celah lagi untuk menyalahkanku. Kedua matanya menyipit dengan dahu yang mengernyit. “Hah, asalan saja kamu ini…” Dia meletakkan pensilnya lalu dengan cepat menarikku ke pangkuannya. “Cobalah Andini, sekali-kali kamu itu bisa menjadi istri yang baik…” Apa aku tidak salah dengar? Menjadi istri yang baik? Bu
Read more

BAB 28 TUDUHAN PADA ANDINI

BASKARA’S POVSelepas aku menyelesaikan meeting di kantor, Pak Gun memberikan informasi bahwa Laura dan mamaku sudah sampai di rumah. Ini luar schedule jadwal kedatangan mereka yang seharusnya akan datang di malam hari. Aku baru menyadari kalau ponselku mati sejak siang tadi.Rasa rindu yang terpendam membuatku seperti tersihir. Setelah sampai ke parkiran bawah, aku memacu mobilku agar segera sampai rumah. Beberapa hari terakhir aku sangat merindukannya, mungkin sebab itulah aku menjadikan Andini sebagai pelampiasanku.“Sayang…” Suara Laura sudah mulai membangkitkan gairahku untuk segera memeluknya.“Hei… I miss you, Sayang.” Balasku sambil terus memacu kecepatan.Aku sudah tak sabar lagi untuk bertemu.“Miss you more.” Laura mendesahkan suaranya.“Aku sudah hampir sampai rumah, kok. Ini sebentar lagi… tunggu aku ya…” Kataku.Seandainya jalanan ini bisa kulipat, niscaya akan aku lakukan agar segera sampai tujuan.“Iya, hati-hati di jalan ya… aku tunggu kamu… hmmm, aku juga sudah mandi
Read more

BAB 29 DUA NYAWA

ANDINI’s POV Akhirnya kami tiba juga di villa saat hari sudah gelap. Matahari sudah turun ke peraduannya sejak tadi. Kedua tanganku menelingkup di atas bantal yang kubawa dari mobil. Renovasi villa memang belum sepenuhnya selesai. Masih ada bagian atap depan yang rusak karena terkena pohon depan yang roboh saat hujan dua minggu lalu. Untungnya kamarku sudah selesai dan tidak ada bagian yang berlubang lagi. Kupastikan pohon-pohon dahannya sudah aman dan tak lagi berdekatan dengan bangunan villa. Ukuran pohon yang berumur sudah cukup tua memang rawan patah dahan dan rantingnya bila terkena angin atau hujan. “Mbak Andini, kamar sudah selesai ternyata…” Mak Ijah tersenyum lega melihat renovasi villa sudah hampir sempurna. Aku mengangguk. “Mbak Andini kedinginan? Dari tadi saya perhatikan memeluk bantal terus… atau sedang tidak enak badan? Masuk angin?” Mak Ijah memang selalu paling khawatir padaku. Pak Gun tidak ikut kami karena masih harus bertugas di rumah utama. Digantikan sopir
Read more

BAB 30 RAHASIA ANDINI

ANDINI’s POV Aku terkejut denga napa yang dikatakan Bu Bidan barusan. Apa? Forum jual beli bayi? Bayangan pertama yang muncul adalah bayi-bayi kecil yang masih merah lantas dibawa oleh sekelompok mafia untuk diambil organnya. Isu yang marak akhir-akhir ini. Aku menelan ludah sendiri. “Usia kandungan Mbak Andini sudah hampir tiga bulan…” Ungkap Bu Bidan seraya memberikan sebuah vitamin untuk aku minum. Meski aku belum bisa percaya sepenuhnya dengan berita yang aku dengar. “Apa maksud Bu Bidan dengan forum jual beli bayi tadi?” Tanyaku. Tanganku masih lemas saat ingin menggerakkannya. Aku tiba-tiba dihadapkan pada hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. “Oh, maaf… saya salah ngomong. Maksudku, ada orang tua-orang tua yang biasanya bisa mengadopsi bayi untuk dirawat.” Sorot matanya berubah. Tapi aku masih tak bisa percaya pada kalimatnya. “Oh begitu ya Bu…” Mak Ijah yang berada di ruangan sebelah belum tahu soal ini. Hatiku gamang apakah aku sebaiknya memberi tahu beliau at
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status