Share

BAB 111 GAIRAH BARU

Penulis: Liliput
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

ANDINI's POV

"Aku ingin kita pindah ke villa."

Baskara yang masuk ke kamarku tiba-tiba mengutarakan rencananya. Tidak ada angin tidak ada hujan.

"Memangnya kenapa?" Tanyaku. Sebenarnya aku mulai kerasan untuk tinggal di sini. Terlebih lagi, di sini sudah tidak ada Mak Ijah lagi.

"Aku ingin anak-anak kita tumbuh dalam suasana tenang dan netral." Ucapnya kemudian duduk di sebelahku. Mata Baskara sedari tadi tidak bisa lepas dari menatap kakiku. Aku tahu itu.

Sengaja aku duduk menyilangkan paha agar bajuku yang sangat minim tidak mengganggu konsentrasinya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.

"Apa kamu tidak suka tinggal di sana? Atau kamu mau tetap tinggal di sini karena ada banyak pembantu yang membantumu setiap hari?" Desisnya terlihat tidak suka saat aku menanyakan alasannya pindah.

"Aku..." Tak bisa kuungkapkan apa yang sebenaranya aku rasakan. Toh, akhirnya tetap keinginan Baskara-lah yang akhirnya akan terjadi dan pasti dipilihnya.

"Baguslah... Aku sudah pack beberapa barangku. Se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 112 MULAI TERURAI

    BASKARA's POVAku bisa bernafas lega sekarang. Dengan pindah ke villa, meski untuk sementara waktu saja, ini sudah sangat merubah suasana hatiku. Selain sekarang aku sudah terbebas, catatan lagi walau untuk sementara, dari pengawasan Papa yang serba diktator. Meski Mama akan tetap memantauku sesekali saja."Selamat datang, Tuan..." Maya menyambut kami.Mata Andini melirik ke kiri dan ke kanan area pelataran. Sepertinya dia sedang mencari-cari sesuatu."Bunga-bungamu semua dirawat di belakang, Andini. Jangan khawatir." Aku memberikannya penjelasan agar dia tak seperti maling yang mencari-cari sesuatu sejak tadi."Oh..." Dia menjawabku. Tapi aku tahu itu tidak membuatnya tenang."Tuan, Nyonya besar tadi sempat ke sini. Tapi pergi lagi karena katanya harus menemui Tuan Hadi. Jadi, mungkin minggu depan baru ke sini lagi." Salah satu penjaga mengabarkan padaku perihal Mama.Baru sekarang Andini terlihat lega. Rupanya, dia

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 113 CERAI BERAI

    ANDINI's POV Kehidupan seperti layaknya pengantin baru tidaklah berlangsung lama. Setelah seminggu tinggal di villa, kedekatanku dengan Baskara memang semakin terasa. Hanya saja, Mamanya datang terlalu cepat. Saat pagi menjelang, Mamanya akan cepat-cepat membangunkan kami berdua dan menyuruhku untuk segera ke dapur. Aku tidak lebih baik dari seorang pembantu daripada menantu. "Jangan terbiasa tidur lagi setelah subuh. Itu tidak bagus." Tangannya tak berhenti mengetuk pintu kamarku. Baskara akhirnya membuka matanya. "Ini masih pagi, kenapa ribut-ribut begini?" Kami berdua masih berada di bawah selimut sejak semalam. Akhirnya aku melepaskan diri dari cengkeraman tangannya yang kokoh itu. "Mau ke mana kamu?" Tanya Baskara. Tubuhnya sebagian tak lagi tertutup selimut. Nampak dadanya yang penuh dengan lekukan sempurna. "Ummm... mau ke dapur." Jawabku sambil berdiri terhuyung. "Aku mau ikut memasak." Ba

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 114 SIMPUL MATI

    BASKARA's POV "Datanglah tepat waktu, Nak..." Suara Ibu Andini terdengar sungguh-sungguh saat mengundangku. "Iya, Bu. Akan saya usahakan datang bersama Andini dan anak-anak." Jawabku. "Terima kasih, Nak. Sudah berkenan memenuhi permintaan Ibu. Maaf, sejak dulu Ibu hanya merepotkan kamu dan keluargamu..." Suaranya begitu hangat dan penuh kasih sayang. Aku yang jarang berinteraksi saja bisa merasakan betapa penyayangnya dia terhadap orang di sekitarnya. Sangat disayangkan bila orang sebaik ini dikhianati oleh adik iparnya sendiri. "Bu, apa sudah cukup dengan persiapannya?" Tanyaku. "Oh, sudah Nak. Sumbangan yang kamu kirimkan sudah lebih dari cukup. Ini hanya acara sederhana keluarga saja." Tuturnya penuh rasa terima kasih. "Baiklah, maaf Ibu mengganggu waktu kerjanya ya... Ibu tutup dulu telponnya. Assalamualaikum." "Waalaikumsalam, Bu." Klik. Sambungan terputus. "Siapa yang menelponm

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 115 MANTAN LAWAN

    BASKARA's POVMukanya tertunduk lesu. Dia sama sekali tak menunjukkan aura seorang pengantin baru."Sudah lama?" Tanyaku membuyarkan lamunannya. "Aku harus meeting tadi sebelum ke sini, maaf membuatmu menunggu lama."Giliran sekarang, aku yang lebih banyak bicara sedangkan dia hanya diam seribu bahasa."Oh, tak masalah. Duduklah." Akhirnya dia membuka mulutnya.Menurutku, aku masih merasa aneh sampai detik ini. Bagaimana mungkin aku bisa duduk tanpa main pukul atau adu mulut dengan lelaki yang dulu lebih suka aku sebut baji**an ini?Di hadapannya sudah ada secangkir kopi. Jangan dibayangkan aku bertemu dengannya di cafe elite atau tempat yang high-end. Dia hanya mengajakku bertemu di sebuah kafe biasa di pinggir jalan raya. Sejujurnya aku bahkan kesulitan untuk menemukan tempat parkir.Keringatku sudah mulai bercucuran karena tak ada AC di sini. Hanya ada kipas angin raksasa yang letaknya cukup jauh dari tempat duduk

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 116 SILUET MISTERIUS

    ANDINI's POVIstri mana yang tidak curiga kalau suaminya sering keluar mendadak dan jarang di rumah?Bukannya aku berburuk sangka pada Baskara, tapi memang dari sejarah kehidupannya sendiri yang menyatakan kalau dia lelaki yang tidak bisa puas dengan satu wanita."Bisa jadi Mbak Andini sedang mau waktunya menstruasi. PMS." Bibi Siti yang sejak tadi mendengarkan curahan hatiku tampak senyum-senyum sendiri.Lain halnya jika yang aku ajak cerita adalah Mak Ijah. Dengan tegas, biasanya dia akan langsung menginterogasi Baskara atau bahkan mencari tahu langsung ke Pak Gun. Ke mana saja seharian majikannya."Bi, tapi setahu saya... Baskara sangat jarang pulang malam. Pun saat saya masih belum jadi istri sahnya. Dia selalu menyempatkan diri untuk main sebentar bersama Bagas. Tapi, sekarang..." Aku menghela nafas panjang. "Mungkin bermain dengan anak-anaknya sudah tidak semenyenangkan dulu."Kuelus-elus pipi Askara yang semakin

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 117 SALAH SANGKA

    BASKARA's POV Lenggak-lenggok tubuhnya saat berjalan memang sengaja dibuatnya menarik perhatian siapapun yang melihat. Berkali-kali Hans menelan ludahnya sendiri. "Bas, kamu yakin dia itu nanny untuk Bagas? Bukan buat kamu?" Serunya sambil tertawa kecil. Matanya sempat terlihat memandanginya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia tengah asyik bermain selang air bersama Bagas saat kami tiba. Sebagian tubuhnya telah basah. Suara jerit Andini yang menyuruhnya masuk membuyarkan lamunan kami masing-masing. Ah, hampir saja pikiran busuk itu merasuk ke benakku. "Ayo, masuk dulu. Kita bicarakan kelanjutannya di dalam sambil ngopi." Ajakku. Bukannya menyuguhkan kopi, Andini malah datang dengan teh serta cemilan. Aku paling tidak suka kalau di cuaca terik begini meminum teh. Tapi... ya sudahlah. Kami tidak sedang dalam keadaan baik, jadi aku terima saja apa yang dia suguhkan. Sekitar sejam kami hanya mengobrol soal detil pembagian harta warisan Papa dan Mama, maksduku lebih tepatnya...

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 118 HUBUNGAN TERLARANG

    ANDINI's POVSemalaman aku menerima hukuman dari Baskara karena telah tega memfitnahnya. Kenapa jadi aku yang terpojokkan? Mendapat hukuman darinya akan membuatku semalaman begadang dan menuruti maunya yang... hmmm, membuat jantungku dan nafasku berlari memburu kenikmatan bersamanya."Andini, lain kali kalau kamu jahat lagi... kamu tahu konsekuensi hukuman yang akan kamu terima..." Tangannya masih meraba-raba punggungku.Rambutku masih acak-acakan. Pakaian kami sudah berserakan di seisi kamar."Apa kamu tidak lapar?" Tanyaku. Matahari sudah nampak timbul di antara embun pegunungan, tapi Baskara belum juga mau melepaskanku dari sarangnya."Tentu saja. Aku masih sangat lapar sekarang..." Dia memperlihatkan pipinya yang meminta untuk dicium lagi."Huh, laparmu beda sama laparku..." Gerutuku sendiri. "Kalau aku yang lapar di perut... kalau kamu..."Tangan kokoh itu meraih tubuhku lagi. Aku yang semula hendak bangkitt dari tidu

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 119 SIASAT LICIK

    ANDINI's POV Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku sendiri. Siapa yang menduga kalau Tuan Agus juga ikut berada di villa. Apakah ini pertanda hubungan Mama dan Papa Baskara semakin membaik? Sosok yang terbaring di sebelahku ikut-ikutan terkejut. "Ayo, tidur saja sekarang!"Dia mengajakku untuk berlomba siapa yang paling cepat tidur. Sudah barang tentu Baskara-lah pemenangnya. Sebelum subuh, aku sudah bangun dan sengaja melihat kondisi dapur di belakang. "Masak apa Bibi?" Tanyaku pada Bibi Siti dan beberapa pekerja lain. "Apa yang bisa saya bantu?" "Ah, Mbak Andini. Tidak usah. Oh ya, baru saja saya cek kamar Askara dan Bagas. Masih tidur nyenyak semuanya. Askara semalam terbangun, tapi itu juga hanya karena haus dan ganti popok, Mbak." Jelas Bibi Siti. Dia selalu melaporkan padaku perkembangan kedua anakku jika aku tidak sedang bersama mereka. "Terima kasih, Bibi Siti." Aku duduk di kursi yang terletak dekat dengan beberapa bahan makanan. Bibi Siti tersenyum dan akhirnya m

Bab terbaru

  • Istri Simpanan Tuan Muda   EPILOG

    Seorang anak kecil memakai seragam taman kanak-kanak sedang menunggu jemputan pulang. Senyum manis menghiasi wajahnya."Belum dijemput?" Gurunya bertanya padanya. Hampir semua teman-temannya telah dijemput oleh orang tua, pembantu atau sopir.Anak itu menggeleng."Hmmm... ini sudah hampir satu jam dari jam pulang. Apa perlu Ibu antar ke rumahmu?" Guru itu merasa tidak tenang karena satu muridnya saja yang belum menunjukkan tanda-tanda akan segera dijemput."Tidak perlu, Bu. Ayah akan menjemputku sekalian membeli kue ulang tahun untukku." Jelas si kecil itu penuh semangat."Siapa yang berulang tahun? Bukankah kamu ulang tahun bulan depan?" "Ibuku maksudnya, tapi kata Ayahku, kue itu nanti aku yang akan memakannya...""Ohhh... jadi Ibumu yang berulang tahun hari ini. Selamat ulang tahun untuk Ibumu ya... Semoga Ibumu sehat, panjang umur dan bahagia selalu." Seru Guru itu sambil menemaninya duduk.

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 134 MENYATU LAGI (LAST EPISODE)

    ANDINI's POVSuasana pemakaman jenazah Tuan Hadi dan Bayu diiringi isak tangis yang tak berkesudahan. Beberapa memilih untuk menundukkan kepala. Barangkali, mereka saling mengingat memori yang pernah terjadi di masa hidup mereka.Aku sadari, dalam kehidupan manusia yang panjang... kita bisa saja lupa atau alpa. Tak ubahnya seperti sebuah tulisan yang terkadang banyak yang harus dihapus atau diabaikan."Ma, sudah... Ma..." Baskara membisikkan kata itu di telinga Mamanya.Mamanya sejak tadi menangis tersedu dan tak kuasa menahan air mata yang terus membanjiri wajahnya yang cantik."Ma..." Baskara mengelus-elus lengan Mamanya dan membawanya dalam pelukan.Aku yakin, meski Baskara baru menyadari kalau Tuan Hadi adalah ayah kandungnya, pasti dia merasa kehilangan juga sekarang. Baskara belum sempat memperbaiki keadaan sebelum dia ditinggalkan.Mungkin, mungkin saja dia juga punya rencana untuk memanggilnya 'ayah' atau 'papa' semasa h

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 133 KECELAKAAN NAAS (2 LAST EPISODE)

    ANDINI's POV"Ayah mau ke mana?" Tanyaku menyaksikan Tuan Agus tampak terburu-buru. Di tangan kanannya sudah tertempel ponsel."Bentar, Andini. Kamu di rumah saja dulu." Dia berlari dan menggandeng tangan Mama yang sebetulnya sedang asyik bermain dengan Askara."Ada apa, Pa?" Tanya Mama sembari akhirnya menitipkan Askara padaku."Hadi dan Bayu kecelakaan." Itu saja kalimat yang bisa keluar dari mulutnya. Selanjutnya dia tetap melanjutkan pembicaraan di ponselnya."APA?" Mama Baskarapun pingsan seketika. Beberapa asisten rumah tangga dengan cepat membopongnya untuk ditidurkan di sofa panjang."Nyonya... Bangun Nyonya..." Mereka tampak cemas.Suasana semakin tidak karuan. Aku sampai lupa kalau sekarang ini diriku masih masa pemulihan pasca keguguran."Huhuhu..." Mama bangun lalu pingsan lagi. Air matanya tumpah."Nyonya, minum air dulu. Ini minum dulu..." Bibi Siti tergopoh-gopoh membawa segelas air untuk

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 132 TERKUCILKAN (3 LAST EPISODE)

    BASKARA's POV Andini terlalu larut dalam lamunannya. Sekitar dua bulan ini tak banyak berkata pada siapapun. Dia lebih sering termenung. Papa dan Mama menyarankanku untuk pindah kembali ke rumah. Begitu pula dengan Hans, dia menyuruhku untuk segera pulang. "Percayalah padaku! Aku tahu bagaimana rasa sakitnya bercerai. Aku tahu. Aku bahkan sampai sekarang masih merasakan itu adalah siksaaan terberat dalam hidup." Hans yang selama ini jarang membuka suara soal apa yang dia rasakan, mulai bercerita. "Tapi selama ini juga kamu terlihat baik-baik saja. Kamu bahkan sudah punya pacar ponakan Bibi Siti, bukan? Waktu kita ke Australia saat itu." Aku sampaikan penilaianku terhadapnya. Hans tertawa terbahak-bahak. "Mungkin aku memang punya bakat akting yang terpendam. Kamu tak tahu berapa dalamnya luka itu di dalam hatiku." "Ah, kamu jangan sok puitis..." Komentarku pada Hans yang mulai tertawa. "Sungguh, aku bahkan tiga bulan setelah bercerai tidak bisa tidur kalau belum jam dua pagi.

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 131 KEHILANGAN CINTA

    ANDINI's POVBagiku ini adalah akhir. Tak bisa lagi aku mencari alasan untuk meyakinkanku tinggal. Rasanya lebih baik aku pergi sejauh-jauhnya.Baskara tak lagi mengenaliku. Bahkan dia sudah lupa dengan sentuhanku."Mbak, makan dulu." Alika, adikku menyediakan bubur ayam yang biasanya aku sangat lahap memakannya.Aku mengangguk tanpa suara. Batinku terlalu sibuk untuk berdialog dengan akalku."Mbak, jangan diem terus. Makanlah..." Sekali lagi Alika membujukku. Namun apa daya, makanan yang seharusnya nikmat disantap kini tak lagi menggugah seleraku."Andini, makanlah." Ibu menyuruhku. Kalau sudah Ibu yang menyuruh, aku tak bisa mengelak."Iya..." Aku patuh memaksa mulutku untuk menerima suapan demi suapan dari Alika."Nah, gitu. Kasihan bayi di perutmu, dia pasti butuh nutrisi." Ucap Ibuku. Saking terbelenggunya pikiranku pada kebencian dan sakit hati, aku lupa kalau tubuhku ini tak hanya milikku sendiri. "Habisin Mbak." Alika menyemangatiku untuk memakan beberapa suap terakhir. Mes

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 130 HILANG BAYANG

    BASKARA's POV Beginikah rasanya ditinggalkan oleh orang yang kita cintai? Aku merasa diriku memang tak layak untuk menjadi suami Andini. Selama mengenalnya, dia tak pernah melakukan hal yang membuatku terpuruk atau tersakiti. Justru sebaliknya, aku yang selama ini menyiksanya. "Sudah... tenangkan saja dirimu, Tuan..." Maya masih setia menemaniku meski aku telah terjatuh dan dijauhi oleh anak dan istriku. Berkali-kali aku sudah menyuruhnya pergi, tapi dia bersikukuh untuk membantuku menyelesaikan masalah. Karena dia juga terlibat dalam skandal ini. "Maya, apa yang harus aku lakukan?" Keluhku padanya. Tak seorangpun mau bicara padaku. Bahkan Papa yang biasanya selalu ada, kini sudah menganggapku tak lebih baik dari seorang pengecut. Pak Gun juga tak menunjukkan batang hidungnya. Pak Ali juga lebih memilih untuk angkat tangan pura-pura tidak mau tahu. Ke mana semua orang yang selama ini baik padaku? Bukankah aku juga begitu baik dan memberikan semua kemudahan pada mereka? Hans sej

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 129 MEMUTUS RASA

    BASKARA's POV"Kamu terlihat cantik, Maya..." Mataku tak bisa lepas darinya.Sosok yang dulunya masih remaja dan datang ke keluargaku dalam keadaan lusuh, kini sudah berubah menjadi seorang bidadari yang menawan."Ini karena make up, Tuan..." Bisiknya.Kami harus menjaga jarak karena sedang berada di tempat umum. Kupastikan agar Maya berjalan di belakangku. Rasanya jemariku tak sanggup lagi jika harus menunggu dua atau tiga jam tanpa menyentuh kulit putih yang lembut itu."Baskara! Akhirnya kamu datang..." Papa menyambutku.Mama sejak kedatanganku seperti curiga padaku. Tapi aku pura-pura untuk tidak terjadi apa-apa. Keduanya sibuk dengan menggendong Askara dan Bagas. Bibi Siti juga tampak membersamai mereka."Mana Andini?" Tanyaku pada Mama.Bibirnya mengucapkan sesuatu sebelum akhirnya berkata-kata,"bukankah dia seharusnya berangkat bersamamu?"Pertanyaan Mama seperti menohokku sekarang. Je

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 128 PUSARAN RINDU

    ANDINI's POV Bertemu dengan Askara dan Bagas membuatku tersenyum seketika. Keduanya menyambutku dengan senyuman, Bagas bahkan berlari ke arahku saat pintu mobil dibuka. "Maa..." Ucapnya. Dia memelukku dengan sangat erat. "Rindu sama Mama?" Tanyaku. Perutnya terlihat semakin gembul. Pipinya juga terlihat semakin berisi. Sepertinya dia kerasan dan betah berada di rumah lagi. "Mama... Mama tu..." Bagas menunjuk-nunjuk pada beberapa pohon mangga di samping rumah yang sedang berbuah. Aku paham apa yang dia maksudkan. Dia ingin memetiknya. "Ah, kamu mau mangga itu?" Bagas mengangguk tanda setuju. "Mama masuk ke rumah dulu ya. Mau meletakkan barang-barang. Nanti menyusul kamu di sini lagi . Kamu sama Bibi Siti dulu..." Rupanya Bagas mendengarkan apa yang aku sampaikan padanya. Dengan sigap, Bibi Siti membopong tubuhnya untuk menjauh dariku. Karena aku masih membawa beberapa koper yan

  • Istri Simpanan Tuan Muda   BAB 127 MUSIBAH LONGSOR

    BASKARA's POVTangan Maya masih berpegang pada tanganku. Perjalanan ke tukang kayu yang disarankan oleh kontraktor villa akhirnya membuahkan hasil. Maya tahu betul seluk-beluk wilayah villa dan sekitarnya."Untunglah kamu tahu betul wilayah sini, Maya." Pujiku sembari mengemudi mobil kami. Jalanan sedikit licin setelah hujan."Ahh... Aku tidak terlalu tahu sebenarnya. Hanya mengira-ngira saja tadi." Maya menyandarkan kepalanya di bahuku. Kami melanjutkan perjalanan sampai keluar perbatasan. Kondisi jalan memang sangat curam dan berhadapan langsung dengan tebing."Tuan... hati-hati menyetirnya. Jangan sampai jatuh ke jurang." Pesannya. Dia sedikit mengencangkan pegangannya ke tangan kiriku.Aku menghela nafas dan menenangkannya. "Iya. Aku hati-hati kok. Jalanannya memang seperti ini, tapi aku masih bisa melaluinya."Rupanya memang tak mudah melalui jalur satu-satunya ini. Jalanan cukup licin dan banyak akar tan

DMCA.com Protection Status