Jules melihatnya. “Apa kamu berharap aku bisa mengingat kembali?”Jessie membalas dengan suara kecil, “Tentu saja. Masih ada yang ingin aku perhitungkan denganmu.”Saat ini, Jules mendekatinya. “Perhitungkan?”Bulu mata Jessie bergetar. Dia mengalihkan pandangannya. “Aku nggak ingin beri tahu kamu.”Jules tersenyum tipis. “Kalau begitu, aku utang dulu. Nanti setelah kamu ingin beri tahu aku, aku pun akan berlutut untuk minta maaf sama kamu.”Jessie pun tersenyum. “Siapa juga yang ingin kamu berlutut sama aku?”“Aku tahu, kamu sangat menyayangiku.”Jessie berdiri, lalu berkata dengan nada bandel, “Iya, aku sayang sama kamu. Kelak, kamu nggak boleh tidur bareng aku.”Jules tertegun sejenak, kemudian tertawa. “Sadis sekali?”Jessie berlari ke atas tangga, lalu menoleh. “Biar tahu rasa!”Keesokan harinya, mereka berpamitan dengan direktur sanatorium, lalu meninggalkan tempat.Sejak Jessie memasuki mobil, dia tak berhenti menguap. Dacia mendekatinya, lalu berbisik, “Semalam kamu pergi malin
Read more