Jessie tertegun sejenak, lalu berjalan ke dalam. “Apa ada mata di belakang kepalamu?” Padahal Jessie sudah bersembunyi, masih saja ketahuan.Jules menarik Jessie ke dalam pelukannya. “Bayangan tubuhmu sudah mengkhianatimu.”Jessie sungguh kehabisan kata-kata. Meski Jessie merasa tidak puas, dia juga tidak bisa mengalahkan Jules.“Apa Kak Jerry dan Dacia akan baik-baik saja?”Jules membawa Jessie untuk duduk di sofa, lalu memangkunya. “Dengan tingkat kewaspadaan dan kepintaran Jerry, dia tidak akan mengizinkan dirinya dalam bahaya.”“Emm, tapi ….” Jessie menghentikan ucapannya.Jules menyelipkan rambut Jessie ke belakang telinga. “Target mereka itu kita. Sekarang orang yang lagi dalam bahaya itu aku dan kamu. Apa kamu tidak khawatir dengan diri kamu sendiri?”Jessie menggerakkan bola matanya. “Bukannya ada kamu?”Jules mencium sudut mata Jessie, lalu beralih mencium pipinya. Senyuman merekah di wajahnya. “Iya, selama ada aku, aku akan melindungimu meski harus mengorbankan nyawaku.”Jess
Dacia bertanya, “Kamu nggak menginginkan nyawamu lagi?”Jerremy mendorong Dacia ke samping, lalu membuka jendela, membiarkan angin berembus ke dalam untuk menenangkan dirinya. “Kamu seharusnya merasa beruntung Jules tidak menutup jendela kamarnya.”Dacia duduk di atas ranjang. “Sepertinya kita cuma bisa tinggal di sini malam ini.”Jerremy tidak berbicara.Setelah berdiri beberapa saat, tidak terdengar lagi suara di belakang. Dia membalikkan tubuhnya, lalu tampak Dacia sedang memiringkan tubuhnya tidur di atas ranjang.Jerremy bersandar di samping jendela sembari menatapnya.Pagi harinya, cahaya matahari memancar ke dalam kamar.Setelah Dacia bangun, dia menyadari Jerremy sedang duduk di sofa, lalu menatap layar komputer di atas pahanya dengan penuh konsentrasi. Setelah dilihat-lihat, bukankah itu laptop Dacia?Apa Jerremy ke kamar sebelah di saat Dacia tidur?“Jerry!” Dacia langsung berlari pergi merebut laptopnya.Jerremy menutup laptop, lalu mengangkat kepalanya. Berhubung langkah Da
Jerremy melipat kedua lengannya. “Ternyata kamu punya otak juga.”Dacia terdiam membisu. Kemudian, dia langsung mengatakan, “Memangnya aku itu kamu? Hanya jago bicara saja?”Tiba-tiba suara tawa Jules memecahkan suasana di dalam ruangan. “Tentu saja aku akan baik-baik saja. Target mereka memang kami berdua. Mereka ingin melukai Jessie di hadapanku. Kemudian, sikap ketidakberdayaanku pasti akan membangkitkan rasa emosi Keluarga Fernando.”Jessie adalah kekasih Jules. Jules bahkan tidak sanggup melindungi kekasihnya sendiri. Inilah yang akan menjadi titik kemarahan Keluarga Fernando.Jerremy berjalan ke sisi jendela, lalu menunjukkan wajah seriusnya. “Apa pun hasil akhirnya, sekarang kita hanya perlu mencari tahu siapa dalang di balik permasalahan ini.”Ada dua mobil van berhenti di depan penginapan. Pria yang duduk di dalam mobil sedang merokok. Tatapannya tak berhenti tertuju ke sisi pintu.Sepasang wanita dan pria muda bermasker dan berkacamata hitam menyeret koper berjalan keluar pen
Jules menyuruh Derrick yang menyamar sebagai sopir untuk menyeretnya, lalu mengangkat dagu si pria. “Dengan siapa Tuan Hogan bekerja sama?”Ketua geng langsung mengalihkan pandangannya. “Aku tidak tahu apa maksudmu.”“Tidak masalah. Meskipun kamu tidak mengatakannya, aku juga sudah berhasil menyelidiki orang di balikmu. Kamu bisa membantunya merahasiakan masalah ini lagi.” Ujung bibir Jules melengkung ke atas. “Kalau kamu menyinggungku, aku masih bisa melepaskanmu. Tapi kalau kamu menyinggung Keluarga Fernando, majikanmu juga tidak bisa menyelamatkanmu.”Si ketua geng merasa gemetar. Dia telah menerima uang untuk menjalankan misi. Sekarang misinya telah gagal. Hidup matinya juga masih belum bisa dipastikan. Hanya saja, sepertinya si ketua geng sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi kegagalan. Dia masih saja memilih untuk bungkam.Jules menyadari betapa keras kepala pria di hadapannya ini. Dia pun merasa kagum. “Bagus, kamu memang setia sekali.” Jules melepaskannya, lalu berdiri
Hogan tertawa. “Kamu memang cukup sadis.”Tatapan Hillary terlihat dingin. “Kita tinggal tunggu kabar baik saja.”…Di sebuah sanatorium di kota kecil.Derrick dan dua pengawal berpakaian hitam sedang menunggu di depan pintu. Jules dan Jerremy sedang membahas masalah penting dengan direktur rumah sakit di dalam ruang baca.Terdapat banyak pasien di dalam sanatorium ini, ada yang tua dan bahkan yang muda. Ada yang suka membaca koran, ada yang suka menyendiri, ada juga yang suka mengobrol.Jessie menopang kepalanya sembari duduk di tangga. Entah apa yang sedang dia pikirkan saat ini.Dacia berjalan mendekatinya, lalu duduk di sampingnya. “Liburan singkat kali ini sungguh nggak menyenangkan.”Jessie menghela napas. “Siapa sangka akan terjadi masalah seperti ini.” Bohong jika Jessie tidak merasa kecewa.Padahal dengan tidak mudahnya mereka meluangkan waktu untuk liburan, malah terjadi kejadian seperti ini.Jules dan Jerremy berjalan keluar. Jessie langsung berdiri. Kemudian, terdengar sua
Jules melihatnya. “Apa kamu berharap aku bisa mengingat kembali?”Jessie membalas dengan suara kecil, “Tentu saja. Masih ada yang ingin aku perhitungkan denganmu.”Saat ini, Jules mendekatinya. “Perhitungkan?”Bulu mata Jessie bergetar. Dia mengalihkan pandangannya. “Aku nggak ingin beri tahu kamu.”Jules tersenyum tipis. “Kalau begitu, aku utang dulu. Nanti setelah kamu ingin beri tahu aku, aku pun akan berlutut untuk minta maaf sama kamu.”Jessie pun tersenyum. “Siapa juga yang ingin kamu berlutut sama aku?”“Aku tahu, kamu sangat menyayangiku.”Jessie berdiri, lalu berkata dengan nada bandel, “Iya, aku sayang sama kamu. Kelak, kamu nggak boleh tidur bareng aku.”Jules tertegun sejenak, kemudian tertawa. “Sadis sekali?”Jessie berlari ke atas tangga, lalu menoleh. “Biar tahu rasa!”Keesokan harinya, mereka berpamitan dengan direktur sanatorium, lalu meninggalkan tempat.Sejak Jessie memasuki mobil, dia tak berhenti menguap. Dacia mendekatinya, lalu berbisik, “Semalam kamu pergi malin
Di Hotel Samari.Hillary sedang menunggu kabar dari utusannya. Namun setelah menelepon berkali-kali, panggilan tetap tidak bisa terhubung. Saat ini, Hillary yang sedang duduk di sofa itu memiliki firasat buruk.Pintu kamar tiba-tiba dibuka. Ketika pelayan memasuki ruangan, Hillary pun langsung berdiri. Dia hendak mengatakan sesuatu, tapi tampak Silvia masuk bersama anggotanya. Raut wajah Hillary langsung berubah drastis. “Bu Silvia?”Ketika melihat kedatangan banyak orang, Hillary langsung meningkatkan kewaspadaannya. “Apa maksudmu?”Silvia duduk di sofa dengan wajah tak berekspresi. “Apa perlu aku bertanya apa yang sudah kamu lakukan?”Hillary berusaha untuk menenangkan dirinya. Jangan-jangan Silvia sudah mengetahuinya? Dari tadi panggilan tidak terhubung. Jangan-jangan mereka telah dipergoki?Saat ini, Hillary masih bersikap tenang. “Aku tahu Bu Silvia nggak suka sama aku. Tapi aku benar-benar nggak tahu apa yang sudah aku lakukan. Kenapa Bu Silvia malah begitu menentangku?”“Apa kam
Hanya saja, tidak ada yang tahu bagaimana kenyataannya.Di dalam ruangan interogasi kantor polisi.Hillary kelihatan sangat emosional. “Kalian nggak ada bukti yang menyatakan semua itu ulahku!”Polisi yang duduk di hadapan Hillary membuka buku catatan. “Gimana kalau aku bisa mengeluarkan bukti?”Tiba-tiba Hillary tertegun di tempat.Polisi meletakkan buku kesaksian di depannya. “Tersangka mengatakan semua ini adalah perintahmu. Kami juga memiliki bukti rekamannya.”Hillary langsung tertegun di tempat. Mereka bahkan melakukan rekaman suara?Sebenarnya saat Hillary ditangkap, dia juga menebak ketiga utusannya sudah ditangkap. Hanya saja, Hillary hanya melakukan janji secara lisan, yang mana dia akan memberi mereka imbalan lebih besar lagi setelah misi berhasil.Meskipun mereka menyebut nama Hillary, semuanya juga tidak ada hubungannya dengan Hillary. Sebab, mereka tidak menerima uang yang dijanjikan. Tidak ada bukti yang menunjukkan Hillary berhubungan dengan mereka.Namun, harapan satu-