Semua Bab Pesona Istri Yang Kuabaikan : Bab 51 - Bab 60

208 Bab

Bab 51

Aku dan Mas Hanan berpamitan setelah segala urusan dengan Om Candra selesai. Kupencet angka tiga begitu sampai di dalam lift. "Kok ke sana?" Tanya Mas Hanan. "Kita harus berpamitan dengan teman-teman kita, Mas. Mungkin kali ini, kita tak akan lagi ke sini.""Kenapa kamu setuju saja saat Om kamu menyarankan ke luar kota," tanya Mas Hanan sembari meraih tanganku dan mengengamnya. "Aku ingin hidup dengan tenang, Mas. Mungkin dengan mengikuti saran Om Candra, kita akan bisa hidup tenang setenang ayah dan bunda dulu."Mas Hanan meraih pinggangku dan menggamitnya. "Gak khawatir sama kamera pengawas?" Aku bertanya."Aku tidak akan menghawatirkan tentang apapun, akan kulakukan apa yang aku mau selagi bersamamu," jawab Mas Hanan. Aku menetap padanya dan tersenyum, sepertinya suamiku itu tidak ingin melewatkan apapun denganku. Hal yang mungkin saja akan menjadi sesuatu yang disesali jika tidak dilakukan dan sesuatu terjadi. Sepertinya katanya barusan, setelah pernah berada di ambang kema
Baca selengkapnya

Bab 52

"Maafkan aku, Mas. Syukurlah akhirnya kamu bisa sadar dan sehat kembali. Jika tidak, maka aku akan menyesal seumur hidupku." Mbak Lita berkata sembari memeluk erat tubuh Mas Hanan. Tidak mempedulikan aku, istri dari pria yang dia peluk sedang berada di antara mereka. "Apa yang kamu lakukan, Ta. Lepaskan pelukanmu, tidakkah kamu lihat ada istriku di sini," seru Mas Hanan sambil mengurai pelukan Mbak Lita. Bisa-bisanya wanita itu memeluk suamiku begitu saja, jika aku tahu dia akan melakukan hal tersebut, tak akan kubiarkan pintu lift tetap terbuka. "Maaf, Nia. Aku terlalu emosional," ucap Mbak Lita sambil menatapku. Aku hanya diam tak merespon ucapnya. Emosional, katanya. "Ada banyak hal yang ingin aku sampaikan, aku meminta maaf secara tulus pada kalian berdua. Aku harap kalian bisa memaafkan, sehingga aku bisa memulai hidup baru dengan lebih baik lagi. Aku terlalu jauh bertindak karena rasa sakit hati ...."Gengaman tangan Mas Hanan menarikku kembali dari lamunan, aku mengingat
Baca selengkapnya

Bab 53

POV Hanan Aku sangat bersyukur memiliki istri seperti Husniah. Dia telaten dan setia seperti kata ibu. Istriku dengan sepenuh hati merawatku saat aku tergeletak tak berdaya, tak bisa mengurus diri sendiri. Bahkan dia menghadapi banyak hal sendirian, mencari penyebab kami kecelakaan hingga kehilangan calon anak kami. Aku tahu dia begitu terluka dan kehilangan saat itu. Gadis yang selalu tampak kuat itu menangis sambil memelukku, hal yang tak pernah dia lakukan selama kami menikah. Hatiku teriris mendengar tangisan, namun tak bisa berbuat apa-apa. Suami macam apa aku ini. Kupikir saat kecelakaan itu, aku akan pindah alam, itu adalah hari terakhir bagiku bersama dirinya. Tapi Allah masih memberikan kesempatan padaku untuk hidup, meskipun pada kenyataannya menyusahkan orang lain terutama istriku. Dia, wanita yang dulu tak pernah kuanggap nyatanya tetap setia mendampingiku meskipun aku menjadi pria yang tak berguna. Dia, wanita yang tak pernah kusayangi dulu, tetap berada di sisiku dan
Baca selengkapnya

Bab 54

Ibu langsung berdiri dan melangkah ke arah Husniah, lalu memeluk menantunya itu. Wanita itu memang sesayang itu pada istriku. Ibu memperlakukan Husniah seperti putrinya sendiri. Hal itu juga yang membuatnya memintaku menikahinya kala itu. "Sabar ya, Nak. Bukan kamu tidak bisa menjaganya, tapi qodarullah yang menjadi semua itu terjadi. Ibu doakan agar kalian segera mendapatkan penggantinya." Ibu berkata sambil mengusap punggung menantunya."Terimakasih selalu mendoakan saya, Bu," sahut Husniah.Sesaat terjadilah sebuah drama yang mengharukan antar menantu dan mertua. Kemudian berlanjut kami sarapan bersama.Setelah sarapan, aku memilih untuk beristirahat kembali. Mengisi daya agar bisa berkendara nanti siang. Husniah dan ibu, memilih untuk bercengkerama. ***Matahari hampir tenggelam di ujung cakrawala, meninggalkan rona jingga yang begitu indah dipandang mata. Aku dan Husniah duduk di pinggir pantai sambil menikmati suasana matahari terbenam. Kepala gadis itu bersandar di bahuku. Ka
Baca selengkapnya

Bab 55

"Wah serunya," pekik Husniah dengan kepala sedikit di keluarkan lewat jendela mobil. Menikmati cuaca yang cukup dingin, bahkan saking dinginnya keluar uap air dari mulut jika kami berbicara, terutama di waktu pagi dan malam hari.Saat ini, aku mengajak Husniah berkeliling saja, daerah sini banyak terdapat air terjun. Jalanan menuju sana adalah perbukitan di mana bukit-bukit itu ditanami dengan berbagai jenis sayuran, diantaranya kol, wortel dan kentang. "Sudah lama tidak merasakan suasana seperti ini," imbuhnya. Gadis itu menghirup udara dan memejamkan mata. Seakan begitu menikmati. "Masukkan kepalamu, masih pagi. Awas nanti flu," ujarku mengingatkan."Ada obat flunya," sahut Husniah."Apa?""Kamu." Aku tertawa, bisa saja gadis itu membuat hatiku melambung bahagia. Aku tersenyum senang melihatnya, dia benar-benar menyukai tempat ini. Sejak awal datang dan kami menghabiskan waktu di cottage itu, dia sudah sangat menikmatinya. Begitu datang, kami langsung berendam. Rasa lelah berken
Baca selengkapnya

Bab 56 Ekstra Part

Ekstra part Liburan telah usai, saatnya kembali pada realita. Seperti yang sudah disepakati, aku dan Husniah bekerja di kantor cabang. Kami harus pergi ke lain kota, tak tinggal lagi di kota ini. Syifa kami tinggal di rumahku, karena dia bekerja di kantor itu."Hati-hati tinggal sendiri, ya. Jaga diri karena kamu wanita," pesanku pada Syifa sebelum kami pergi. Adik perempuanku itu mengiyakan. Ah, aku terlalu sibuk dengan diriku hingga lupa kalau adik perempuanku sudah cukup usia untuk menikah. Apa dia sudah memiliki kekasih, harusnya kami segera menikahkannya agar ada yang menjaganya.Di kota lain, sudah disiapkan rumah oleh Om Candra. Kami sudah sempat melihatnya. Rumah itu luas dan nyaman, lebih luas dari pada rumahku. Ada tiga kamar dan dua kamar mandi. Satu kamar mandi berada di dalam kamar pribadi seperti di rumahku. Rumah ini pun, terletak di komplek perumahan yang berada tak jauh dari kantor. Husniah bilang, dulu dia pertama kali bekerja di kantor ini. Husniah mengatakan ak
Baca selengkapnya

Spin Off 1

"Maafkan Kakak, Fa, kita seperti ini dulu. Ada banyak hal yang perlu kita saling fahami. Partner pernikahan tidak sama seperti partner kerja di kantor. Kita memang bisa bekerjasama saat di kantor, namun untuk berkeluarga dengan maksimal bersamamu, aku belum bisa. Kuharap kamu mengerti." Setelah acara pernikahan dadakan itu terjadi, mau tak mau aku membawa Syifa pergi bersamaku. Aku tak punya muka untuk berada satu rumah dengan Husniah dan suaminya, juga kedua orang tua Syifa yang mendadak menjadi mertuaku, begitu Syifa menjadi istriku. Lagipula, rumah itu tidak akan cukup di tinggali enam orang. Setidaknya malam ini, kami harus tidur dengan nyaman untuk menyongsong esok hari, dan memikirkan apa yang hendak dilakukan.Aku tidak membawa wanita itu ke rumahku, Papa dan Mama bisa syock jika aku menikah dengan sekretarisku dan aku mengikuti keyakinannya. Sejujurnya aku sudah tertarik sejak mengenal Husniah, tapi bukan begini cara yang aku inginkan saat memeluk agama yang sama dengan adik
Baca selengkapnya

Spin Off 2

Aku dan mama refleks menoleh ke arah sumber suara. Wanita itu tersenyum pada kami, berjalan perlahan menghampiri aku dan mama. "Syifa, ini mamaku," ucapku memperkenalkan mama pada wanita yang sudah menjadi istriku itu. Tapi kenapa caranya terdengar aneh seperti ini. "Halo, Tante, saya Syifa." Syifa memperkenalkan diri sembari menyodorkan tangannya. Ah, dia memanggil mertuanya dengan sebutan tante. Mama menyambut uluran tangan Syifa, gadis itu mencium punggung tangan Mama setelah tangan mereka saling bertautan. "Duduklah, Syifa. Kita harus membicarakan semuanya," perintah Mama sambil menggeser duduknya. Memberi ruang pada Syifa untuk duduk di sampingnya. Syifa mengikuti perintah Mama, duduk di samping mertuanya. Aku sendiri duduk di bagian sofa lain, di depan mereka. "Kamu sudah mendengar pembicaraan kami tadi?" Mama bertanya. "Mungkin hanya sebagian saja, Tante," sahut Syifa. Mama terlihat nyaman saja dipanggil Tante oleh Syifa, tidak berniat untuk mengkoreksi panggilan menjad
Baca selengkapnya

Spin Off 3

"Buka pintunya! Buka!" Teriakan keras terdengar dari luar membuatku yang masih terbuai mimpi terbangun seketika. Antara sadar dan tak sadar, aku bangkit dari tidurku dan berjalan dengan mata setengah terpejam menuju pintu. Suasana masih gelap.Begitu pintu terbuka, orang-orang itu langsung menerobos masuk, tiga orang pria yang masih muda masuk rumah tanpa diminta. "Wah bener, mereka pasti melakukan perbuatan tak senonoh. Itu buktinya wanitanya baru keluar kamar mandi." Pria muda yang memakai kaos warna biru berteriak. Aku yang masih belum memahami situasi mengalihkan pandangan ke arah mereka. Syifa, kenapa dia ada di sini. Eh aku ada di mana ini. Seketika aku tersadar, ini rumah Husniah dan suaminya yang sudah hampir satu bulan ini hanya ditempati oleh Syifa. Hampir setiap sore aku mengantarkan gadis itu pulang ke rumah, bercengkrama dengannya sebentar, kadang menikmati masakannya lalu pulang. Namun hari ini aku dan dia sama-sama kelelahan. Setelah makan malam, Syifa berpamitan t
Baca selengkapnya

Spin Off 4

Wanita itu membuat sarapan dalam diam. Seakan begitu fokus dengan apa yang dia lakukan, entah fokus beneran atau sedang marah seperti yang aku pikirkan. Dia tak membiarkanku membantunya, tapi menyuruhku duduk di mini bar yang berada tepat di dekatnya memasak. Omelette makaroni dan segelas jus jeruk terhidang di meja setelah beberapa saat Syifa berkutat di dapur. "Mamamu bilang, Kakak harus makan yang sehat-sehat. Aku gak tahu ini termasuk makanan sehat atau tidak," ucap Syifa sambil duduk di sebrang meja. "Aku akan banyak belajar lagi dalam urusan dapur," sambungnya."Mamaku adalah mertuamu, kenapa kamu tak memanggilnya dengan panggilan mama juga?""Belum terbiasa, Kak. Cepat makan, kita harus segera pergi ke kantor." Benar yang dikatakan oleh Syifa, kami harus segera pergi ke kantor. Kemarin hari libur, biasanya setelah hari libur, jalanan jadi lebih macet dari biasanya. Entahlah hanya perasaan saja karena telah menikmati kenyamanan saat weekend, atau memang tingkat kepadatan kend
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
21
DMCA.com Protection Status