Kami pulang berdua saja, Carissa sudah lebih dulu meninggalkan kami. Tidak ada obrolan sama sekali kali ini. Setelah Syifa mengungkapkan isi hatinya, menuduhku terikat pada Husniah, kami saling mendiamkan. Sosok istri yang aku inginkan memang seperti Husniah, cerdas, memiliki hati yang teguh, dan sabar. Hanan beruntung memilikinya, meskipun pria itu pernah menyakitinya, tapi Husniah tak pernah sekalipun berpaling. Bahkan saat banyak alasan untuk meninggalkan pria itu, Husniah tetap memilih tinggal bersamanya. Dia sabar menunggu suaminya sadar hingga bertahun-tahun. Mana ada wanita seperti dia di jaman seperti ini. Sore hari saat pulang, kami juga tetap saling diam. Begitu sampai di apartemen, Syifa masuk ke kamar sambil menerima telepon yang sejak tadi keluar dari lift terus berdering. "Mbak Nia yang telpon," ucap Syifa tadi sebelum masuk ke dalam kamar. Seakan tidak ingin aku mencurigainya.Entah sudah berapa lama dia di kamarnya, aku pun masuk ke kamarku dan hari ini tak berniat
Read more