Share

Bab 52

Penulis: Isna Arini
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Maafkan aku, Mas. Syukurlah akhirnya kamu bisa sadar dan sehat kembali. Jika tidak, maka aku akan menyesal seumur hidupku." Mbak Lita berkata sembari memeluk erat tubuh Mas Hanan.

Tidak mempedulikan aku, istri dari pria yang dia peluk sedang berada di antara mereka.

"Apa yang kamu lakukan, Ta. Lepaskan pelukanmu, tidakkah kamu lihat ada istriku di sini," seru Mas Hanan sambil mengurai pelukan Mbak Lita.

Bisa-bisanya wanita itu memeluk suamiku begitu saja, jika aku tahu dia akan melakukan hal tersebut, tak akan kubiarkan pintu lift tetap terbuka.

"Maaf, Nia. Aku terlalu emosional," ucap Mbak Lita sambil menatapku.

Aku hanya diam tak merespon ucapnya. Emosional, katanya.

"Ada banyak hal yang ingin aku sampaikan, aku meminta maaf secara tulus pada kalian berdua. Aku harap kalian bisa memaafkan, sehingga aku bisa memulai hidup baru dengan lebih baik lagi. Aku terlalu jauh bertindak karena rasa sakit hati ...."

Gengaman tangan Mas Hanan menarikku kembali dari lamunan, aku mengingat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ardina Koirunnisa Dina Nisa
selamat menikmati bulan madunya Hsnan dan Nia
goodnovel comment avatar
Netania Kristiana
good story
goodnovel comment avatar
siti alawiyah
selamat berbulan madu yg tertunda semoga bahagia selamanya Hanan dan Nia, dan secepatnya Nia hamil
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Bab 53

    POV Hanan Aku sangat bersyukur memiliki istri seperti Husniah. Dia telaten dan setia seperti kata ibu. Istriku dengan sepenuh hati merawatku saat aku tergeletak tak berdaya, tak bisa mengurus diri sendiri. Bahkan dia menghadapi banyak hal sendirian, mencari penyebab kami kecelakaan hingga kehilangan calon anak kami. Aku tahu dia begitu terluka dan kehilangan saat itu. Gadis yang selalu tampak kuat itu menangis sambil memelukku, hal yang tak pernah dia lakukan selama kami menikah. Hatiku teriris mendengar tangisan, namun tak bisa berbuat apa-apa. Suami macam apa aku ini. Kupikir saat kecelakaan itu, aku akan pindah alam, itu adalah hari terakhir bagiku bersama dirinya. Tapi Allah masih memberikan kesempatan padaku untuk hidup, meskipun pada kenyataannya menyusahkan orang lain terutama istriku. Dia, wanita yang dulu tak pernah kuanggap nyatanya tetap setia mendampingiku meskipun aku menjadi pria yang tak berguna. Dia, wanita yang tak pernah kusayangi dulu, tetap berada di sisiku dan

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Bab 54

    Ibu langsung berdiri dan melangkah ke arah Husniah, lalu memeluk menantunya itu. Wanita itu memang sesayang itu pada istriku. Ibu memperlakukan Husniah seperti putrinya sendiri. Hal itu juga yang membuatnya memintaku menikahinya kala itu. "Sabar ya, Nak. Bukan kamu tidak bisa menjaganya, tapi qodarullah yang menjadi semua itu terjadi. Ibu doakan agar kalian segera mendapatkan penggantinya." Ibu berkata sambil mengusap punggung menantunya."Terimakasih selalu mendoakan saya, Bu," sahut Husniah.Sesaat terjadilah sebuah drama yang mengharukan antar menantu dan mertua. Kemudian berlanjut kami sarapan bersama.Setelah sarapan, aku memilih untuk beristirahat kembali. Mengisi daya agar bisa berkendara nanti siang. Husniah dan ibu, memilih untuk bercengkerama. ***Matahari hampir tenggelam di ujung cakrawala, meninggalkan rona jingga yang begitu indah dipandang mata. Aku dan Husniah duduk di pinggir pantai sambil menikmati suasana matahari terbenam. Kepala gadis itu bersandar di bahuku. Ka

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Bab 55

    "Wah serunya," pekik Husniah dengan kepala sedikit di keluarkan lewat jendela mobil. Menikmati cuaca yang cukup dingin, bahkan saking dinginnya keluar uap air dari mulut jika kami berbicara, terutama di waktu pagi dan malam hari.Saat ini, aku mengajak Husniah berkeliling saja, daerah sini banyak terdapat air terjun. Jalanan menuju sana adalah perbukitan di mana bukit-bukit itu ditanami dengan berbagai jenis sayuran, diantaranya kol, wortel dan kentang. "Sudah lama tidak merasakan suasana seperti ini," imbuhnya. Gadis itu menghirup udara dan memejamkan mata. Seakan begitu menikmati. "Masukkan kepalamu, masih pagi. Awas nanti flu," ujarku mengingatkan."Ada obat flunya," sahut Husniah."Apa?""Kamu." Aku tertawa, bisa saja gadis itu membuat hatiku melambung bahagia. Aku tersenyum senang melihatnya, dia benar-benar menyukai tempat ini. Sejak awal datang dan kami menghabiskan waktu di cottage itu, dia sudah sangat menikmatinya. Begitu datang, kami langsung berendam. Rasa lelah berken

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Bab 56 Ekstra Part

    Ekstra part Liburan telah usai, saatnya kembali pada realita. Seperti yang sudah disepakati, aku dan Husniah bekerja di kantor cabang. Kami harus pergi ke lain kota, tak tinggal lagi di kota ini. Syifa kami tinggal di rumahku, karena dia bekerja di kantor itu."Hati-hati tinggal sendiri, ya. Jaga diri karena kamu wanita," pesanku pada Syifa sebelum kami pergi. Adik perempuanku itu mengiyakan. Ah, aku terlalu sibuk dengan diriku hingga lupa kalau adik perempuanku sudah cukup usia untuk menikah. Apa dia sudah memiliki kekasih, harusnya kami segera menikahkannya agar ada yang menjaganya.Di kota lain, sudah disiapkan rumah oleh Om Candra. Kami sudah sempat melihatnya. Rumah itu luas dan nyaman, lebih luas dari pada rumahku. Ada tiga kamar dan dua kamar mandi. Satu kamar mandi berada di dalam kamar pribadi seperti di rumahku. Rumah ini pun, terletak di komplek perumahan yang berada tak jauh dari kantor. Husniah bilang, dulu dia pertama kali bekerja di kantor ini. Husniah mengatakan ak

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Spin Off 1

    "Maafkan Kakak, Fa, kita seperti ini dulu. Ada banyak hal yang perlu kita saling fahami. Partner pernikahan tidak sama seperti partner kerja di kantor. Kita memang bisa bekerjasama saat di kantor, namun untuk berkeluarga dengan maksimal bersamamu, aku belum bisa. Kuharap kamu mengerti." Setelah acara pernikahan dadakan itu terjadi, mau tak mau aku membawa Syifa pergi bersamaku. Aku tak punya muka untuk berada satu rumah dengan Husniah dan suaminya, juga kedua orang tua Syifa yang mendadak menjadi mertuaku, begitu Syifa menjadi istriku. Lagipula, rumah itu tidak akan cukup di tinggali enam orang. Setidaknya malam ini, kami harus tidur dengan nyaman untuk menyongsong esok hari, dan memikirkan apa yang hendak dilakukan.Aku tidak membawa wanita itu ke rumahku, Papa dan Mama bisa syock jika aku menikah dengan sekretarisku dan aku mengikuti keyakinannya. Sejujurnya aku sudah tertarik sejak mengenal Husniah, tapi bukan begini cara yang aku inginkan saat memeluk agama yang sama dengan adik

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Spin Off 2

    Aku dan mama refleks menoleh ke arah sumber suara. Wanita itu tersenyum pada kami, berjalan perlahan menghampiri aku dan mama. "Syifa, ini mamaku," ucapku memperkenalkan mama pada wanita yang sudah menjadi istriku itu. Tapi kenapa caranya terdengar aneh seperti ini. "Halo, Tante, saya Syifa." Syifa memperkenalkan diri sembari menyodorkan tangannya. Ah, dia memanggil mertuanya dengan sebutan tante. Mama menyambut uluran tangan Syifa, gadis itu mencium punggung tangan Mama setelah tangan mereka saling bertautan. "Duduklah, Syifa. Kita harus membicarakan semuanya," perintah Mama sambil menggeser duduknya. Memberi ruang pada Syifa untuk duduk di sampingnya. Syifa mengikuti perintah Mama, duduk di samping mertuanya. Aku sendiri duduk di bagian sofa lain, di depan mereka. "Kamu sudah mendengar pembicaraan kami tadi?" Mama bertanya. "Mungkin hanya sebagian saja, Tante," sahut Syifa. Mama terlihat nyaman saja dipanggil Tante oleh Syifa, tidak berniat untuk mengkoreksi panggilan menjad

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Spin Off 3

    "Buka pintunya! Buka!" Teriakan keras terdengar dari luar membuatku yang masih terbuai mimpi terbangun seketika. Antara sadar dan tak sadar, aku bangkit dari tidurku dan berjalan dengan mata setengah terpejam menuju pintu. Suasana masih gelap.Begitu pintu terbuka, orang-orang itu langsung menerobos masuk, tiga orang pria yang masih muda masuk rumah tanpa diminta. "Wah bener, mereka pasti melakukan perbuatan tak senonoh. Itu buktinya wanitanya baru keluar kamar mandi." Pria muda yang memakai kaos warna biru berteriak. Aku yang masih belum memahami situasi mengalihkan pandangan ke arah mereka. Syifa, kenapa dia ada di sini. Eh aku ada di mana ini. Seketika aku tersadar, ini rumah Husniah dan suaminya yang sudah hampir satu bulan ini hanya ditempati oleh Syifa. Hampir setiap sore aku mengantarkan gadis itu pulang ke rumah, bercengkrama dengannya sebentar, kadang menikmati masakannya lalu pulang. Namun hari ini aku dan dia sama-sama kelelahan. Setelah makan malam, Syifa berpamitan t

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Spin Off 4

    Wanita itu membuat sarapan dalam diam. Seakan begitu fokus dengan apa yang dia lakukan, entah fokus beneran atau sedang marah seperti yang aku pikirkan. Dia tak membiarkanku membantunya, tapi menyuruhku duduk di mini bar yang berada tepat di dekatnya memasak. Omelette makaroni dan segelas jus jeruk terhidang di meja setelah beberapa saat Syifa berkutat di dapur. "Mamamu bilang, Kakak harus makan yang sehat-sehat. Aku gak tahu ini termasuk makanan sehat atau tidak," ucap Syifa sambil duduk di sebrang meja. "Aku akan banyak belajar lagi dalam urusan dapur," sambungnya."Mamaku adalah mertuamu, kenapa kamu tak memanggilnya dengan panggilan mama juga?""Belum terbiasa, Kak. Cepat makan, kita harus segera pergi ke kantor." Benar yang dikatakan oleh Syifa, kami harus segera pergi ke kantor. Kemarin hari libur, biasanya setelah hari libur, jalanan jadi lebih macet dari biasanya. Entahlah hanya perasaan saja karena telah menikmati kenyamanan saat weekend, atau memang tingkat kepadatan kend

Bab terbaru

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    End

    Pesona Istri Season 3 POV Hanan "Selamat ulang tahun Sayang ucapku sambil memberikan sebuket bunga mawar untuknya." Meskipun di rumah ini ada taman bunga mawar, tapi tetap saja memberi bunga padanya selalu membuatnya bahagia. Namun, dia akan berkata tak suka pada bunga yang sudah dipetik. "Terima kasih, Mas," jawabnya tanpa terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Sudah beberapa hari ini Husniah tampak bersedih hati. Aku tahu penyebabnya tak bahagia beberapa hari ini. Sudah hampir dua bulan tak ada dari anak-anaknya yang datang mengunjungi kami baik Hulya yang belum memiliki anak maupun Atma dan Nata yang sudah sibuk dengan keluarga kecilnya ditambah dengan keberadaan anaknya."Kamu rindu pada anak-anak?" tanyaku.Pertanyaanku hanya dijawab Husniah dengan anggukan, seakan dia enggan berbicara. Aku tahu jika dia mengungkapkan isi hatinya, dia akan menangis begitu saja. Entah kenapa di usianya yang tak lagi muda, Husniah semakin melankolis. Kurasa ini terjadi setelah anak-anak perg

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Tujuh

    Pesona Istri Season 3 "Sayang, Abang minta maaf," ucapku, sembari mencoba mendekat padanya lagi. Dia marah tapi tak mau didekati, bagaimana bisa aku menenangkannya. Lebih baik dia memukuliku daripada menjauh dengan tampang seperti itu. "Kenapa minta maaf," ketus Queena. "Udah bikin kamu kesal," balasku. "Sini, kita bicarakan dengan tenang. Kamu mau apa?" Wajah itu masih cemberut, tapi tak lagi menjauhiku hingga jarak kami semakin dekat. "Maaf ya." Lagi aku mengatakan permintaan maaf, entah untuk kesalahan yang mana. Yang penting aku minta maaf saja, mungkin dengan seperti ini dia kan lebih baik. Tanpa dikomando, air mata Queena meluncur melewati pipinya yang terlihat berisi, lalu kemudian berlanjut dengan isakan kecil terdengar di telingaku. "Abang minta maaf," ucapku, lagi, entah untuk yang berapa kali. Aku merengkuh tubuh Queena dalam pelukan. Istriku itu tak menolak dan melawan, dia terisak dalam dekapanku. Biarlah, dia puas menangis setelah puas memukuliku. Biar dia mel

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Enam

    Pesona Istri Season 3"Nata, Queena pergi meninggalkan Rafka sejak tadi pagi," ucap Tante Syifa dari ujung telepon, ketika aku mengangkat panggilan dari mertuaku tersebut.Mendengar penuturan Tante Syifa, tentu saja membuatku sedikit terkejut. Tadi pagi memang Queena masih marah saat kutinggal pergi kerja. Kali ini bukan masalah postur tubuhnya yang gemuk namun kami bertengkar lagi karena Queena kembali mencurigaiku memiliki kedekatan dengan Yuanita pada hal dia jelas-jelas tahu kalau wanita itu sudah memiliki tunangan. Meskipun sampai sekarang mereka belum berniat untuk menikah. Entah kenapa beberapa hari ini, tidur kami selalu diwarnai dengan pertengkaran. "Quina pergi ke mana, Ma. Dia tak pamit dan meninggalkan Rafka begitu saja. Lalu gimana sekarang keadaan anak itu apakah dia rewel karena tak ada mamanya?" Bertubi-tubi aku bertanya pada mertuaku. Jika di lihat sekarang sudah mulai sore, artinya istriku itu sudah pergi dari rumah cukup lama. Tapi kenapa Tante Syifa baru mengat

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Lima

    Pesona Istri Season 3 "Nggak gitu juga kali konsepnya Kak Yuan," ucap Queena dengan nada sebal.Sepertinya dia tak suka dengan perkataan yang dilontarkan oleh Yuanita barusan, siapa yang suka dengan perkataan seperti itu. Aku pun tak suka, Queena adalah istriku tak ada yang boleh memilikinya selain diriku. "Aku cuma bercanda mengimbangi perkataan Liam barusan," sahut Yuanita, membela diri.Dua wanita ini nampaknya sulit akur sekarang, Queena yang cemburu pada Yuanita karena dulu kami pernah dekat, dan Yuanita yang cemburu pada Queena karena Liam begitu perhatian pada istriku. Kami berbasa-basi beberapa saat, kurang lebih hanya empat puluh lima menit. Karena kami harus segera pergi ke restoran. William pergi sendiri mengendarai mobilnya, sedangkan aku dan Yuanita akan berkendara di mobil yang sama seperti yang kami katakan tadi. "Aku pergi dulu ya, Sayang," pamitku pada Queena. "Kok Kak Yuanita ikut dengan Abang?" tanya Queena, seperti tak suka. "Liam akan langsung ke kantornya,

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Empat

    Pesona Istri Season 3Aku sudah mulai aktif kembali bekerja di restoran bersama dengan Yuanita. Sampai sekarang aku tak pernah tahu lagi, bagaimana hubungan dia dengan William. Kulihat mereka baik-baik saja namun hingga detik ini sepertinya tak ada kemajuan dalam hubungan mereka entah kapan mereka akan memutuskan untuk menikah. Biarlah itu bukan urusanku, mereka adalah dua orang dewasa yang sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar. "Bagaimana keadaan Queena?" Tanya William saat aku hendak pulang. "Alhamdulillah sehat dan baik," jawabku. Sejak kejadian Yuanita melihatnya memeluk Queena dan dia marah-marah tidak jelas itu, William lebih banyak menahan diri. Dia tak lagi ingin dekat dengan Queena. Ditambah lagi aku dan istriku pergi ke luar kota, pindah ke rumah Mama dan Papa dalam beberapa bulan. Kupikir, membuat kedekatan Queena dan William tak lagi seperti dulu. "Mau ke sana, kita tengok Mama dan bayinya." Yuanita datang menghampiri kami dengan sebuah usulan. "Kamu mau?" Wil

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Tiga

    Pesona Istri Season 3 Aku terbangun saat terdengar suara azan dari ponselku. Malam tadi kami masih tidur dengan nyenyak, Queena juga tidak membangunkanku. Bayi kami pun tidak di bawa ke sini. Perawat bilang, bayi yang baru lahir tidak langsung lapar dan ingin menyusu dari mamanya saat kutanya apa bayi kami tak kelaparan. Aku segera bangun, membersihkan diri dan sholat subuh, setelah itu membangunkan Queena. "Sayang, mau mandi gak?" Tanyaku sambil mengecup keningnya. "Sudah jam berapa?" Queena bertanya. "Jam lima lewat." Queena terlihat susah payah saat ingin bangun dari posisinya. Tentu saja, pasti dia masih kesakitan di bagian intimnya. "Ayo abang bopong," kataku sembari mengambil posisi hendak mengangkat tubuhnya. Queena menatap padaku. "Iya deh," sahutnya sambil memamerkan barisan giginya. Kenapa tak minta tolong saja dari tadi. Dengan hati-hati, kuangkat tubuhnya dan kubawa ke kamar mandi. "Mau dimandiin?" tanyaku. "Apaan sih Abang, aku bisa mandi sendiri." Dia menolak

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Dua

    Pesona Istri Season 3 POV Nata Wajah lelah namun tampak bahagia itu tersenyum bahagia saat menatapku. Aku baru saja mengazani bayi kami yang ada di ruang bayi. Sedangkan Queena masih berada di ruang bersalin tadi saat aku tinggalkan untuk melihat bayi kami. Queena melahirkan tanpa persiapan, kami sedang asyik jalan-jalan di mall tapi tiba-tiba dia pecah ketuban. Lalu saat di bawa ke rumah sakit ternyata sudah pembukaan 4 dan semua berjalan dengan cepat. "Bukannya anak pertama katanya perlu lama kontraksi untuk pembukaan." Itu yang aku tanyakan pada dokter saat dikatakan Queena sudah siap melahirkan. "Aku udah mulas dari kemarin, Abang. Tapi aku tahan, makanya tadi sengaja aku ajak Abang jalan-jalan biar rasa sakitnya teralihkan." Ah, Queena, ada-ada saja. Kuat juga dia menahan rasa sakit itu. Tapi mungkin aku dan kedua mertuaku akan jauh lebih khawatir jika tahi sejak kemarin dia mulas tapi bayi baru lahir hari ini. Kembali kukecup kening Queena yang sudah berada di atas kursi

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Satu

    Pesona Istri Season 3POV Hulya Pengantin baru, rumah baru. Begitu pulang dari hotel, aku hanya menginap di rumah Papa dan Mama dua malam. Lalu hanya semalam berada di rumah mertuaku, kemudian suamiku langsung membawaku pergi ke rumah yang dia inginkan untuk menjadi tempat tinggal kami. Sejauh ini, keluarga mertuaku semuanya baik dan sayang padaku. Termasuk adik iparku yang merupakan adik Mas Aslam. Mereka hanya dua bersaudara. Pantas saja kalau suamiku itu begitu memanjakan adik perempuannya. Aku hanya bisa menurut saat Mas Aslam mengajakku tinggal berdua saja, dia memilih rumah minimalis modern untuk menjadi tempat tinggal kami. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja denganmu, di rumah yang tak terlalu luas sehingga aku bisa selalu melihat keberadaanmu setiap saat. Selain itu, agar kamu tak kesepian jika sendiri karena rumah tak terlalu besar." Itu yang dikatakan Mas Asalm saat pertama kali kami menginjakkan kaki di rumah ini. Terhitung sudah satu minggu kami tinggal

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus

    Pesona Istri Season 3 Suasana pagi terasa mulai ramai oleh orang-orang yang hendak pergi bekerja. Dengan senyum lebar, aku menanti kedatangan moda transportasi umum yang sangat ingin aku coba, kereta listrik. Aku dan Mas Aslam akan naik kendaraan umum itu berbarengan dengan orang-orang yang berangkat ke kantor. "Senangnya akhirnya kita bisa naik kereta ini bareng," ucapku seraya menatap ke arah lintasan kereta. Menunggu alat transportasi tersebut datang. "Kenapa harus di jam segini sih, lihat ramai sekali. Kita ini baru menikah, harusnya bersantai di hotel menikmati kebersamaan bukannya malah ikutan berdesakan dengan para karyawan," omel Mas Aslam.Sebenarnya dia tak setuju aku melakukan ini saat ini, khawatir masih lelah setelah kemarin kami sibuk di acara pernikahan. "Ini letak serunya, ikutan berdesakan dengan penumpang lainnya. Kalau sepi mana seru, biar tahu bagaimana hidup sulit," jawabku sekenanya. Mas Aslam hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataanku. "Memangnya gak

DMCA.com Protection Status