Home / Pernikahan / Pesona Istri Yang Kuabaikan / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Pesona Istri Yang Kuabaikan : Chapter 171 - Chapter 180

208 Chapters

Seratus Tujuh Puluh Satu

Pesona Istri Season 3Aku bersiap untuk mendobrak pintu karena khawatir pada Yuanita. Bagaimana jika William akan berbuat kasar padanya. Ini tak bisa dibiarkan. "Tolong beri aku kesempatan." Terdengar suara lemah William. Aku yang sudah memegang handel pintu, akhirnya urung membukanya. Kupikir, William tidak akan berbuat kasar. Tak ada jawaban dari Yuanita, sedetik dua detik aku masih tetap berdiri di balik pintu. Namun menit berikutnya, aku seakan mendengar adegan dewasa. Sudahlah, mereka menyelesaikan perdebatan dengan cara mereka. Daripada otakku dan telingaku traveling ke mana-mana lebih baik aku pergi. Mereka adalah dua orang dewasa, pasti tahu batasannya. Aku kembali ke ruanganku dan mendapati Queena sedang tertidur di meja kerjaku dengan posisi menunduk. Kepalanya diletakkan di meja, apakah dia tidak kepayahan tertidur dalam posisi seperti itu.Ruang kerjaku memang tidak begitu luas, namun ada sofa panjang yang ada di sudut ruangan. Seharusnya dia memilih tiduran di sofa da
Read more

Seratus Tujuh Puluh Dua

Pesona Istri Season 3Setelah aku ceritakan semuanya pada Queena, wanita itu tak lagi terlalu dekat dengan William. Begitu juga dengan William, pria itu mulai membatasi diri untuk bertanya tentang Queena. Sesekali saja pria itu bertanya. Aku yakin dia melakukan itu agar tidak membuat Yuanita cemburu lagi. Istriku juga tak lagi merengek minta untuk dibawa liburan ke rumah peristirahatan milik keluarga William. Queena juga hanya sesekali saja pergi ke restoran. Tak terasa usia kandungannya juga semakin bertambah, meskipun belum membuncit, tapi perutnya sudah mulai kelihatan sedikit menonjol. Bahkan saat aku merabanya, terasa seperti keras dan ada sesuatu di dalam sana. Aku sungguh tak sabar untuk merasakan tendangan maupun mendengar detak jantungnya. Katanya jika usia memasuki empat bulan, detak jantung sudah bisa dideteksi. Menurut dokter, usia kandungannya sudah memasuki dua belas minggu, sebentar lagi memasuki trimester kedua. Selama itu juga, Queena tidak mengidam yang aneh-aneh
Read more

Seratus Tujuh Puluh Tiga

Pesona Istri Season 3Wajah cantik itu terlelap dengan tenang dalam pelukanku. Terlihat damai dan tanpa beban. Kupandangi wajah itu tanpa bosan, dia selalu punya cara untuk meruntuhkan dan meluluhkanku. Entah berapa lama kami sama-sama terlelap setelah menikmati indahnya surga dunia. Awalnya aku khawatir dengan kondisi kehamilannya, tapi Queena meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan akhirnya, aku dan dia tengelam bersama dalam kenikmatan. Hal yang beberapa waktu ini tak bisa dinikmati karena khawatir akan menganggu kehamilannya. "Abang gak tidur?" tanya Queena dengan mata memejam saat kurapikan rambutnya yang meriap, menutupi wajahnya. Selain itu, sebuah kecupan kecil kulayangkan di keningnya.Kupikir dia benar-benar terlelap, nyatanya terasa juga saat tanganku dan bibirku menyentuhnya."Tidur, tapi terbangun," balasku. Kembali kuberikan ciuman di pucuk rambutnya. "Jadi kita bisa pergi ke rumah Mama Nia, 'kan?" Queena kembali bertanya. Matanya tetap terpejam. Terlihat t
Read more

Seratus Tujuh Puluh Empat

Pesona istri season 3POV Hanan Suasana rumah sedikit lebih sepi, tak ada Nata lagi di rumah ini. Dia sudah pergi ke rumah mertuanya, sejak hari pertama dia menikah. Wisnu hanya memiliki satu orang putri, wajar jika dia ingin putrinya tetep berada di rumahnya dan Nata juga tak keberatan dengan semua itu. Putraku itu, lebih banyak mendapatkan masalah sejak berusia remaja karena rasa sukanya pada Queena. Dan puncaknya saat dia membawa pergi Queena hingga tengah malam. Waktu itu dia sudah dewasa, harusnya sudah bisa bertanggung jawab dengan semua keputusannya. Harusnya sudah tahu mana yang boleh dan tidak dilakukan, tapi entah kenapa dia melakukan hal itu. Membawa pergi putri orang tanpa pemberitahuan. Atma, sudah beberapa hari ini tinggal di rumah mertuanya. Kedua menantuku sedang hamil dan sebenar lagi aku akan memiliki dua orang cucu. Apakah aku sudah setua itu. "Kamu tetap tampan meskipun sudah tua, Mas," kata Husniah saat aku menanyakan tentang usia dan penampilanku. Jawaban y
Read more

Seratus Tujuh Puluh Lima

Pesona Istri Season 3 Setelah kepergian Hulya, kupandangi lagi pria yang ada di depanku ini. Mencari jawaban atas pertanyaan yang ada di kepalaku. Apa selama ini mereka sudah saling bertukar pesan atau sekedar saling bertukar informasi seperti layaknya pemuda dan pemudi yang sedang berpacaran dan aku tak mengetahuinya."Bagaimana, Om, apakah Om mengijinkan saya mengenal Hulya lebih dekat?" tanya Aslam lagi. "Kamu dan Hulya sudah saling kenal?" Aku balik bertanya. "Belum, Om." "Lalu kenapa kamu tertarik pada putriku, bagimana bisa itu terjadi. Lalu kenapa berani datang ke sini untuk meminta ijin padaku. Memangnya kamu yakin dia akan mau?" "Saya tertarik dengan Hulya meskipun baru beberapa kali melihatnya. Tertarik tak harus sudah berkomunikasi dengan intens atau mengenal dengan dekat. Lalu kenapa saya berani meminta pada Om Hanan, saya rasa ini yang terbaik. Sama seperti yang disarankan oleh Nata, begitu juga yang saya pikirkan. Langsung bilang pada Om, urusan Hulya mau atau tidak
Read more

Seratus Tujuh Puluh Enam

Pesona Istri Season 3POV HananKupeluk erat tubuh mungil yang ada di depanku. Husniah tetap mungil di usianya yang sekarang. Bahkan anak-anaknya jauh lebih besar dari dia, apalagi dua putra laki-laki kami. Mungkin itu juga yang membuatnya terlihat awet muda."Apa kita jual saja rumah ini dan pindah ke rumah yang lebih kecil, Mas. Jadi kita tidak akan terlalu kesepian karena tak ada banyak penghuninya. Atau kita balik lagi aja ke rumah kamu yang dulu. Anggap saja kita jadi pengantin baru lagi," ujar Husniah."Apa kita kasih syarat aja buat calon suami Hulya, kalau mau nikah dengannya harus mau tinggal di sini." Sebuah ide terlintas begitu saja di kepalaku. "Mana boleh begitu, Mas. Kalau gak ada yang mau sama Hulya gimana. Biasanya menantu laki-laki tak akan nyaman di rumah mertuanya." Husniah tak setuju dengan ideku barusan. "Siapa bilang, itu buktinya Nata bisa. Kalau cinta, semua akan dilakukan untuk orang yang dicintainya.""Jadi biar Hulya cinta-cintaan dulu?" Aku terdiam sejak
Read more

Seratus Tujuh Puluh Tujuh

Pesona Istri Season 3POV Nata"Abang ... Abang ... Abang ...!" Kupingku rasanya pengang mendengar Hulya terus memanggilku. Bahkan sekarang saat dia sudah tak ada lagi di dekatku, panggilan itu rasanya terus bergema. Gara-gara aku mengatakan kalau Aslam banyak yang suka, dia terus saja merengek padaku. Tak percaya dan memastikan kalau Aslam tak peduli meskipun banyak wanita yang suka. "Abang aja ada yang suka tetap cintanya sama Kak Queena. Jika Abang begitu pasti orang lain juga bisa," ucap Hulya tadi, saat kami selesai makan. Setelah makan, Hulya mengikutiku hingga ke kamar demi mencari tahu tentang Aslam. Adik bungsku itu, antara menyakinkan dirinya sendiri dan mencari kepastian dariku tentang temanku itu. "Kamu suka dengan Aslam?" tanyaku padanya. "Ya gak tahu, tapi selama ini aku gak bisa dekat dengan pria. Kalian bertiga, tiga lria. Papa Abang Nata dan Abang Atma udah kaya bodyguard yang selalu pasang badan. Mana ada pria yang berani dekat denganku." "Nggak tahu tapi kekeu
Read more

Seratus Tujuh Puluh Delapan

Pesona Istri Season 3Pada akhirnya, kami menerima Aslam dengan tangan terbuka. Namun bukan berarti langsung menyetujui hubungan mereka. Papa tetap saja banyak bertanya ini dan itu pada temanku itu. Beberapa kali dia datang untuk lebih memberikan keyakinan pada Papa. Hulya yang juga tertarik dengannya, membuat kedua orang tua kami tidak mempersulit lagi proses perkenalan mereka. Hanya saja jika Hulya dan Aslam bertukar pikiran, ada kami yang menemani. Entahlah, jika Aslam berpikir kami mengeroyoknya. Tapi pria itu tetap tegar dengan pendiri untuk tetap melanjutkan perkenalan dengan Hulya. "Kapan kamu akan membawa orang tuamu ke sini?" tanya Papa siang itu, saat Aslam datang di hari Minggu. Wajar Papa bertanya, sudah satu bulan pria itu mondar-mandir beberapa kali datang ke rumah ini. Setidaknya sudah empat kali. Dulu saat dengan Zitni, kami juga langsung sat set datang dan melamar, lalu menemukan tanggal pernikahan dan langsung menikah. Memperlama dalam hubungan pertunangan, bisa sa
Read more

Seratus Tujuh Puluh Sembilan

Pesona Istri Season 3POV Nata Kami semua terdiam, mendengar semua perkataan Papa. Baik aku maupun Atma dan Aslam, tak ada yang berani membantah sama sekali. "Siapa yang mengajak pertama kali, siapa yang punya ide?" tanya Papa setelah puas mengeluarkan semua uneg-unegnya. "Saya, Om," jawab Aslam. Gentleman juga dia. Kupikir, Aslam tak akan langsung menjawab seperti itu. "Kami hanya pergi sebentar untuk makan siang, tak lebih dari tiga jam kami keluar. Hanya lama dalam perjalanan, dan menunggu makanan. Saya jamin, putri Om Hanan tak ada yang berkurang sedikit pun," sambung Aslam menerangkan. "Mungkin hatinya yang sedikit berkurang karena makin ingin dekat denganku," gumam Aslam seperti sebuah dengungan. Tapi aku sangat jelas mendengarnya karena jarak kami sangat dekat. "Aku tak menerima alasan apapun. Minggu depan, bawa orang tuamu ke sini," perintah Papa. "Tapi, Om. Bukannya harusnya masih dua minggu lagi. Bukan apa-apa, tapi ....""Minggu depan atau tidak sama sekali," potong
Read more

Seratus Delapan Puluh

Pesona Istri Season 3POV Atma Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke pesantren. Meskipun hari ini aku sudah ijin tak datang ke pesantren, karena menang tak ada jadwal mengajar, aku juga penasaran ada apa hingga ustadz Husein memintaku segera datang ke tempatku mengabdikan diri itu. Di hari Minggu, aku memang tidak ada kelas. Hanya saja tetap harus datang karena kadang ada ustadz yang tiba-tiba berhalangan mengajar. Atau kadang ada saja hal yang harus di lakukan. Di tempat itu, aku salah satu pendidik yang dipercaya untuk mengawasi anak-anak dan menenangkan mereka. Sering kali aku bisa berbicara dengan santri-santri itu dari hati ke hati. Kebiasaan yang Mama lakukan padaku dan anak-anaknya sepertinya begitu membekas hingga aku bisa melakukannya juga meskipun aku tak belajar ilmu psikologi secara langsung. Tak ada yang aneh begitu mobil aku belokan memasuki area pesantren. Semua tampak biasa, menenangkan dengan sayup terdengar suara guru yang tengah mengajar dari beberapa kelas. Na
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status