Beranda / Rumah Tangga / Pesona Istri Yang Kuabaikan / Seratus Tujuh Puluh Delapan

Share

Seratus Tujuh Puluh Delapan

Penulis: Isna Arini
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-23 23:34:50

Pesona Istri Season 3

Pada akhirnya, kami menerima Aslam dengan tangan terbuka. Namun bukan berarti langsung menyetujui hubungan mereka. Papa tetap saja banyak bertanya ini dan itu pada temanku itu. Beberapa kali dia datang untuk lebih memberikan keyakinan pada Papa. Hulya yang juga tertarik dengannya, membuat kedua orang tua kami tidak mempersulit lagi proses perkenalan mereka. Hanya saja jika Hulya dan Aslam bertukar pikiran, ada kami yang menemani. Entahlah, jika Aslam berpikir kami mengeroyoknya. Tapi pria itu tetap tegar dengan pendiri untuk tetap melanjutkan perkenalan dengan Hulya.

"Kapan kamu akan membawa orang tuamu ke sini?" tanya Papa siang itu, saat Aslam datang di hari Minggu.

Wajar Papa bertanya, sudah satu bulan pria itu mondar-mandir beberapa kali datang ke rumah ini. Setidaknya sudah empat kali. Dulu saat dengan Zitni, kami juga langsung sat set datang dan melamar, lalu menemukan tanggal pernikahan dan langsung menikah. Memperlama dalam hubungan pertunangan, bisa sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Tujuh Puluh Sembilan

    Pesona Istri Season 3POV Nata Kami semua terdiam, mendengar semua perkataan Papa. Baik aku maupun Atma dan Aslam, tak ada yang berani membantah sama sekali. "Siapa yang mengajak pertama kali, siapa yang punya ide?" tanya Papa setelah puas mengeluarkan semua uneg-unegnya. "Saya, Om," jawab Aslam. Gentleman juga dia. Kupikir, Aslam tak akan langsung menjawab seperti itu. "Kami hanya pergi sebentar untuk makan siang, tak lebih dari tiga jam kami keluar. Hanya lama dalam perjalanan, dan menunggu makanan. Saya jamin, putri Om Hanan tak ada yang berkurang sedikit pun," sambung Aslam menerangkan. "Mungkin hatinya yang sedikit berkurang karena makin ingin dekat denganku," gumam Aslam seperti sebuah dengungan. Tapi aku sangat jelas mendengarnya karena jarak kami sangat dekat. "Aku tak menerima alasan apapun. Minggu depan, bawa orang tuamu ke sini," perintah Papa. "Tapi, Om. Bukannya harusnya masih dua minggu lagi. Bukan apa-apa, tapi ....""Minggu depan atau tidak sama sekali," potong

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Delapan Puluh

    Pesona Istri Season 3POV Atma Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke pesantren. Meskipun hari ini aku sudah ijin tak datang ke pesantren, karena menang tak ada jadwal mengajar, aku juga penasaran ada apa hingga ustadz Husein memintaku segera datang ke tempatku mengabdikan diri itu. Di hari Minggu, aku memang tidak ada kelas. Hanya saja tetap harus datang karena kadang ada ustadz yang tiba-tiba berhalangan mengajar. Atau kadang ada saja hal yang harus di lakukan. Di tempat itu, aku salah satu pendidik yang dipercaya untuk mengawasi anak-anak dan menenangkan mereka. Sering kali aku bisa berbicara dengan santri-santri itu dari hati ke hati. Kebiasaan yang Mama lakukan padaku dan anak-anaknya sepertinya begitu membekas hingga aku bisa melakukannya juga meskipun aku tak belajar ilmu psikologi secara langsung. Tak ada yang aneh begitu mobil aku belokan memasuki area pesantren. Semua tampak biasa, menenangkan dengan sayup terdengar suara guru yang tengah mengajar dari beberapa kelas. Na

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Delapan Puluh Satu

    Pesona Istri Season 3POV Atma Aku menyempatkan untuk melihat Bani dulu sebelum pulang, dia nampak termenung di tempat kami tadi berbincang, setelah tak aku temukan keberadaannya tadi di kamarnya. Ah, Bani … kenapa kali ini kamu terlihat rapuh sekali? Padahal biasanya kamu tidak begini? Kamu terlihat kuat dengan bersikap semaunya, meski tetap patuh pada perkataan Kyai Bashori. Sayangnya saat ini kebetulan Bapak Kyai sedang pergi umroh, jadi tidak ada yang merangkulnya laksana ayah yang akan menenangkan anak itu. "Bani!" Anak itu menoleh cepat, lalu terlihat mengusap pipinya. Apakah Bani sedang menangis? "Kamu nggak ngaji? Kan yang lain pada setor hapalan," ujarku, lantas dengan santai menempati tempat kosong di sebelahnya. Persis seperti tadi saat kami berbincang. "Malas, Ustadz" jawab Bani tanpa beban. "Wuih, bisa ya jawabannya malas?!" kekehku menatap langit sore yang begitu cerah. Hawa panas masih menyengat dari Sang Raja Siang, teredam oleh sepoi angin yang berhembus. Beb

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-25
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Delapan Puluh Dua

    Pesona Istri Season 3POV Atma Selapas Maghrib, aku baru sampai rumah. Gara-gara berhati sebentar berbicara dengan Ustadz Fatimah, membuat perjalanan sampai ke rumah sedikit terlambat. Bahkan satu menit saja bisa merubah banyak hal. Tadi, setengah perjalanan, azan Maghrib berkumandang sehingga aku memutuskan untuk menepi di sebuah masjid dan solat Maghrib terlebih dahulu. "Abang!" Sapaan Zitni menyambangi pendengaran saat aku membuka pintu kamar. Dengan penuh rasa rindu, langkahku terayun mendekat padanya yang tengah bersandar di kepala ranjang. Tangannya yang tadi memegang ponsel, terangkat menyambut suaminya ini pulang. Aku langsung pergi ke rumah mertua karena tadi Zitni bilang sudah pulang diantar Hulya. "Abang kenapa tinggalin aku di kamar sendirian, sih," rengeknya, bibirnya terlihat mengerucut."Maaf, Sayang, ada hal darurat terjadi di pesantren," ucapku sambil memeluk tubuh yang selayaknya candu bagiku itu. Aroma manis dan menenangkan saat mendekap raganya, menjadi penawar

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-26
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Delapan Puluh Tiga

    Pesona Istri Season 3POV Atma Gara-gara kejadian obrolan di rumah Mama dengan Nata waktu itu, Zitni mendadak sensitif, dia pikir aku akan benar-benar berpoligami. Sekarang, aku jadi agak berhati-hati. Sensi membuatnya jadi mudah menangis meski itu hanya masalah kecil. Seperti ketika terlambat pulang ke rumah, aku langsung dicecar dengan berbagai pertanyaan. Sampai-sampai aku bingung mau menjawab yang mana dulu. Lebih salah lagi kalau aku diam saja, Zitni akan merajuk bahkan menangis. Duh, serba salah sekali. Karena itu, aku mengupayakan selalu memberi kabar kalau pulang terlambat ke rumah. Rumah di pagi hari begitu damai. Zitni masih berbaring di kamarnya. Semalam ia mengeluh sakit pada kandungannya. Jadi, aku memintanya untuk beristirahat. Libur kuliah sehari tak masalah. Kamu terus tinggal di rumah orang tua Zitni sejak ada Nata. Aku mulai sibuk dengan urusanku sendiri dan kurang perhatian perkembangan hubungan Hulya dengan Aslam. Pernikahan mereka akan di langsungkan enam bulan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-26
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Delapan Puluh Empat

    Pesona Istri Season 3Aku menggandeng tangan Zitni ketika kami berjalan-jalan di area kuliner. Ada banyak jajanan dan pedagang masakan. Aku bisa melihat wajah Zitni yang sumringah melihat banyak makanan.Bidadari surgaku itu menunjuk ke arah kios yang menjual Bakmi Jawa. Kami pun menghampiri pedagang tersebut. Di sana ada seorang wanita berhijab biru sedang menunggu pesanan. Ketika berbalik, aku mendadak tak bisa bergerak. Kenapa seharian harus tak sengaja berpapasan dengan wanita itu? Memangnya dunia ini hanya selebar daun kelor? Dia lagi dia lagi. "Loh, ada Ustadz Atma," sapanya, masih dengan wajah ramahnya yang menawan.Itu kalau aku masih jomblo, pasti akan tertarik. Masalahnya aku sudah menggandeng istriku. Dan, Ustadzah Fatimah melihatnya. "Hai, saya ngajar di pesantren yang sama seperti Ustadz Atma." Ia mengulurkan tangan kepada Zitni.Aku menoleh, melihat reaksi Zitni. Tak kusangka ia tersenyum. "Hai, saya ini istrinya Abang Atma."Mereka memang belum berkenalan secara langs

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-26
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Delapan Puluh Lima

    Pesona Istri Season 3 POV Atma Aku mengantar Zitni ke kampusnya. Lalu, memutar haluan ke arah pesantren. Memang berlawanan arah, tapi aku khawatir kalau Zitni membawa mobil sendiri seperti kebiasaannya sebelum menikah. Tidak akan aku biarkan Zitni melakukan itu. Sangat beresiko untuk kehamilannya.Setiba di halaman parkir, aku kembali dihadapkan pada situasi sulit lainnya. Datang siang salah, datang pagi pun harus bertemu Ustadzah Fatimah. Mengapa hidupku aku diperhadapkan pada situasi sulit? Aku tak ingin mengkhianati Zitni walau hanya sekadar memandangi wajah wanita lain. Karena itu, aku menunggu Ustadzah Fatimah selesai memarkir motornya, lalu melewati mobilku. Ia melangkah lambat sekali seperti keong. Memang anggun, tapi ... dibandingkan Zitni, istriku itu sangat atraktif, dan aku menyukainya. Ah, apa yang aku lakukan? Meski membandingkan hal bagus, tetap saja aku tak boleh membanding-bandingkan istriku, kan?Aku segera turun setelah wanita itu sudah tak terlihat pandanganku. R

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Delapan Puluh Enam

    Pesona Istri Season 3POV Atma Ketika akan keluar dari dalam kantor, pemilik pesantren tiba-tiba muncul. Beliau memang sudah pulang dari tanah suci. Tumben sekali. Biasanya aku jarang melihatnya di kantor. "Mau ke mana buru-buru, Atma?" tanya Kyai Bashori, menghampiri, lalu meneliti dari atas sampai bawah."Begini, Pak Kyai ... saya sudah janji sama istri saya buat jemput makan siang."Haji Bashori mengangguk. "Bisa kagak kamu tunda dulu? Ana ada urusan sama Nak Atma.""Haduh, urusan apa itu, Pak Kyai?""Nanti ikut sama saya, ya. Ustadzah Fatimah juga."Haduh celaka! Niat hati menghindar, sekarang kenapa aku dijebloskan lagi dalam situasi sulit?Aku melirik Ustadzah Fatimah sekilas. Terlihat ia berdiri sambil membereskan barang-barangnya. Aku menarik napas, lalu mengembuskannya perlahan. "Saya telepon istri dulu, Pak Kyai.""Ya, ya."Aku ingat memang Ustadzah Fatimah memiliki hubungan yang dekat dengan Kyai Bashori. Lalu untuk apa mereka berdua ingin bicara denganku. Panggilanku d

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27

Bab terbaru

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    End

    Pesona Istri Season 3 POV Hanan "Selamat ulang tahun Sayang ucapku sambil memberikan sebuket bunga mawar untuknya." Meskipun di rumah ini ada taman bunga mawar, tapi tetap saja memberi bunga padanya selalu membuatnya bahagia. Namun, dia akan berkata tak suka pada bunga yang sudah dipetik. "Terima kasih, Mas," jawabnya tanpa terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Sudah beberapa hari ini Husniah tampak bersedih hati. Aku tahu penyebabnya tak bahagia beberapa hari ini. Sudah hampir dua bulan tak ada dari anak-anaknya yang datang mengunjungi kami baik Hulya yang belum memiliki anak maupun Atma dan Nata yang sudah sibuk dengan keluarga kecilnya ditambah dengan keberadaan anaknya."Kamu rindu pada anak-anak?" tanyaku.Pertanyaanku hanya dijawab Husniah dengan anggukan, seakan dia enggan berbicara. Aku tahu jika dia mengungkapkan isi hatinya, dia akan menangis begitu saja. Entah kenapa di usianya yang tak lagi muda, Husniah semakin melankolis. Kurasa ini terjadi setelah anak-anak perg

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Tujuh

    Pesona Istri Season 3 "Sayang, Abang minta maaf," ucapku, sembari mencoba mendekat padanya lagi. Dia marah tapi tak mau didekati, bagaimana bisa aku menenangkannya. Lebih baik dia memukuliku daripada menjauh dengan tampang seperti itu. "Kenapa minta maaf," ketus Queena. "Udah bikin kamu kesal," balasku. "Sini, kita bicarakan dengan tenang. Kamu mau apa?" Wajah itu masih cemberut, tapi tak lagi menjauhiku hingga jarak kami semakin dekat. "Maaf ya." Lagi aku mengatakan permintaan maaf, entah untuk kesalahan yang mana. Yang penting aku minta maaf saja, mungkin dengan seperti ini dia kan lebih baik. Tanpa dikomando, air mata Queena meluncur melewati pipinya yang terlihat berisi, lalu kemudian berlanjut dengan isakan kecil terdengar di telingaku. "Abang minta maaf," ucapku, lagi, entah untuk yang berapa kali. Aku merengkuh tubuh Queena dalam pelukan. Istriku itu tak menolak dan melawan, dia terisak dalam dekapanku. Biarlah, dia puas menangis setelah puas memukuliku. Biar dia mel

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Enam

    Pesona Istri Season 3"Nata, Queena pergi meninggalkan Rafka sejak tadi pagi," ucap Tante Syifa dari ujung telepon, ketika aku mengangkat panggilan dari mertuaku tersebut.Mendengar penuturan Tante Syifa, tentu saja membuatku sedikit terkejut. Tadi pagi memang Queena masih marah saat kutinggal pergi kerja. Kali ini bukan masalah postur tubuhnya yang gemuk namun kami bertengkar lagi karena Queena kembali mencurigaiku memiliki kedekatan dengan Yuanita pada hal dia jelas-jelas tahu kalau wanita itu sudah memiliki tunangan. Meskipun sampai sekarang mereka belum berniat untuk menikah. Entah kenapa beberapa hari ini, tidur kami selalu diwarnai dengan pertengkaran. "Quina pergi ke mana, Ma. Dia tak pamit dan meninggalkan Rafka begitu saja. Lalu gimana sekarang keadaan anak itu apakah dia rewel karena tak ada mamanya?" Bertubi-tubi aku bertanya pada mertuaku. Jika di lihat sekarang sudah mulai sore, artinya istriku itu sudah pergi dari rumah cukup lama. Tapi kenapa Tante Syifa baru mengat

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Lima

    Pesona Istri Season 3 "Nggak gitu juga kali konsepnya Kak Yuan," ucap Queena dengan nada sebal.Sepertinya dia tak suka dengan perkataan yang dilontarkan oleh Yuanita barusan, siapa yang suka dengan perkataan seperti itu. Aku pun tak suka, Queena adalah istriku tak ada yang boleh memilikinya selain diriku. "Aku cuma bercanda mengimbangi perkataan Liam barusan," sahut Yuanita, membela diri.Dua wanita ini nampaknya sulit akur sekarang, Queena yang cemburu pada Yuanita karena dulu kami pernah dekat, dan Yuanita yang cemburu pada Queena karena Liam begitu perhatian pada istriku. Kami berbasa-basi beberapa saat, kurang lebih hanya empat puluh lima menit. Karena kami harus segera pergi ke restoran. William pergi sendiri mengendarai mobilnya, sedangkan aku dan Yuanita akan berkendara di mobil yang sama seperti yang kami katakan tadi. "Aku pergi dulu ya, Sayang," pamitku pada Queena. "Kok Kak Yuanita ikut dengan Abang?" tanya Queena, seperti tak suka. "Liam akan langsung ke kantornya,

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Empat

    Pesona Istri Season 3Aku sudah mulai aktif kembali bekerja di restoran bersama dengan Yuanita. Sampai sekarang aku tak pernah tahu lagi, bagaimana hubungan dia dengan William. Kulihat mereka baik-baik saja namun hingga detik ini sepertinya tak ada kemajuan dalam hubungan mereka entah kapan mereka akan memutuskan untuk menikah. Biarlah itu bukan urusanku, mereka adalah dua orang dewasa yang sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar. "Bagaimana keadaan Queena?" Tanya William saat aku hendak pulang. "Alhamdulillah sehat dan baik," jawabku. Sejak kejadian Yuanita melihatnya memeluk Queena dan dia marah-marah tidak jelas itu, William lebih banyak menahan diri. Dia tak lagi ingin dekat dengan Queena. Ditambah lagi aku dan istriku pergi ke luar kota, pindah ke rumah Mama dan Papa dalam beberapa bulan. Kupikir, membuat kedekatan Queena dan William tak lagi seperti dulu. "Mau ke sana, kita tengok Mama dan bayinya." Yuanita datang menghampiri kami dengan sebuah usulan. "Kamu mau?" Wil

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Tiga

    Pesona Istri Season 3 Aku terbangun saat terdengar suara azan dari ponselku. Malam tadi kami masih tidur dengan nyenyak, Queena juga tidak membangunkanku. Bayi kami pun tidak di bawa ke sini. Perawat bilang, bayi yang baru lahir tidak langsung lapar dan ingin menyusu dari mamanya saat kutanya apa bayi kami tak kelaparan. Aku segera bangun, membersihkan diri dan sholat subuh, setelah itu membangunkan Queena. "Sayang, mau mandi gak?" Tanyaku sambil mengecup keningnya. "Sudah jam berapa?" Queena bertanya. "Jam lima lewat." Queena terlihat susah payah saat ingin bangun dari posisinya. Tentu saja, pasti dia masih kesakitan di bagian intimnya. "Ayo abang bopong," kataku sembari mengambil posisi hendak mengangkat tubuhnya. Queena menatap padaku. "Iya deh," sahutnya sambil memamerkan barisan giginya. Kenapa tak minta tolong saja dari tadi. Dengan hati-hati, kuangkat tubuhnya dan kubawa ke kamar mandi. "Mau dimandiin?" tanyaku. "Apaan sih Abang, aku bisa mandi sendiri." Dia menolak

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Dua

    Pesona Istri Season 3 POV Nata Wajah lelah namun tampak bahagia itu tersenyum bahagia saat menatapku. Aku baru saja mengazani bayi kami yang ada di ruang bayi. Sedangkan Queena masih berada di ruang bersalin tadi saat aku tinggalkan untuk melihat bayi kami. Queena melahirkan tanpa persiapan, kami sedang asyik jalan-jalan di mall tapi tiba-tiba dia pecah ketuban. Lalu saat di bawa ke rumah sakit ternyata sudah pembukaan 4 dan semua berjalan dengan cepat. "Bukannya anak pertama katanya perlu lama kontraksi untuk pembukaan." Itu yang aku tanyakan pada dokter saat dikatakan Queena sudah siap melahirkan. "Aku udah mulas dari kemarin, Abang. Tapi aku tahan, makanya tadi sengaja aku ajak Abang jalan-jalan biar rasa sakitnya teralihkan." Ah, Queena, ada-ada saja. Kuat juga dia menahan rasa sakit itu. Tapi mungkin aku dan kedua mertuaku akan jauh lebih khawatir jika tahi sejak kemarin dia mulas tapi bayi baru lahir hari ini. Kembali kukecup kening Queena yang sudah berada di atas kursi

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Satu

    Pesona Istri Season 3POV Hulya Pengantin baru, rumah baru. Begitu pulang dari hotel, aku hanya menginap di rumah Papa dan Mama dua malam. Lalu hanya semalam berada di rumah mertuaku, kemudian suamiku langsung membawaku pergi ke rumah yang dia inginkan untuk menjadi tempat tinggal kami. Sejauh ini, keluarga mertuaku semuanya baik dan sayang padaku. Termasuk adik iparku yang merupakan adik Mas Aslam. Mereka hanya dua bersaudara. Pantas saja kalau suamiku itu begitu memanjakan adik perempuannya. Aku hanya bisa menurut saat Mas Aslam mengajakku tinggal berdua saja, dia memilih rumah minimalis modern untuk menjadi tempat tinggal kami. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja denganmu, di rumah yang tak terlalu luas sehingga aku bisa selalu melihat keberadaanmu setiap saat. Selain itu, agar kamu tak kesepian jika sendiri karena rumah tak terlalu besar." Itu yang dikatakan Mas Asalm saat pertama kali kami menginjakkan kaki di rumah ini. Terhitung sudah satu minggu kami tinggal

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus

    Pesona Istri Season 3 Suasana pagi terasa mulai ramai oleh orang-orang yang hendak pergi bekerja. Dengan senyum lebar, aku menanti kedatangan moda transportasi umum yang sangat ingin aku coba, kereta listrik. Aku dan Mas Aslam akan naik kendaraan umum itu berbarengan dengan orang-orang yang berangkat ke kantor. "Senangnya akhirnya kita bisa naik kereta ini bareng," ucapku seraya menatap ke arah lintasan kereta. Menunggu alat transportasi tersebut datang. "Kenapa harus di jam segini sih, lihat ramai sekali. Kita ini baru menikah, harusnya bersantai di hotel menikmati kebersamaan bukannya malah ikutan berdesakan dengan para karyawan," omel Mas Aslam.Sebenarnya dia tak setuju aku melakukan ini saat ini, khawatir masih lelah setelah kemarin kami sibuk di acara pernikahan. "Ini letak serunya, ikutan berdesakan dengan penumpang lainnya. Kalau sepi mana seru, biar tahu bagaimana hidup sulit," jawabku sekenanya. Mas Aslam hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataanku. "Memangnya gak

DMCA.com Protection Status