Pesona Istri Season 3POV Atma Aku menyempatkan untuk melihat Bani dulu sebelum pulang, dia nampak termenung di tempat kami tadi berbincang, setelah tak aku temukan keberadaannya tadi di kamarnya. Ah, Bani … kenapa kali ini kamu terlihat rapuh sekali? Padahal biasanya kamu tidak begini? Kamu terlihat kuat dengan bersikap semaunya, meski tetap patuh pada perkataan Kyai Bashori. Sayangnya saat ini kebetulan Bapak Kyai sedang pergi umroh, jadi tidak ada yang merangkulnya laksana ayah yang akan menenangkan anak itu. "Bani!" Anak itu menoleh cepat, lalu terlihat mengusap pipinya. Apakah Bani sedang menangis? "Kamu nggak ngaji? Kan yang lain pada setor hapalan," ujarku, lantas dengan santai menempati tempat kosong di sebelahnya. Persis seperti tadi saat kami berbincang. "Malas, Ustadz" jawab Bani tanpa beban. "Wuih, bisa ya jawabannya malas?!" kekehku menatap langit sore yang begitu cerah. Hawa panas masih menyengat dari Sang Raja Siang, teredam oleh sepoi angin yang berhembus. Beb
Pesona Istri Season 3POV Atma Selapas Maghrib, aku baru sampai rumah. Gara-gara berhati sebentar berbicara dengan Ustadz Fatimah, membuat perjalanan sampai ke rumah sedikit terlambat. Bahkan satu menit saja bisa merubah banyak hal. Tadi, setengah perjalanan, azan Maghrib berkumandang sehingga aku memutuskan untuk menepi di sebuah masjid dan solat Maghrib terlebih dahulu. "Abang!" Sapaan Zitni menyambangi pendengaran saat aku membuka pintu kamar. Dengan penuh rasa rindu, langkahku terayun mendekat padanya yang tengah bersandar di kepala ranjang. Tangannya yang tadi memegang ponsel, terangkat menyambut suaminya ini pulang. Aku langsung pergi ke rumah mertua karena tadi Zitni bilang sudah pulang diantar Hulya. "Abang kenapa tinggalin aku di kamar sendirian, sih," rengeknya, bibirnya terlihat mengerucut."Maaf, Sayang, ada hal darurat terjadi di pesantren," ucapku sambil memeluk tubuh yang selayaknya candu bagiku itu. Aroma manis dan menenangkan saat mendekap raganya, menjadi penawar
Pesona Istri Season 3POV Atma Gara-gara kejadian obrolan di rumah Mama dengan Nata waktu itu, Zitni mendadak sensitif, dia pikir aku akan benar-benar berpoligami. Sekarang, aku jadi agak berhati-hati. Sensi membuatnya jadi mudah menangis meski itu hanya masalah kecil. Seperti ketika terlambat pulang ke rumah, aku langsung dicecar dengan berbagai pertanyaan. Sampai-sampai aku bingung mau menjawab yang mana dulu. Lebih salah lagi kalau aku diam saja, Zitni akan merajuk bahkan menangis. Duh, serba salah sekali. Karena itu, aku mengupayakan selalu memberi kabar kalau pulang terlambat ke rumah. Rumah di pagi hari begitu damai. Zitni masih berbaring di kamarnya. Semalam ia mengeluh sakit pada kandungannya. Jadi, aku memintanya untuk beristirahat. Libur kuliah sehari tak masalah. Kamu terus tinggal di rumah orang tua Zitni sejak ada Nata. Aku mulai sibuk dengan urusanku sendiri dan kurang perhatian perkembangan hubungan Hulya dengan Aslam. Pernikahan mereka akan di langsungkan enam bulan
Pesona Istri Season 3Aku menggandeng tangan Zitni ketika kami berjalan-jalan di area kuliner. Ada banyak jajanan dan pedagang masakan. Aku bisa melihat wajah Zitni yang sumringah melihat banyak makanan.Bidadari surgaku itu menunjuk ke arah kios yang menjual Bakmi Jawa. Kami pun menghampiri pedagang tersebut. Di sana ada seorang wanita berhijab biru sedang menunggu pesanan. Ketika berbalik, aku mendadak tak bisa bergerak. Kenapa seharian harus tak sengaja berpapasan dengan wanita itu? Memangnya dunia ini hanya selebar daun kelor? Dia lagi dia lagi. "Loh, ada Ustadz Atma," sapanya, masih dengan wajah ramahnya yang menawan.Itu kalau aku masih jomblo, pasti akan tertarik. Masalahnya aku sudah menggandeng istriku. Dan, Ustadzah Fatimah melihatnya. "Hai, saya ngajar di pesantren yang sama seperti Ustadz Atma." Ia mengulurkan tangan kepada Zitni.Aku menoleh, melihat reaksi Zitni. Tak kusangka ia tersenyum. "Hai, saya ini istrinya Abang Atma."Mereka memang belum berkenalan secara langs
Pesona Istri Season 3 POV Atma Aku mengantar Zitni ke kampusnya. Lalu, memutar haluan ke arah pesantren. Memang berlawanan arah, tapi aku khawatir kalau Zitni membawa mobil sendiri seperti kebiasaannya sebelum menikah. Tidak akan aku biarkan Zitni melakukan itu. Sangat beresiko untuk kehamilannya.Setiba di halaman parkir, aku kembali dihadapkan pada situasi sulit lainnya. Datang siang salah, datang pagi pun harus bertemu Ustadzah Fatimah. Mengapa hidupku aku diperhadapkan pada situasi sulit? Aku tak ingin mengkhianati Zitni walau hanya sekadar memandangi wajah wanita lain. Karena itu, aku menunggu Ustadzah Fatimah selesai memarkir motornya, lalu melewati mobilku. Ia melangkah lambat sekali seperti keong. Memang anggun, tapi ... dibandingkan Zitni, istriku itu sangat atraktif, dan aku menyukainya. Ah, apa yang aku lakukan? Meski membandingkan hal bagus, tetap saja aku tak boleh membanding-bandingkan istriku, kan?Aku segera turun setelah wanita itu sudah tak terlihat pandanganku. R
Pesona Istri Season 3POV Atma Ketika akan keluar dari dalam kantor, pemilik pesantren tiba-tiba muncul. Beliau memang sudah pulang dari tanah suci. Tumben sekali. Biasanya aku jarang melihatnya di kantor. "Mau ke mana buru-buru, Atma?" tanya Kyai Bashori, menghampiri, lalu meneliti dari atas sampai bawah."Begini, Pak Kyai ... saya sudah janji sama istri saya buat jemput makan siang."Haji Bashori mengangguk. "Bisa kagak kamu tunda dulu? Ana ada urusan sama Nak Atma.""Haduh, urusan apa itu, Pak Kyai?""Nanti ikut sama saya, ya. Ustadzah Fatimah juga."Haduh celaka! Niat hati menghindar, sekarang kenapa aku dijebloskan lagi dalam situasi sulit?Aku melirik Ustadzah Fatimah sekilas. Terlihat ia berdiri sambil membereskan barang-barangnya. Aku menarik napas, lalu mengembuskannya perlahan. "Saya telepon istri dulu, Pak Kyai.""Ya, ya."Aku ingat memang Ustadzah Fatimah memiliki hubungan yang dekat dengan Kyai Bashori. Lalu untuk apa mereka berdua ingin bicara denganku. Panggilanku d
Pesona Istri Season 3 POV AtmaMenggoda Zitni tidak membuatnya menjadi baik-baik saja ternyata. Ia masih kesal. Ketika kami pulang ke rumah, ia mengunci pintu kamarnya.Apa lagi sekarang?Aku langsung mengiriminya teks WhatsApp. Ia membalasnya dengan hanya 'apa' dan emot kesal. Kembali aku menjawabnya dengan bertanya 'kamu kenapa', tapi ia tak lagi membalas. Zitni keluar dari kamar membawa bantal dan selimut, lalu memberikannya kepadaku. "Tidur di sini, aku mau sendiri dulu!"Aku cepat-cepat menahan lengannya ketika berbalik pergi. "Cerita sama Abang apa yang kamu rasakan? Aku nggak paham, dan akan berusaha paham kalau kamu ngomong."Zitni menurut. Ia mengharapkan wajahnya, lalu tersenyum tapi kecut. "Aku memang cemburu, Bang. Di mana-mana wanita itu muncul, bahkan di kampus aku juga muncul dia. Mana bareng Abang lagi perginya!" Dia mengulang apa yang tadi dia katakan di kantin."Bareng Pak Kyai." Aku meralatnya agar dia lebih objektif."Ya, tapi tetap kalian bareng, kan?" Dia menge
Pesona Istri Season 3Beberapa hari terakhir merupakan hari tenang untukku. Hal ini disebabkan banyaknya pekerjaan. Aku harus mengajar beberapa kelas di pesantren karena Ustadz Husein sakit. Sampai jam dua, aku harus memenuhi permintaan rektor di kampus Zitni untuk mengajar satu mata kuliah di sana. Jadi, sehari-harinya aku tak sempat masuk ke kantor. Bahkan untuk mampir ke kantin saja tidak bisa. Untung Bi Asih sudah kembali dari kampung halamannya. Hanya saja Ibu dan Ayah belum, sepetinya mereka menikmati liburannya. Aku juga sudah memberi usulan kepada Kyai Bashori mengenai ruangan kantor ustadz dan ustadzah. Katanya, memang belum ada ruangan lain untuk hal itu. Lagi pula bukankah sangat jarang ustadz dan ustadzah berkumpul di ruang kantor bersamaan. Aku ingin menjawab, justru karena itu aku jadi sungkan. Namun, aku terpaksa menelan kata-kataku itu. Lagipula jarak meja satu dengan yang lain cukup jauh. Memang tak semudah itu membangun gedung baru. Tidak semua santri di sini diken