Semua Bab Tukang Bakso Jadi Miliarder: Bab 51 - Bab 60

97 Bab

51-Pertolongan

Hujan sudah mulai rintik-rintik lagi, membasahi jalanan tanah yang sudah licin sejak siang tadi. Langit semakin gelap, awan tebal bergelayut rendah, menutup segala sisa cahaya senja. Di jalanan sepi pinggir hutan, ban mobil mereka mulai terlihat basah."Sial! Kita benar-benar terjebak!" ujar Burhan, mencoba menyalakan mesin dan menginjak gas, tapi hanya suara dengungan roda yang berputar tanpa hasil.Desy yang duduk di kursi penumpang menggigit bibirnya cemas. "Apa yang kita lakukan sekarang? Tidak ada sinyal di sini, dan... aku tidak melihat satu pun kendaraan sejak tadi.""Kita turun lagi, lihat kondisinya," usul Mara, yang duduk di kursi belakang. Mereka bertiga keluar, kaki langsung terbenam dalam lumpur yang lengket dan licin.Mobil itu memang terbenam di dalam lumpur dan betul-betul tidaak bisa menolong dirinya, memperlihatkan bagaimana roda belakang benar-benar terperosok ke dalam lubang yang cukup dalam. Okok Keang menghela napas. “Kita butuh bantuan, tapi dari mana?”Desy mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

53-Menginap Di Tepi Sungai

Burhan menekan pedal gas, membuat mobil Hilux 4x4-nya itu meraung melawan beban jalanan yang semakin buruk. Ban depan tergelincir sebentar sebelum kembali menggigit tanah becek yang lunak.Hujan sejak siang tadi hanya membuat kondisi makin parah, menciptakan genangan yang menipu dan lubang-lubang kecil yang bisa berubah menjadi jebakan mematikan jika tak diwaspadai."Sial! Jalannya makin nggak bisa ditebak!" Burhan menggerutu, tangannya erat menggenggam kemudi."Tenang, Han. Kita hampir sampai," sahut Kazimir, yang duduk di kursi penumpang, dengan suara yang berusaha terdengar optimis meski nada cemasnya tak bisa disembunyikan.Burhan menatap langit yang sudah mulai memerah keunguan. Waktu semakin menipis, dan mereka belum juga sampai di dermaga. Mobil berguncang hebat ketika melewati lubang besar, membuat Yudi hampir membentur atap mobil."Awas, pelan sedikit! Kita nggak bisa ngebut di jalan kayak gini!"Burhan mendengus. "Kalau kita nggak ngebut, kita nggak bakal sampai sebelum mala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

54-Hujan, Dekap, dan Bisikan Terlarang

Hujan deras menari di atas atap mobil, menciptakan simfoni yang memenuhi malam yang gelap. Udara di dalam mobil terasa hangat meskipun mesin mati, dan setiap hembusan napas membentuk embun tipis di kaca jendela yang sedikit terbuka.Ghenadie duduk di sudut, bahunya menempel pada Desy yang hanya berjarak beberapa senti. Mereka tidak punya pilihan lain, tempat berlindung satu-satunya dari badai adalah di dalam mobil sempit ini, bersama dengan beberapa anggota rombongan lain yang sudah terlelap dalam posisi yang tidak nyaman.“Dingin?” Ghenadie berbisik, suaranya hampir tenggelam oleh suara hujan.Desy menggeleng perlahan, tapi bibirnya melengkung nakal. “Enggak... malah agak panas.”Tangannya yang ramping menyusuri lengan Ghenadie dengan sentuhan nyaris tak terasa. Kulit mereka bersentuhan, mengirimkan sengatan halus yang menjalar hingga ke tengkuknya.Ghenadie menelan ludah, mencoba mengalihkan pikirannya dari kehangatan yang menggoda itu.Dia harus menahan diri. Ini tidak boleh terjad
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

55-Hasrat Tersalurkan

Hujan deras turun dari langit malam yang gelap pekat, membasahi jalanan berbatu di depan mobil mereka yang parkir. Desy dan Ghenadie duduk sangat rapat, mereka saling mengelus dan meremas dangan intens.Ghenadie, nama yang selalu terpatri di hatinya, tengah berjuang menahan hasrat yang begitu menggebu, namun begitu nyata dalam dekapannya.Dia merasakan benda itu keras, tetapi kenyal. Membuat dirinya terasa ingin menggigitnya, tetapi dia tidak punya pengalaman untuk melakukannya. Dia sungguh seorang gadis yang tidak pernah bergaul terlalu bebas.Memang pacaranya Reaza sudah beberapa kali meminta, tetapi Desy tidak mau. Dia hanya membantu laki-laki itu untuk mencapai hasratnya, tanpa perlu memasuki dirinya.Meskipun harus di akui, beberapa kali dirinya hampir tidak tahan. Sehingga pengalamannya dengan Ghenadie tidak terlaalu mengejutkannya lagi, karena pacarnya Reza telah beberapa kali meminya di puaskan, tanpa penetrasi.Desy menghela napas panjang, lalu dengan gerakan lambat, ia menge
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

36- Misi Terakhir Kazimir

Di tengah gelapnya hutan yang lebat, meskipun matahari telah tinggi, pertempuran antara Kazimir dan Ghenadie melawan Otong berlangsung sengit. Meskipun mereka berdua mengeroyoknya, Otong seperti monster yang tak terkalahkan.Setiap serangan Kazimir selalu berhasil ditangkis, sementara Ghenadie hanya bisa menyerang dari samping untuk mengalihkan perhatian lawan. Namun, taktik itu hampir tak membuahkan hasil, mereka berdua hanya bisa bertahan dengan susah payah, terus-menerus menghindari maut yang seakan mengintai di setiap serangan.Kazimir mulai kehabisan napas, sementara Ghenadie sudah terluka cukup parah. Otong pun tak luput dari luka, napasnya memburu dengan darah yang mulai mengalir dari tubuhnya, namun matanya masih menyala dengan amarah yang tak padam.Meskipun dia orang kampung, tetapi bela dirinya hanya pas-pasan saja. Tanah di bawah mereka telah terciprat darah, pertanda betapa lamanya pertarungan ini berlangsung.Kazimir berusaha mengatur strategi, matanya menyapu medan pert
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

56-Insiden Kecil

Embun pagi masih menempel di dedaunan ketika rombongan Okok Keang sudah bangun dari tidur mereka di dermaga sungai itu. Angin berembus sepoi-sepoi, membawa aroma air sungai yang bercampur dengan bau kayu basah dari dermaga tua.Ombak kecil bergulung lembut di permukaan air, menciptakan irama alami yang menenangkan, tetapi tidak cukup untuk mengusir kantuk dan kelelahan yang masih menggelayuti sebagian besar anggota rombongan.Ghenadie dan Desy berdiri sedikit terpisah dari yang lain. Meskipun mereka mencoba terlihat biasa saja, ada sesuatu dalam ekspresi mereka yang tampak janggal, terutama ketika pandangan mereka saling bersirobok.Desy beberapa kali menyentuh rambutnya, seolah ingin memastikan semuanya rapi, sementara Ghenadie lebih sering melirik ke bawah, sibuk dengan kopinya. Seakan-akan ada sesuatu yang ingin mereka sembunyikan, namun tak bisa sepenuhnya ditutupi.Okok Keang, pemimpin rombongan mereka, duduk di salah satu kayu dengan mata setengah terpejam, menggenggam cangkir k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

57-Harga Makanan Seperti Di Antartika

Feri tersebut akhirnya merapat di dermaga kecil yang sepi. Okok Keang menghela napas lega saat kendaraan mereka mulai bergerak menjejak tanah seberang. Udara panas berembus malas, membawa aroma sungai yang bercampur bau kayu lapuk dan solar.Burhan di kursi depan hanya diam, matanya menelusuri jalan setapak yang membentang di depan mereka."Pastikan semua sudah di dalam?" tanya Okok, menoleh ke belakang."Semua lengkap, bos," jawab Hovek, salah satu anggota rombongan. "Dompet masih utuh, feri sudah dibayar lunas. Lima ratus ribu, padahal perjalanan cuma 30 menit."Burhan tertawa kecil. "Harga mahal untuk kenyamanan yang nihil."Mobil kembali melaju, melewati jalanan yang meski sudah dikeraskan, tetap saja bergelombang. Ban kendaraan memuntahkan debu ke udara, menciptakan awan tipis yang menutupi pandangan sesaat.Di dalam mobil, suasana mulai memanas. Seorang perempuan bernama Yuni bersandar di jendela, memainkan rambutnya dengan gelisah."Kita sebenarnya mau ke mana, sih?" tanyanya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

58-Menuju Kota Berikutnya

Setelah melalui perjalanan yang berat di jalan berbatu dan berlubang, rombongan Okok Keang akhirnya tiba di kota berikutnya saat senja mulai merayap di cakrawala.Jalanan di sini jauh lebih baik, aspalnya mulus dan tanpa lubang, memberikan harapan baru bagi mereka untuk menyelesaikan perjalanan panjang menuju kota tujuan.Okok Keang segera memanfaatkan akses internet yang stabil untuk mengambil tabungannya. Sementara itu, Burhan dan kawannya bersiap untuk berpisah. Mereka harus kembali, dan perjalanan mereka berakhir di sini."Dua puluh juta, sesuai kesepakatan," kata Burhan, menyodorkan tangan.Okok Keang mengeluarkan uangnya, menghitungnya dengan teliti sebelum menyerahkan ke Burhan. "Terima kasih atas perjalanan sejauh ini. Semoga kita bertemu lagi di kesempatan lain."Burhan menerima uang itu dengan anggukan. "Hati-hati di perjalanan. Jalan di depan mungkin mulus, tapi bukan berarti tanpa bahaya."Mereka berjabat tangan, begitu juga dengan anggota rombongan lainnya. Sementara itu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

59-Ghenadie Belajar Bela Diri

Langit sore memerah ketika Pak Anton akhirnya memeluk putranya, Ghenadie. Pelukan itu erat, penuh kelegaan dan kebahagiaan setelah berbulan-bulan pencarian.Namun, di balik kebahagiaan itu, ada sesuatu yang bergemuruh di dalam hati Ghenadie."Ayah... ada sesuatu yang harus aku katakan," suara Ghenadie bergetar. Napasnya berat, seperti tengah membawa beban yang tak terkatakan.Pak Anton melepaskan pelukannya perlahan, menatap putranya dengan cemas. "Apa itu, Nak? Katakan saja. Ayah akan mendengarkan."Ghenadie menelan ludah, tangannya mengepal. "Aku... aku menyukai Desy. Tapi masalahnya... dia sudah punya pacar, Reza."Sejenak keheningan menyelimuti mereka. Pak Anton menghela napas. "Ghen, kamu yakin dengan perasaanmu?"Ghenadie mengangguk. "Tapi bukan itu yang membuatku takut, Ayah. Desy sendiri ingin meninggalkan Reza. Katanya Reza pemarah, suka memaksa, dan egois. Aku tidak bisa tinggal diam saat melihatnya terluka..."Pak Anton terdiam. Ia sedikit banyak tahu sifat Reza, dari cerit
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

60-Mengubah Taktik

Reza tersenyum manis saat melihat Desy, tapi di balik senyum itu, hatinya dipenuhi rencana yang tak seorang pun boleh tahu. Jika dulu dia mengandalkan amarah, sekarang dia bermain dengan kepura-puraan.Dan Desy? Dia terlalu polos untuk menyadari bahwa orang yang dikiranya 'telah berubah' justru menyiapkan kehancuran untuknya."Reza, kamu benar-benar berubah," kata Desy sambil tersenyum. "Aku nggak nyangka kamu bisa setenang ini sekarang."Reza mengangkat bahu, matanya menatap Desy dengan lembut. "Waktu mengubah banyak hal, Des. Aku sadar, aku nggak bisa terus-terusan hidup dalam kemarahan. Aku ingin jadi orang yang lebih baik."Desy menatapnya dengan penuh harapan. "Aku senang dengar itu, semoga kamu bisa berubah selamanya,” nujar Desy.Meskipun dalam hati Desy sudah memutuskan akan meninggalakn Reza, dia telah terlanjur jatuh cintya kepada Ghnadie, karena selain dia tmpan juga masa depannya cerah. Dia juga baik, sabar dan penuh kasih sayang.Berubah, kata Reza di dalam hatinya. Kata
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status