Home / Urban / Tukang Bakso Jadi Miliarder / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Tukang Bakso Jadi Miliarder: Chapter 71 - Chapter 80

96 Chapters

71-Bayangan di Balik Bayang

Bayangan malam merayap perlahan, membungkus jalanan ibu kota dengan keheningan yang ganjil. Kota yang biasanya hiruk pikuk bahkan hingga dini hari kini terasa seperti ditelan sesuatu yang tak kasatmata.Jalanan tempat tubuh Jaksa Dharmawan ditemukan tadi sore masih disterilkan. Garis polisi telah ditarik, namun tak ada satu pun wartawan yang diperbolehkan mendekat.Ghenadie berdiri di balik bayang-bayang pohon mahoni besar. Ia tak bergerak, tapi tubuhnya benar-benar tak terlihat. Ini bukan trik sulap atau teknologi canggih. Ini adalah warisan ilmu dari gurunya yang legendaris, ilmu Sokollimun atau menghilang dari Kalimantan.Ilmu tinggi yang memungkinkannya menyatu dengan ketiadaan.Dia mengamati dari kejauhan saat dua truk militer datang. Dari dalam, keluar sepasukan bersenjata lengkap dengan emblem khusus di lengan kiri mereka. Bukan pasukan biasa.Mereka adalah bagian dari unit rahasia pemerintah yang hanya bergerak untuk misi-misi kelas satu.“Apa sudah dipastikan ini TKP-nya?” ta
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

72-Bayangan Ashikaga

Kabut pagi menyelimuti hutan Kalimantan seperti selimut bisu yang menyembunyikan rahasia dunia. Udara terasa lembab dan sunyi, hanya suara gemerisik daun dan sesekali cicitan burung terdengar samar.Di tengah rimba belantara itu, berdirilah seorang pria tua dengan mata setajam pedang, mengenakan pakaian lusuh dari kain kasar, namun aura yang memancar darinya tak bisa disangkal: ini bukan pria biasa.Namanya Mr. Storu, nama yang terdengar aneh bagi lidah lokal, namun mengandung sejarah panjang yang terpendam. Dahulu kala, ia adalah ninja elit dari Dinasti Aman Keshogunan Ashikaga, dilatih untuk menjadi senjata hidup.Namun, saat negeri itu dipenuhi perang saudara, tipu daya, dan kebrutalan yang dibungkus kehormatan, Mr. Satoru memilih jalan lain.Ia melarikan diri ke Nusantara, menemukan kedamaian di Kalimantan, jauh dari darah dan bayang-bayang masa lalu. Di sinilah ia bertapa, menyatu dengan alam, hingga tubuhnya nyaris tidak menua. Tak ada yang tahu berapa usianya. Mungkin ratusan t
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

73-Pelindung Para Koruptor Musnah

“Serahkan padaku!” teriak Ghenadie. Ia melompat dan mengayunkan tangannya, menciptakan gelombang energi yang membelah tanah. Namun makhluk itu menangkisnya, dan menyerang balik dengan pukulan yang menciptakan kawah di tanah.Mr. Satoru melompat ke udara dengan kecepatan yang mustahil bagi usianya, dan mendarat di atas bahu makhluk itu, menancapkan jarinya ke titik tertentu di lehernya.“Teknik Pemutus Roh,” bisiknya.Makhluk itu mengerang, tubuhnya bergetar, lalu roboh seketika.“Kau... masih menguasai teknik itu?” tanya Ghenadie kagum.“Ilmu kuno tak akan pudar, selama niatnya tetap murni.”Mereka terus melangkah ke dalam, hingga mencapai sebuah dataran tinggi, di mana sebuah gerbang batu raksasa berdiri. Di atasnya tertulis dalam aksara kuno: Gerbang Dunia Bawah.“Segel Hitam ada di balik sana,” kata Ghenadie.“Tapi kau belum siap membukanya,” jawab Mr. Storu. “Jika kau buka sekarang, dan kau tak kuat... kau bisa hancur.”“Aku tidak sendiri,” balas Ghenadie, menatapnya. “Kau bersama
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

74-Melintas Kabut Malam

Tubuh Ghenadie melesat menembus langit malam, seolah angin malam tak sanggup mengejarnya. Suara ledakan kecil terdengar sesaat ketika dia melewati penghalang kecepatan suara, menciptakan gelombang kejut yang menggetarkan awan tipis di atas kota.Namun dia memperlambat laju tubuhnya begitu mendekati pinggiran kota, tidak ingin menimbulkan kehebohan di antara penduduk.Dia mendarat ringan di area semi-urban, tempat menara BTS masih bisa menggapai sinyal. Lampu jalan temaram, dan hanya ada beberapa kendaraan melintas. Ghenadie segera membuka aplikasi ojek online di ponselnya.“Aku harus seperti manusia biasa,” gumamnya, setengah tersenyum.Dalam waktu singkat, sebuah mobil tua mendekat, suara knalpotnya parau dan kasar. Di atasnya, dua orang lelaki menatap Ghenadie dari balik kaca mobil mereka. Satu di antaranya memegang kemudi, yang lain duduk di kursi depaan, tampak gelisah.Ghenadie menyipitkan mata. Dua orang? Biasanya ojek mobil itu hanya berisi satu orang sopir. Tapi dia tidak ingi
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

75-Bayangan di Balik Emas

Denting halus hujan sore itu jatuh perlahan di atas atap mobil hitam yang parkir diam di bawah pohon mahoni tua. Jakarta tengah tenggelam dalam keremangan mendung yang pekat, seperti menyembunyikan rahasia kelam negeri ini.Di dalam mobil itu, Ghenadie memelototi layar laptop dengan rahang mengeras. Foto-foto satelit, catatan keuangan, jadwal perjalanan, semuanya berserakan di dashboard digital.Di sampingnya, Pak Anton, ayah Ghenadie, pria paruh baya dengan bekas luka memanjang di pipi kanan, merokok pelan tanpa berkata sepatah kata pun.“Aku masih nggak percaya… total kekayaan si bajingan itu hampir setengah APBN kita,” gumam Ghenadie, menahan amarahnya.Pak Anton menjawab tanpa menoleh. “Karena dia bukan sekadar pengusaha, anakku. Dia gurita. Tiap tentakelnya menjulur ke tambang emas, batubara, timah, minyak, dan perkayuan. Dan semua yang disentuhnya… jadi miliknya.”“Termasuk pejabat kita?” Desy masuk ke dalam mobil dari pintu belakang, jas hujan plastiknya basah kuyup. Di tangann
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

76-Tikam Jantung

Langit biru membentang di atas pegunungan tempat bendungan raksasa itu berdiri, seolah turut merayakan keberhasilan bangsa. Ratusan orang berkumpul, mulai dari pejabat tinggi hingga rakyat biasa, menyambut peresmian bendungan yang digadang-gadang akan menjadi tulang punggung irigasi dan listrik wilayah Timur.Di tengah-tengah panggung megah yang berdiri kokoh dengan tirai merah dan bendera berkibar, seorang pria berdiri gagah: Insinyur Budi Dharmawan, ST, pemborong utama proyek ini.Tubuhnya dilapisi rompi anti peluru yang nyaris tak tampak di balik jas abu-abu formalnya. Di sekelilingnya, lima bodyguard berkaca mata hitam berdiri tegap, mengawasi segala arah tanpa mengedip dengan alat komunikasi di telinga mereka.Di belakangnya, dua pasukan Paspampres turut berjaga, karena di acara ini, Presiden sendiri akan memotong pita peresmian.Namun, di antara lautan manusia dan keramaian yang tampak meriah, satu sosok berdiri tenang, tak terlihat mencolok. Wajahnya tersembunyi di balik kacama
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

77-Daftar Berdarah

Langit di kota itu tak pernah benar-benar cerah. Seolah mendung abadi menggantung, menekan dada orang-orang yang tinggal di bawahnya. Di balik gedung megah milik perusahaan pak Anton, seorang pria duduk di ruang kerja mewahnya.Ghenadie menatap bayangannya sendiri. Mata itu… tidak lagi memancarkan cahaya seorang pemuda biasa. Kini, ada nyala api dingin yang menyala di sana.Di tangannya tergenggam sebuah buku catatan kulit usang. Di halaman pertamanya tertulis satu kalimat dalam huruf tebal dan mencolok: DAFTAR YANG HARUS DIHAPUS.“Aku harus melakukannya, Pak Arif,” kata Ghenadie, saat mereka dalam perjalanan bersama pak Anton ke kantor pagi itu. Mobil hitam mereka meluncur pelan menyusuri Jalan Sudirman.Pak Arif, pria paruh baya yang telah menjadi pengawal sekaligus penasihat bayangan pak Anton selama ini, melirik ke arah kaca spion. Sorot matanya penuh khawatir.“Anak muda… kau bicara soal membunuh. Ini bukan main-main.”“Aku tak main-main,” jawab Ghenadie pelan tapi tegas. “In
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

78-Bertabrakan

Malam itu sunyi. Angin bertiup pelan membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang luruh. Rumah Pak Anton berdiri kaku di tengah pekarangan yang luas, temaram oleh lampu beranda yang sudah mulai redup.Kamera CCTV di sudut atas pagar rumah sesekali berkelip, menandakan aktivitasnya masih menyala. Tak ada suara, hanya desiran rumput yang bergesekan pelan, seperti menyembunyikan sesuatu.Dari arah kiri, seorang pria bertubuh tegap dengan jaket lusuh menyelinap di balik semak-semak. Matanya tajam memperhatikan gerakan di sekitar rumah. Itu Joko, dan dia tengah memburu seseorang, Pak Anton.Sementara dari sisi berlawanan, seorang pria lain dengan hoodie hitam, wajahnya sebagian tertutup masker, mengendap pelan. Namanya Reza. Dia sedang mencari Desy, dan dia punya alasan kuat percaya bahwa gadis itu pasti berada di dalam rumah Pak Anton.Tanpa mereka sadari, jalur pengintaian mereka bersilangan. Dan…"BRAK!"Dua tubuh saling bertabrakan di balik pohon mangga tua yang rimbun. Joko segera menc
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

79-Mendapat Upahnya

Panas mentari siang menyengat jalanan ibukota, namun ketegangan yang merayap di dada Reza dan Joko membuat suhu udara tak lagi terasa. Mereka melangkah cepat ke kantor polisi sektor tengah, ke tempat sahabat akrab mereka, Kompol Wirya, yang sedang bertugas.Wajah Reza penuh ketegasan, sedangkan Joko berkeringat meski ruangan ber-AC."Ada yang harus kau dengar, Wirya," ucap Reza tanpa basa-basi.Kompol Wirya menoleh, membuang senyum formalitas, lalu bangkit dari kursinya. “Masuklah. Tutup pintunya.”Begitu pintu ditutup, Joko membuka map dari dalam tasnya dan menghamparkan beberapa lembar bukti foto.“Pak Anton dan anaknya, Ghenadie, menyembunyikan seorang wanita bernama Desy. Kami yakin, dia tidak tinggal di sana atas kemauannya sendiri,” tegas Joko.Kompol Wirya menatap foto-foto itu, lalu mencondongkan tubuhnya. “Kalian sadar ini tuduhan berat?”“Desy mantan pacar ku. Tapi setelah hubungan mereka putus, dia menghilang. Kami curiga dia disekap,” jawab Reza.Diam sesaat. Lalu sesuatu
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

80-Jejak yang Menghilang

Hujan turun tipis di atas atap rumah itu. Suara rintiknya mengalun pelan, mengiringi detak jam dinding yang seolah melambat. Ghenadie duduk di ruang tengah dengan pandangan tajam menatap layar laptopnya.Pencarian terakhirnya nihil. Tak ada jejak, tak ada alamat. Joko dan Reza seperti lenyap ditelan bumi.Tangannya mengepal. Rahangnya mengeras. Api amarah di dadanya makin menyala. “Mereka harus dilenyapkan,” bisiknya lirih, tapi penuh tekad. “Mereka adalah duri dalam daging. Dan aku tidak akan membiarkan mereka menghalangi pernikahanku dengan Desy.”Desy... Gadis itu kini berada di dalam rumahnya. Sudah lama ia dilindungi dari dunia luar, terutama dari Reza, lelaki keji yang dulu hampir merenggut kehormatannya.Sekarang Reza malah bekerja sama dengan Joko. Joko, pengkhianat berhati licik, yang dulu menguasai perusahaan Pak Anton, ayah Ghenadie, dengan cara-cara kotor. “Satu mencoba memperkosa kekasihku,” gumamnya pelan. “Yang satu mencuri perusahaan keluargaku. Mereka berdua p
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status