Hujan gerimis mengguyur tanah berlumpur yang semakin dalam, seolah menguji batas kesabaran mereka. Mobil pertama bergerak pelan, roda belakangnya nyaris terpelanting saat melintasi lubang pertama.Tanah kuning melekat seperti perangkap, mengisap setiap putaran ban dengan rakus. Hanya satu kilometer dari Kampung Hyiang, dan jalan negara selebar empat meter itu sudah berubah menjadi medan licin, berlubang, dan bertingkat, seolah alam sengaja menertawakan usaha manusia untuk menaklukkannya.Di dalam kabin, Burhan mencengkeram setir hingga buku-buku jarinya memucat. "Ini baru awal," gumannya, matanya tak lepas dari jalur berlumpur di depan.Desy meremas jendela, "Kok baru mulai sudah begini? Ini beneran bisa dilewatin?"Ghenadie berkeringat dingin, "Kalau tidak, kita sudah mati sejak tadi."Okok Keang menghela napas, "Diam saja anak-anak, Orng kampung hanya punya jalan ini ke kota. Ini memang tidak mudah bagi yang pertama kali."Mobil kedua, yang dikemudikan oleh salah satu anggota rombon
Terakhir Diperbarui : 2025-03-29 Baca selengkapnya