“Ibu cari siapa, ya?” tanyanya lagi sambil menggerakkan daun pintu untuk dibuka lebih lebar. Mataku tidak lepas darinya. Wanita yang aku perkirakan seumur denganku, terlihat berpakaian biasa dengan tubuh sedikit gemuk dan berkulit gelap. Muncul asumsi lain. Siapa tahu ini teman Mas Ammar yang tidak aku kenal, dan suamiku kebetulan berkunjung. Namun, kalau berkunjung bukankah seharusnya berada di ruang tamu? “Sa-saya mencari mas, e … Pak Ammar,” ucapku dengan menggerakkan sedikit kepala ini, mencoba mengintip isi rumah. “Oh, mencari Pak Ammar. Silakan masuk dan duduk dulu,” ucapnya sambil mengerakkan tangan ke arah sofa berwarna hijau. Seketika aku mengernyit, sofa ini seperti yang ada di rumah dulu. Tahun lalu diganti dengan yang baru oleh Mas Ammar. Aku ingat benar, karena ada bekas sulutan rokok di bagian ujung kanan bawah. “Sofa yang lama aku kasih orang yang membutuhkan. Boleh, kan?” ucapnya saat itu. Ternyata ini maksudnya? Suamiku memang orang yang baik, sering berbagi denga
Baca selengkapnya