Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 311 - Chapter 320

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 311 - Chapter 320

460 Chapters

Bab 311. Askabima

“Mereka sepertinya berpencar saat tiba di pinggiran hutan sana!” ujar Askabima menujuk ke arah Utara. “Wajar saja jika beberapa orang dari Suku Simba yang bertemu dengan kami di hutan tadi sangat tegas dan langsung menyerang, rupanya karena kejadian kemarin hingga mereka langsung mewaspadai setiap orang asing yang melintas di kawasan pemukiman ini.” tutur Arya. “Maafkan atas sikap kasar yang dilakukan beberapa orang warga Suku Simba tadi terhadap kalian.” ucap Askabima mewakili beberapa orang Suku Simba yang menyerang Arya dan para sahabatnya tadi sore di kawasan hutan. “Tidak apa-apa kepala suku, setelah kami tahu apa yang telah terjadi di kawasan pemukiman ini sebelumnya kami pun memakluminya. Kami senang melihat para Suku Simba begitu kompak, hingga dengan begitu kalian akan kuat dan terbukti dapat mengusir kawanan pengacau yang memasuki kawasan ini.” puji Arya. “Kerajaan Angkasa itu berada di kawasan mana, Arya? Apakah dekat dari pemukiman kami ini?” tanya Askabima. “Sesuai n
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Bab 312. Melatih Suku Bima

Para lelaki Suku Dolo nampak sibuk memasang tenda yang akan mereka jadikan tempat berkumpul di depan halaman rumah yang luas milik kepala suku, sementara para perempuannya telah mulai memasak mulai dari nasi, lauk-pauk serta minuman yang akan disuguhkan untuk keperluan acara pesta panen nantinya. Dwira juga ikut membantu para perempuan Suku Dolo itu, karena hari itu dia merupakan bagian dari Suku Dolo yang diizinkan tinggal di pemukiman itu setelah mendapat persetujuan sebagian besar dari penduduk Suku Dolo. “Apakah acara semacam ini selalu diadakan setiap kali panen, Sima?” tanya Dwira yang ikut membantu memasak di bagian samping rumah Prawira. “Iya Dwira, kami selalu mengadakan acara syukuran setiap kali panen dan mendapat hasil yang berlimpah. Tradisi ini sudah ada sejak belasan tahun yang lalu, saat berdirinya Suku Dolo.” tutur Sima. “Apakah para lelaki Suku Dolo juga pintar dalam hal bela diri menghadapi jika musuh datang ke kawasan pemukiman ini?” tanya Dwira lagi. “Sejauh
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

Bab 313. Rencana Kedua Dwira

Acara makan siang bersama pun usai, Arya dan ketiga sahabatnya pun berdiri dari duduknya diikuti seluruh warga Suku Simba.“Para saudara Suku Simba semua! Sepertinya sudah saatnya pula kami mohon diri untuk melanjutkan perjalanan ke arah Utara sana, terima kasih untuk jamuan makan siangnya.” ucap Arya mewakili para sahabatnya.“Ya Arya, kami juga berterima kasih dan sangat senang bertemu dengan kalian. Jika suatu saat nanti kalian melintas kembali di kawasan pemukiman ini, jangan sungkan untuk singgah.” tutur Askabima mewakili para Suku Simba.“Tentu saja kepala suku, kami pasti akan singgah jika nanti melintasi kawasan pemukiman ini.” habis berucap Arya dan ketiga sahabatnya lambaikan tangan, kemudian meninggalkan kawasan pemukiman Suku Simba itu.******Acara pesta panen yang diadakan Suku Dolo siang itu sangat meriah, selain di sekitar halaman tempat kediaman kepala suku yang telah dipasang tenda-tenda tersedia berbagai jenis makanan dilengkapi minuman juga terdapat pertunjukan tar
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

Bab 314. Istana Peri Salju

“Sejauh ini kita para biksu belum dapat berbuat apa-apa untuk mencegah kejahatan serta ambisi Batara Durja menguasai negeri di atas awan, selain menjaga kuil ini yang memang belum mampu dimasuki para pasukan Kerajaan Angkasa. Tapi saya kuatir cepat atau lambat Batara Durja akan menemui cara untuk dapat masuk, dan itu sangat berbahaya!” tutur salah seorang biksu menunjukan rasa kecemasannya. “Amitaba...! Moga sang Budha selalu menjaga kawasan kuil suci ini.” ucap biksu pemilik kitab Telapak Budha itu. Sore yang cukup cerah itu dimanfaatkan Dwira dan para lelaki Suku Dolo untuk berlatih di lahan persawahan kering yang baru dipanen, setiap lelaki yang ingin berlatih telah membekali diri mereka dengan persenjataan yang tadi siang diminta oleh Dwira. Prawira sebagai kepala suku tidak ikut berlatih, dia hanya memantau para warganya yang ingin berlatih menggunakan senjata dan ilmu bela diri yang akan diajarkan Dwira. Hal pertama yang dilakukan Dwira meminta para lelaki Suku Dolo itu berla
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

Bab 315. Kecantikan Peri Salju

“Kira-kira apa ya yang terjadi di sana, yang mulia?” tanya Lestari. “Entahlah, Peri Ratu hanya meminta saya untuk turun mengawasi. Sekilas ia mengatakan, jika pihak Kerajaan Angkasa tengah berupaya menyusup kelompok-kelompok manusia penghuni negeri itu untuk melakukan tindakan yang dapat membuat kekacauan antar kelompok di sana. Jika itu benar adanya tentu saja tak bisa dibiarkan berlarut-larut, para penyusup itu harus ditumpas!” tutur Peri Salju. “Benar yang mulia, karena Negeri Peri merupakan negeri di bawah kekuasaan para Peri di negeri di atas awan ini. Jadi kapan rencananya yang mulia akan turun menyelidiki negeri itu?” tanya Lestari lagi. “Karena hari sudah semakin sore, sebaiknya saya ke sana besok pagi saja. Selama saya turun ke Negeri Peri, saya harap kalian bisa menjaga istana ini dengan baik. Jangan sampai lengah, karena setiap saat pihak Kerajaan Angkasa dapat pula menyusup ke istana ini!” tutur Peri Salju mengingatkan. “Yang mulia tenang saja, nanti saya akan beri tah
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

Bab 316. Memancing Naluri Membunuh

Peri yang telah menikah harus mengikuti dimana suaminya tinggal, dan itu telah menjadi ketentuan dari pimpinan segala Peri yaitu Peri Ratu. Banyak juga di antara Peri yang menjalin kasih dan menikah dengan manusia di Kerajaan-kerajaan negeri di atas angin itu, umumnya yang menjadi suami mereka adalah putra mahkota atau pangeran Raja sebuah Kerajaan. Pantangan hanya diberlakukan untuk para keturunan Peri yang hendak menjalin hubungan dengan kelompok yang dinyatakan dilarang, seperti Kerajaan Angkasa dan Kerajaan Siluman. Jika ada golongan Peri yang nekad menjalin hubungan dengan kelompok yang dilarang itu, maka Peri Ratu akan menjatuhkan hukuman berat kepadanya seperti kutukan atau dibuang dari negeri di atas awan. Sejauh ini telah banyak para pangeran Kerajaan negeri di atas awan yang berusaha merebut hati Peri Salju, namun tak satupun di antara mereka yang berhasil mendapatkan tempat di hati peri nan jelita itu. Para Peri yang memimpin di empat penjuru sering diundang di acara besa
last updateLast Updated : 2024-01-25
Read more

Bab 317. Malam Di Tepi Sungai

“Ya, kita memang harus tegas kepala suku. Kalau tidak kelompok atau suku lain yang hendak mengacau kawasan pemukiman ini akan leluasa, dan terus-menerus berusaha menaklukan kita di sini!” seru salah seorang dari lelaki Suku Dolo. “Jika hal itu sudah menjadi kesepakatan bersama, saya pun tak bisa mencegah dan musti menyetujuinya asalkan nanti jangan pernah ada di antara kita yang memulai terlebih dahulu perselisihan dengan kelompok atau suku lainnya.” pinta Prawira. “Baik kepala suku, kami berjanji takan memulai permusuhan dengan kelompok atau suku lainnya.” ujar mereka. “Nah, saya rasa pertemuan kita malam ini sudah cukup. Apakah ada yang di antara kalian yang ingin bertanya, mengenai tahap-tahap latihan yang ingin saya ajarkan?” para lelaki Suku Dolo menggelengkan kepala mereka. “Jadi kalian sudah mengerti semua?” sambung Dwira. “Sudah.” sahut mereka bersamaan. “Baiklah, sekarang kita sudahi pertemuan ini dan besok sore kembali kita berlatih.” tutur Dwira, kemudian secara bers
last updateLast Updated : 2024-01-25
Read more

Bab 318. Pertemuan Dwira Dan Dwinta

“Pasti sosok mu sangat disanjung dan dirindui orang-orang di negeri asalmu, apalagi kau telah banyak berbuat kebaikan pada mereka. Saya semakin faham sekarang, jika berbuat kebaikan akan jauh lebih baik dibandingkan berupaya membalaskan dendam.” ujar Dewa Bola Api yang sampai saat itu masih menaruh dendam pada prajurit Kerajaan Angkasa, yang telah membumi hanguskan pemukiman serta membunuh saudara-saudaranya. “Ya, berbuat kebaikan dan membela kebenaran merupakan kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang pendekar. Semua itu dilakukan bukan untuk mendapat sanjungan ataupun penghargaan, melainkan tuntutan hati nurani karena tak ingin melihat penindasan pada orang-orang yang lemah dan tak berdosa.” tutur Arya menambahkan. Malam kian larut hawa pun terasa lebih dingin, Arya dan kedua sahabatnya hentikan perbincangan mereka lalu mengikuti Benggala yang lebih dulu beristirahat di tepian sungai itu. Unggunan api masih menyala, aroma bekas ikan panggang pun masih tercium diterpa angin m
last updateLast Updated : 2024-01-26
Read more

Bab 319. Panglima Kerajaan Siluman

“Apakah kamu telah menghubungi salah seorang dari sahabat-sahabat kita itu?” tanya Dwita yang juga ikut memikirkan para sahabatnya itu. “Belum Dwita, sejak kita berpencar di kawasan sebuah hutan beberapa waktu yang lalu. Baik saya maupun salah seorang dari mereka belum ada yang menghubungi saya, saya kuatir terjadi sesuatu pada mereka.” tutur Dwira yang mulai cemas akan keadaan para sahabatnya itu. “Nanti malam coba kamu hubungi salah seorang dari mereka, paling tidak kita tahu keberadaan mereka saat ini di mana.” “Ya, nanti malam saya akan berusaha menghubungi mereka. Sekarang sebaiknya kita sudahi pertemuan kita ini, saya kuatir jika lama-lama meninggalkan kawasan pemukiman Suku Dolo mereka akan menaruh kecurigaan pada saya.” tutur Dwira. “Baiklah, sekarang kita kembali ke kawasan kita masing-masing. Jangan lupa nanti kabarkan kepada saya tentang kapan rencana itu akan kita laksanakan dan kabar tentang para sahabat kita itu!” ujar Dwita. “Ya, nanti saya kabarkan.” habis berucap
last updateLast Updated : 2024-01-26
Read more

Bab 320. Kawasan Pohon Sagu

“Baik yang mulia, apakah ada tugas lain yang harus hamba laksanakan?” tanya Panglima. “Tidak ada lagi, kau boleh kembali ke tempatmu! Jika ada berita dari Dwira, kabarkan pada saya segera!” tutur Durpa tersenyum kemudian melirik permaisurinya Durpi, permaisuri itu pun balas tersenyum. Panglima Kerajaan Siluman segera meninggalkan ruangan di mana Durpa di dampingi Durpi duduk di singasana, setelah memeriksa para pasukan dan pengawal di Kerajaan itu, Panglima beristirahat di tempat yang diberi khusus untuknya. ****** Setelah berancak dari tepian sungai sejak fajar menyinsing, Arya dan tiga sahabatnya tiba di kawasan di mana di sana banyak terdapat pohon sagu. “Kawasan hutan apa ini, pohon-pohon di sini aneh dan serupa semuanya?” tanya Benggala. “Ini bukan hutan melainkan semacam perkebunan, ini namanya pohon sagu. Saya yakin, tak jauh dari sini pasti ada pemukiman kelompok atau pun suku lain penghuni Negeri Peri ini.” tutur Arya sambil mengamati pohon-pohon sagu itu. “Memangnya a
last updateLast Updated : 2024-01-27
Read more
PREV
1
...
3031323334
...
46
DMCA.com Protection Status