Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 291 - Chapter 300

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 291 - Chapter 300

460 Chapters

Bab 291. Para Perempuan Misterius

Mereka berempat seakan tak merasakan hawa dingin dari deruan angin kencang yang selalu bertiup, sementara api yang mereka unggun tak mampu menyala besar karena ranting-ranting yang mereka tumpuk lama-kelamaan menjadi berembun akibat lebatnya hujan yang diterpa angin kencang. Walaupun demikian api unggun itu tak padam, ia tetap menyala meskipun nyalanya hanya sekedar dapat membuat ranting-ranting itu menjadi bara dalam waktu yang cukup lama. Saat mereka terjaga di pagi harinya, saat itulah hujan sudah tak lagi turun. Namun tetap saja akibat lebat dan lamanya hujan semalam, pagi itu nampak berkabut dan terasa dingin di kawasan pinggiran hutan tempat Arya dan ketiga sahabatnya beristirahat di bawah sebatang pohon. “Untung saja pohon besar ini cukup rindang hingga mampu menahan hujan lebat yang turun tadi malam, kalau tidak tentu badan kita akan basah kuyup.” tutur Benggala. “Ya, yang ditakutkan jika tembakau Dewa Bola Api basah kuyup akan susah kering karena pagi ini matahari belum ju
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

Bab 292. Ternyata Dijebak

“Beruang? Saya tak melihat sosok beruang sejak kamu ke luar dari sela-sela pepohonan itu, memangnya kamu dari mana sampai dikejar-kejar beruang?” tanya Arya. “Saya tadi mencuci pakaian di sebelah sana! Kemudian beruang itu muncul dari hutan itu hendak menerkam saya!” jawab perempuan itu. “Kamu sendirian saja mencuci pakaian di sungai ini?” tanya Arya lagi karena merasa heran. “Tadinya saya bersama teman-teman, karena pakaian mereka sudah selesai dicuci semuanya mereka pamit untuk pulang lebih dulu.” “Oh begitu? Jadi tak jauh dari sungai ini ada pemukiman rupanya, di sebelah mana pemukiman kalian berada? Biar kami antar kau pulang!” ujar Arya. “Di sana, di sebalik hutan itu!” perempuan cantik itu menunjuk ke arah hutan yang ada di pinggiran sungai. “Hemmm, saya merasa ada yang aneh dengan perempuan ini! Siapa sebenarnya dia? Tak mungkin dia berani datang ke sungai ini melewati hutan yang cukup lebat itu!” gumam Arya dalam hati, dia menaruh kecurigaan karena merasa tak wajar seora
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

Bab 293. Landak Raksasa

“Ini pasti ada yang tidak beres, Kerajaan Angkasa sengaja untuk memperdaya kita dengan mengirim pasukan perempuan. Maksudnya agar kita menyakini jika di Negeri Peri ini ada pengacau selain dari Kerajaan Angkasa! Benar-benar licik mereka!” tutur Arya. “Ya, kita harus hati-hati Arya, sepertinya Kerajaan Angkasa tengah mengincar kita. Mereka akan menghalangi tugas-tugas kita jalankan ini, memerangi dan mencegah kekacauan yang akan terjadi di negeri ini.” ujar Benggala. “Ayo, sekarang kita lanjutkan perjalanan ke arah Timur sana!” seru Arya, para sahabatnya menyetujui dengan Dewa Bola Api yang berjalan di depan. Di sebelah Selatan hutan tempat terjadinya perkelahian antara kelompok perempuan misterius dengan Arya beserta sahabatnya, terlihat belasan perempuan hentikan larinya. “Kita gagal menjalankan tugas utama menyingkirkan pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu! Sekarang rencana selanjutnya kita harus berpencar menyusup ke kelompok-kelompok penghuni Negeri Peri ini, se
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Bab 294. Suku Dufan

“Baiklah, sekarang juga silahkan kalian membagi dalam beberapa kelompok lalu menuju tempat-tempat yang saya katakan tadi! Jika mahkluk itu muncul, cepat laporkan pada saya! Nanti kita akan kembali menyerangnya secara bersama-sama!” tutur kepala suku. “Baik kepala suku.” habis berucap para Suku Dufan itu segera membagi dalam beberapa kelompok, lalu menuju titik-titik rawan yang tadi diperintahkan kepala suku mereka untuk dijaga. Sinar mentari pagi tampak memancar dari ufuk Timur, dalam setiap kelompok dari Suku Dufan itu sebagian ada yang baru bangun tidur kemudian bergantian tidur dengan sebagian lainnya yang beberapa jam yang lalu berjaga begitu seterusnya yang mereka lakukan dari awal malam datang hingga fajar menyingsing. Tak ada tanda-tanda mencurigakan yang muncul di kawasan pemukiman Suku Dufan mulai dari malam sampai fajar menyingsing, sehingga di kawasan pemukiman Suku Dufan tak terjadi hal-hal seperti yang mereka alami saat landak raksasa muncul menyerang merusak padi-padi
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Bab 295. Kecerdasan Suku Dufan

“Syukurlah jika kita sudah dekat, karena sudah berhari-hari lamanya kita melakukan perjalanan.” tutur Arya. “Mari, silahkan diminum kopinya serta cicipi panganan seadanya ini saudara-saudaraku!” tawar Raka. “Terima kasih.” ucap Arya, lalu ia dan ketiga sahabatnya menikmati minuman dan makanan yang disuguhkan Suku Dufan itu. “Kami benar-benar tak mengerti kenapa mahkluk berupa landak raksasa itu menyerang kawasan lahan persawahan kami sejak kemarin sore, padahal selama ini di kawasan Suku Dufan selalu aman tak pernah terjadi hal-hal yang aneh.” ujar Raka. “Mahkluk jelmaan itu menyerang kawasan pemukiman ini sejak kemarin sore?” Arya terkejut dia mengira saat melintas dengan para sahabatnya itulah mahkluk mengerikan itu muncul. “Benar Arya, dari kemarin sore mahkluk itu menyerang merusak padi-padi kami. Sore itu kami berhasil mengusirnya, ia melarikan diri kedalam hutan namun kami tetap waspada dengan membagi para Suku Dufan dalam beberapa kelompok untuk berjaga-jaga mulai malam ti
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

Bab 296. Teringat Negeri Asal

Tak jauh dari pemukiman mereka terdapat hamparan es yang selalu berubah-ubah, terkadang mengenang seperti danau terkadang membeku. Hamparan itu telah ada di sana sejak ratusan tahun yang lalu, orang-orang yang berada dekat dengan kawasan itu menamakannya es abadi. Mungkin dikarenakan hamparan es itu sangat aneh dan telah banyak pula memakan korban, bagi yang mengetahui kawasan itu sangat berbahaya untuk dilintasi dan tak seorang pun yang berani melewati es abadi itu. Di bagian Utara Negeri Peri itu memang kutup terdingin dibandingkan kawasan lainnya, itu ditandai setiap harinya selalu saja terjadi hujan salju hingga hanya manusia beruang lah yang mampu bertahan hidup di kawasan Utara itu karena mereka dilengkapi dengan pakaian dari kulit kayu tipis dicampur dengan kulit binatang yang berlapis-lapis dibuat seperti jaket sehingga mereka tetap merasa hangat kendati setiap harinya diterpa hujan salju. Kedatangan perempuan asing yang baru beberapa hari di pemukiman itu seperti anugrah ya
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

Bab 297. Menuju Pulau Kematian

“Ya moga saja begitu sobatku, Raka. Namun meskipun ada yang datang mengacau dalam wujud yang berbeda, aku yakin kalian pasti akan dapat mengatasinya.” tutur Arya dengan senyum dan rasa yakinnya. Pagi itu cuaca sangat cerah, fajar yang menyingsing di ufuk Timur memancarkan cahayanya tanpa terhalang kabut ataupun awan sedikitpun. Di depan sebuah rumah di pemukiman Suku Dufan terlihat Arya dan para sahabatnya tengah dikelilingi orang-orang Suku Dufan begitu pula dengan kepala Suku Dufan yang bernama Jaka, dia pun terlihat di depan rumah itu. “Saudara-saudaraku semua Suku Dufan, terima kasih atas kebaikan kalian menerima kami bermalam di sini dan pagi ini kami mohon pamit untuk melanjutkan perjalanan ke pulau kematian yang ada di sebalik bukit sana!” ucap Arya. “Ya, saudaraku Arya. Saya mewakili Suku Dufan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, dan jika suatu saat nanti kalian melintas di kawasan pemukiman ini jangan sungkan untuk singgah.” ucap Raka pula. “Sama-sama, sobat Raka
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more

Bab 298. Perkelahian Dengan Anaconda

“Wuuuuuuus..! Wuuuuuuus..!” beberapa ekor buaya melesat hendak menyambar tubuh Arya, sang pendekar yang memang telah mewaspadai segala kemukinan bahaya di dalam goa itu dengan cepat melesat ke udara lalu melakukan lompatan-lompatan yang mengalahkan kecepatan sergapan buaya. Arya hampir saja sampai di depan patung besar yang terbuat dari emas itu, namun sebuah kibasan dari ekor ular anaconda raksasa menghantam pinggangnya membuat tubuh Arya terlempar menghantam di dinding karang. “Wuuuuuuuuut..!” belum lagi Arya dapat berdiri dengan sempurna di dinding karang di dalam goa itu kepala anaconda raksasa melesat hendak menelannya bulat-bulat, beruntung sang pendekar dapat berkelip dengan menundukan badannya hingga kepala anaconda itu hanya menerpa udara kosong. “Wuuuuuuuuut...! Blaaaaaaaaam...! Kraaaaak...! Zleeeeeeeep...! Byuuuuuuuur..!” kepala anaconda kembali melesat, namun kali ini Arya tak tinggal diam dengan cepat ia kerahkan ajian Topan Gunung Sumbing tingkat tinggi hingga kepala
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more

Bab 299. Memecahkan Rahasia

“Bagaimana caranya saya membebaskanmu? Sementara seperti yang kau katakan patung budha ini takan bisa dihancurkan oleh kekuatan dan senjata apapun jua, untuk masuk melalui rongga yang ada di mulut patung ini juga tak mungkin karena terlalu tinggi?” tanya Arya. “Benar, patung ini takan bisa dihancurkan oleh kekuatan apapun dan kau juga takan mungkin bisa masuk melalui rongga di atas sana. Kau harus memikirkan caranya, dan mampu memecahkan rahasia patung budha ini.” jawab sosok di dalam patung. “Mahkluk apa yang terkurung di dalam patung ini? Seenaknya saja menyuruhku berfikir, tapi aku juga penasaran rahasia apa yang ada di patung budha ini? Jika tubuh patung ini tak bisa dihancurkan dengan kekuatan serta senjata apapun, berarti patung ini benar-benar kokoh. Lalu bagaimana caranya aku bisa masuk ke dalam sana?” gumam Arya benar-benar dibuat pusing memecahkan rahasia yang ada di tubuh patung budha itu. “Jika dengan benda keras tak dapat dihancurkan, berarti patung ini hanya bisa dite
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more

Bab 300. Ajian Telapak Suci Budha

Dengan segera biksu itu berdiri dari duduknya kemudian menyambar raga halus Arya, lalu ia ke luar dari cela retak patung dan menyambar raga kasar sang pendekar yang ada di atas batu karang di dinding goa. Gerakan biksu itu benar-benar luar biasa cepatnya, hingga beberapa detik saja dia dan kedua raga Arya berhasil ke luar dari goa. “Kraaaaaak..! Blaaaaaam...! Blaaaaaaar..! Byuuuuuuuuur..!” terdengar suara retak lalu meledaknya patung budha di dalam goa. “Cepat kalian tinggalkan pulau ini sekarang juga!” seru Arya pada para sahabatnya yang masih terpana melihat dua raga Arya dikedua tangan biksu yang melayang di udara. Mendengar perintah Arya itu, ketiga sahabatnya itu lekas-lekas menuju perahu lalu mendayung cepat meninggalkan pulau kematian itu sementara biksu melayang terbang menuju daratan membawa kedua raga Arya. “Kraaaaaaaaak..! Kraaaaaaaak...! Buuuuuuuuum...!” karang-karang yang berongga di pulau itu pun retak lalu runtuh, saking keras getarannya membuat air danau beriak memb
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
46
DMCA.com Protection Status