Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 281 - Chapter 290

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 281 - Chapter 290

460 Chapters

Bab 281. Tentang Pulau Kematian

“Kami ingin menuju ke kawasan Timur Negeri Peri ini, jika sobat tanyakan tujuan kami untuk apa kami sendiri belum dapat memastikannya. Kami hanya mengikuti gerak hati dan langkah kaki saja, dan ternyata salah satu yang kami temui adalah sobat yang tengah bertarung dengan mahkluk jelmaan itu.” tutur Arya. “Ya, dia memang mahkluk yang jahat! Saya mengikutinya sejak tadi siang, karena saya yakin ia akan menuju ke pemukiman tertentu untuk bergabung dengan salah satu kelompok penghuni Negeri Peri ini. Setelah dapat bergabung dia akan menghasut kelompok itu untuk berbuat kerusakan dan keonaran di Negeri Peri ini, seperti halnya yang telah mereka lakukan pada pemukiman dan saudara-saudaraku di tepian danau di sebelah Timur sana!” tutur Dewa Bola Api. “Mereka? Siapa yang sobat Dewa Bola Api maksudkan?” tanya Arya. “Mahkluk yang bertubuh raksasa tadi bernama Bramadera, dia adalah salah satu prajurit dari Kerajaan Angkasa di atas sana! Para prajurit Kerajaan itu dulu pernah menghancurkan pem
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

Bab 282. Malam Di Pinggir Hutan

“Moga suatu saat nanti kita bisa temui cara untuk dapat ke sana, untuk sementara waktu kita jalankan saja tugas yang di amanatkan Resi Dharma. Kita harus gagalkan semua rencana jahat dari Kerajaan Angkasa itu, untuk membuat kekacauan dan menginginkan kehancuran Negeri Peri ini.” tutur Benggala. “Benar Benggala, sekarang sudah sore tak lama lagi malam akan tiba. Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan ke arah Timur, kita harus dapat ke luar dari hutan ini sebelum gelap. Apakah kamu tahu Sugara, jalan ke luar yang lebih cepat dari hutan ini menuju arah Timur?” ujar Arya sembari bertanya pada Dewa Bola Api. “Tahu sobat, Arya. Mari ikuti saya!” habis berucap manusia cebol itu melesat, larinya yang sangat cepat membuat Arya dan kedua sahabatnya terkejut secara tubuh sobat barunya itu hanya sebatas pinggang mereka. Arya dan kedua sahabatnya segera mengikuti arah Dewa Bola Api berlari, mereka tak ingin kehilangan jejak yang akan menyulitkan ataupula membutuhkan waktu lama untuk bisa ke luar d
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

Bab 283. Seramnya Pulau Kematian

“Bisa saja Yuda, saya pun curiga ada sesuatu di sana. Apa sobat Dewa Bola Api pernah tahu yang dicari saudaramu di pulau itu?” tanya Arya. “Saya tak tahu persis apa yang akan mereka cari di sana, soalnya mereka yang ke sana selalu pergi secara diam-diam. Tahu-tahu menghilang tak kembali lagi ke pemukiman, kabar yang saya dengar dari kelompok lain di pulau itu terdapat sebuah patung besar letaknya di dalam goa berair patung itu terbuat dari emas murni.” jawab Dewa Bola Api. “Oh pantas saja mereka nekad ke sana, rupanya ingin mengambil emas dari tubuh patung. Yang jadi tanda tanya besar sekarang ini, apa yang menyebabkan semua orang yang pernah ke sana menemui ajalnya? Apakah patung itu bisa bergerak dan membunuh setiap orang yang datang mendekatinya?” “Entahlah Arya, kalau soal itu saya sendiri tak mengetahuinya. Yang saya ketahui di danau banyak terdapat buaya-buaya ganas, beberapa orang dari saudara kami yang mencari ikan di danau itu menjadi korban dan buaya-buaya itu pernah juga
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

Bab 284. Bertemu Suku Andahan

“Hai orang-orang asing, ada keperluan apa kalian memasuki kawasan pemukiman Suku Andahan ini?” tanya seorang lelaki berbadan paling tegap di antara para penghuni lelaki di kawasan pemukiman itu. “Maafkan kami, Kisanak. Kami tak sengaja memasuki kawasan pemukiman ini, tujuan kami sebenarnya ingin menuju ke arah Timur sana! Namun setelah melewati beberapa buah bukit dan sungai kami bertemu dengan pemukiman ini, kami tak ada maksud jahat sama sekali.” tutur Arya mewakili ketiga sahabatnya. “Kawasan ini adalah kawasan pemukiman Suku Andahan, dan saya Garda sebagai kepala sukunya. Jika ada orang asing yang bukan asli suku ini, saya berkewajiban mencari tahu alasan orang itu memasuki kawasan pemukiman kami.” ujar lelaki berbadan tegap yang bernama Garda selaku kepala suku penghuni pemukiman di sana. “Oh, jadi ini pemukiman ini dihuni oleh kelompok yang disatukan oleh sebuah suku yang kalian berinama Suku Andahan? Nama saya Arya, ketiga sahabat saya ini bernama Benggala, Yuda Tirta dan De
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

Bab 285. Jamuan Makan Suku Andahan

“Bagus juga sistim bercocok tanam seperti itu, kalian bisa bergiliran panen dan saling membantu.” “Betul Arya rencananya besok pagi kami akan sama-sama memanen padi di lahan persawahan di sebelah sana, padinya sudah benar-benar layak untuk di panen!” Garda menunjuk lahan persawahan yang padinya rata-rata telah menguning dan siap di panen. Tak beberapa lama sekelompok perempuan Suku Andahan itu datang ke ruangan terbuka tempat mereka duduk dan berbincang-bincang, para perempuan yang datang itu membawa makanan yang baru saja mereka masak berserta air sejuk perbukitan yang setiap hari mereka ambil untuk dikomsumsi. Adapun manakan yang mereka suguhkan sama hal di negeri asal sang pendekar, di sana tersedia nasi serta lauk-pauknya. Setelah semua makanan itu diletakan di ruangan itu para perempuan Suku Andahan kembali ke pemukiman mereka masing-masing melakukan aktifitas yang lainnya hingga nanti mereka dipanggil kembali ke sana. Garda mempersilahkan Arya dan ketiga sahabatnya untuk men
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

Bab 286. Teror Manusia Bertanduk

Malam itu Arya dan ketiga sahabatnya menginap di sebuah rumah yang sengaja dikosongkan untuk mereka beristirahat, di depan rumah itu terdapat pendopo yang bisa digunakan untuk duduk-duduk santai menikmati suasana malam di sela cahaya obor yang menerangi hingga halaman rumah itu. Arya dan ketiga sahabatnya duduk di pendopo, di sana juga ada Garda dan beberapa orang lelaki Suku Andahan yang ikut duduk bercakap-cakap sembari menikmati kopi hangat yang disuguhkan para perempuan Suku Andahan itu. “Luar biasa nyaman dan sejuknya hawa dikawasan ini, pantas saja kalian betah tinggal bertahun-tahun lamanya menetap di pemukiman ini.” puji Arya mengawali perbincangan mereka di pendopo rumah itu. “Di sini baik siang apalagi malam, udara selalu terasa sejuk. Mungkin karena perbukitan yang mengelilingi kawasan ini hingga angin tak henti-hentinya bertiup dari segala arah, tapi jika tak diselingi minum kopi mungkin rasa kantuk akan lekas datang terlebih jika seharian bekerja di sawah dan di ladang
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

Bab 287. Raksasa Bertanduk

“Kalian jangan mencoba-coba melawan! Kami bisa saja membunuh kalian satu-persatu! Sekarang lebih baik kalian serahkan saja padi-padi kalian, kebutuhan kami sudah mulai menipis!” ancam salah seorang dari komplotan manusia bertanduk yang baru saja turun dari perbukitan, lalu menghampiri para Suku Andahan. “Enak saja kalian bicara! Jika dulu kami memang menuruti apa yang kalian mau, tapi sekarang jangan pernah mengancam kami lagi! Kami semua di sini siap bertarung hidup-mati menghadapi kalian!” seru salah seorang pasukan Suku Andahan yang telah dilengkapi senjata. Komplotan manusia bertanduk nampak terkejut mendengar seruan dari salah seorang lelaki Suku Andahan itu, namun karena tak ingin terlihat gentar para manusia bertanduk itu segera menyerang dan terjadilah pertempuran yang cukup sengit dari kedua kelompok itu. Arya dan ketiga sahabatnya begitu tiba di sana langsung membantu para lelaki Suku Andahan yang berusaha menghadang dengan menghadapi serangan yang dilakukan komplotan ma
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

Bab 288. Manusia Kerbau Ketakutan

Sorak-sorai terdengar dari atas perbukitan di mana di sana Garda dan beberapa lelaki Suku Andahan lainnya menyaksikan Arya berhasil mengatasi keganasan mahkluk raksasa bertanduk yang mengerikan itu, mereka secara serentak berlari menuruni lereng bukit menghampiri Arya dan ketiga sahabatnya yang saat itu telah berdiri berdampingan di depan tubuh raksasa yang tergeletak tanpa kepala dan satu kaki itu. Sementara para manusia kerbau yang sejak tadi juga ikut menyaksikan pertarungan mengerikan itu tampak semakin ketakutan, mereka yang berjumlah puluhan itu hanya berbaris diam pasrah saat mengetahui jika Ketua mereka yang menjelma sebagai raksasa bertanduk itu telah tewas. Arya dan ketiga sahabatnya yang diiringi Garda serta beberapa lelaki Suku Andahan berjalan menghampiri barisan para manusia kerbau yang tertunduk dengan wajah penuh ketakukan, Garda dan beberapa lelaki Suku Andahan mengira Arya akan menghabisi para manusia kerbau itu hingga mereka juga bersiap untuk membantu. “Ampuni k
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

Bab 289. Batara Durja Murka

Garda dan Bagas anggukan kepala mereka menyetujui semua yang diinginkan Arya, mereka berdua saling berpelukan pertanda mulai saat itu hubungan Suku Andahan dan kelompok manusia kerbau sudah seperti saudara. Arya dan ketiga sahabatnya sangat senang melihat hal itu, dan diiringi Bagas serta beberapa lelaki dari kelompok manusia kerbau mereka pun kembali ke pemukiman Suku Andahan yang terletak di sebalik bukit. Seperti yang telah dijanjikan Garda, begitu dia tiba di pemukiman Suku Andahan langsung memerintahkan semua yang termasuk ke dalam kelompok Suku Andahan itu untuk memberikan sekarung padinya untuk dibawa para manusia kerbau ke pemukiman mereka, semua itu merupakan pinjaman yang akan dikembalikan pada saat kelompok manusia kerbau panen nanti karena mulai besok pagi mereka semua akan mulai berladang dan mengarap sawah. “Sepertinya tugas kami di sini sudah selesai, Bagas. Berhubung hari belum sore, kami mohon diri untuk melanjutkan perjalanan ke arah Timur sana!” tutur Arya. “Wah,
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

Bab 290. Durpa Dan Durpi

Sekedar diketahui Kerajaan Siluman salah satu Kerajaan yang cukup besar dan terkuat yang ada di negeri atas awan, para prajurit yang juga terdiri para siluman itu memiliki kemampuan yang tentu di atas rata-rata manusia biasa. Selain mereka dapat melakukan hal yang tak dapat dilakukan manusia normal, mereka juga memiliki keahlian merubah wujud menjadi apapun jua. Terlebih lagi Durpa dan Durpi kedua sosok yang saat ini menjadi Raja dan Permaisuri Kerajaan Siluman itu memiliki kesaktian yang luar biasa, sejauh ini hanya Batara Durja yang mampu menaklukan mereka berdua. Mereka dikenal di kawasan negeri atas awan dengan julukan Sepasang Siluman Naga, karena memang sosok Durpa bisa merubah dirinya menjadi seekor naga merah yang besar dan ganas begitu pula dengan Durpi bisa berubah menjadi naga kuning. Seperti halnya yang dilakukan Briwadiga, mereka hanya menempuh perjalanan jauh itu menuju Kerajaan Angkasa dengan waktu 15 menit saja. Kedatangan Durpa dan Durpi yang diiringi Briwadiga disa
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more
PREV
1
...
2728293031
...
46
DMCA.com Protection Status