Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 301 - Chapter 310

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 301 - Chapter 310

460 Chapters

Bab 301. Biksu Pamit

“Saya senang ajian Telapak Suci Budha akhirnya terwariskan pada orang yang tepat, di samping saya terbebas dari kutukan kitab Telapak Budha itu saya juga bangga karena nantinya ajian Telapak Suci Budha akan menjadi salah satu ilmu pembasmi kejahatan. Menyambung ucapanmu yang menduga Batara Durja sebagai dalang dari kekacauan yang pernah terjadi di Negeri Peri ini, saya pun membenarkannya. Karena dia memang sosok yang tamak akan kekuasaan, dia ingin menguasai seluruh negeri di jagat raya termasuk Negeri Peri ini.” sambung biksu itu. “Benar biksu, beruntung beberapa kali kekacauan di negeri ini dapat kami atasi dengan melumpuhkan sosok ataupun mahkluk jelmaan utusan Kerajaan Angkasa itu. Kalau boleh tahu bagaimana ciri-ciri seorang Batara Durja itu, biksu?” tanya Arya. “Wajahnya sangar berkumis tebal hingga menjuntai kedua sela bibirnya! Badannya tinggi besar, jika dia marah bola matanya memerah mengerikan. Telah banyak juga Kerajaan-kerajaan kecil di negeri di atas awan sana yang ditu
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more

Bab 302. Kawasan Utara Negeri Peri

Berbeda dengan pemukiman di kawasan lain, kawasan Utara Negeri Peri itu umumnya rumah-rumah dibuat tinggi berupa rumah panggung bahkan ada beberapa di antaranya yang dibuat dengan tonggak utamanya pohon besar. Rumah-rumah panggung itu dibuat bukan tanpa alasan, kawasan sebelah Utara Negeri Peri itu jika panas melebihi 3 hari tanpa hujan dan es abadi yang tidak jauh dari pemukiman itu akan mencair lalu kawasan pemukiman akan banjir setinggi 2 kaki. Rumah-rumah panggung dibuat di atas ketinggian 3 kaki, yang dihuni para kelompok manusia yang hidungnya menyerupai hidung beruang. Keseharian mereka untuk bertahan hidup, di samping berburu juga berladang padi dan buah-buahan segar di lereng kawasan perbukitan yang seketika banjir datang kawasan itu aman tak terjangkau genangan air. Di kawasan Utara itu juga terdapat sungai besar yang di dalamnya banyak sekali jenis ikan dan udang air tawar, dan itu jelas mereka manfaatkan untuk lauk-pauk. Kelompok manusia beruang juga dikenal cerdas, jik
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

Bab 303. Suku Dolo

“Saya jadi tak sabar ingin membuktikan ucapanmu itu!” Dwita rebahkan kepalanya dipundak Rano. Rano memahami jika Ketua kelompok manusia beruang itu ingin segera ditiduri, dengan segera pula Rano membopong tubuh Dwita ke atas ranjang di dalam sebuah rumah panggung yang terletak di tengah-tengah di antara rumah panggung lainnya. Seperti manusia normal lainnya, mereka melakukan itu penuh gairah dan nafsu yang membara. Sentuhan dan gerakan-gerakan yang dilakukan Rano membuat tubuh Dwita seperti melayang, dan begitu mencapai puncak yang dituju kedua tubuh yang bergumul itu pun terkulai lemas bermandikan keringat. Dwita merupakan salah satu utusan dari Kerajaan Siluman, ia berhasil menyusup dalam kelompok manusia beruang sejak memisahkan diri dengan para utusan yang lainnya setelah dia dan para utusan itu gagal menyingkirkan Arya dan ketiga sahabatnya dalam pertarungan di kawasan hutan di pinggiran sungai beberapa waktu yang lalu. Sejak saat itu Dwira nama salah satu utusan Kerajaan Sil
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

Bab 304. Ternyata Perempuan Itu?

“Saudara-saudaraku semua, karena sudah jelas tentang siapa perempaun yang baru saja ditangkap oleh beberapa orang saudara kita yang tengah berburu di hutan sana! Sekarang kalian semua silahkan melanjutkan pekerjaan kalian yang tadi sempat terhenti! Jika ada sesuatu cepat kabarkan saya, begitu pula sebaliknya saya akan mengabari kalian segera!” tutur Prawira pada warganya. “Baik kepala suku, kami pamit bekerja kembali.” ujar para Suku Dolo yang tadi berkumpul di depan kediaman kepala suku mereka itu. Sepeninggalnya para Suku Dolo melakukan pekerjaan mereka yang sempat tertunda tadi, Dwira yang kini berada di dalam sebuah rumah yang diperuntukan bagi tamu itu tengah berfikir akan melakukan sesuatu yang dapat memuluskan tujuannya. Perempuan cantik yang tidak lain adalah salah satu utusan Kerajaan Siluman itu dan dia juga yang dipercayakan sebagai pemimpin dari para perempuan utusan lainnya, tentu saja niatnya singgah di pemukiman Suku Dolo untuk mempengaruhi mereka seperti keberhasilan
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Bab 305. Rumah Panggung Tepi Danau

“Terima kasih kepala suku telah mengizinkan saya untuk bermalam di pemukiman ini, sebelum saya pamit menemui saudara saya di kawasan pemukiman manusia beruang ada yang hendak saya sampaikan pada kepala suku.” ucap Dwira. “Katakanlah apa yang hendak kau sampaikan, Dwira?” ujar Prawira. “Sebenarnya saya merasa berat untuk mengunjungi saudara saya di pemukiman manusia beruang itu, karena saya yakin saudara saya itu telah dipengaruhi oleh mereka dan akan sulit untuk diajak kembali ke pemukiman kami.” tutur Dwira. “Memangnya pemukiman kalian terletak di kawasan mana?” tanya Prawira sambil mengajak Dwira duduk di sebuah pendopo di depan rumah salah seorang warga Suku Dolo yang akan memanen padi itu. “Kami tinggal di kawasan sebelah Selatan sana, tadi malam saya telah banyak bercerita perihal diri saya dengan Lindi dan sahabat perempuan Suku Dolo lainnya. Lindi, kemarilah!” tutur Dwira seraya memanggil Lindi yang memang pada saat itu ikut berkumpul di depan pendopo rumah itu. “Ya, ada a
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Bab 306. Trik Mengelabui

“He..! He..! He..! Apa yang kamu katakan memang benar adanya Arya, perut saya kenyang sekali dan membuat mata saya mengantuk, ditambah angin yang bertiup dari arah danau itu rasanya saya sudah tak tahan lagi ingin tidur barang sejenak.” akui Benggala sembari cengengesan di sela matanya yang mulai menyipit. “Ya sudah, kalau kau mengantuk tidurlah dulu! Kebetulan saat ini matahari tegak lurus di atas kepala, akan terasa gerah tentunya jika kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Nanti setelah matahari agak condong, barulah kita mulai melangkah.” tutur Arya. “Apa kamu yakin nanti akan melangkah ke arah Utara?” tanya Yuda Tirta. “Ya, hati saya mengatakan kita musti ke arah Utara. Bagaimana dengan kamu Sugara, apakah kamu masih ingin ikut pengembaraan kami? Atau ada rencana lain yang hendak kamu lakukan?” tanya Arya. “Karena saya sudah tak memiliki siapa-siapa lagi di negeri ini selain kalian, tentu saja saya akan ikut ke manapun kalian pergi. Lagi pula mengembara bersama kalian,
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

Bab 307. Keanehan Perempuan Siluman

Sementara siang hari itu para Suku Dolo yang bergotong royong membantu beberapa warga memanen padi di sawah tampak berkumpul di dangau-dangau di pinggiran persawahan, mereka beristirahat dan makan siang bersama. “Padi yang kita panen sudah 2/3 selesai, diperkirakan sebelum sore hari semua padi-padi ini sudah selesai kita panen dan bawa ke pemukiman.” ujar Prawira pada warga Suku Dolo yang saat itu berkumpul sambil makan siang bersama. “Iya kepala suku, cuaca hari ini juga mendukung kita semua merasa mudah untuk melakukan panen bersama ini.” ulas salah seorang lelaki Suku Dolo itu. “Hasil panen kali ini melebihi pendapatan panen sebelumnya, ini bisa untuk persediaan para warga jika musim hujan tiba atau juga rembesan salju dari arah Utara.” tutur Prawira, karena di Negeri Peri terutama di kawasan Utara terjadi 3 musim yaitu panas, hujan dan salju. “Beberapa orang juga tengah berusaha memburu rusa di hutan untuk keperluan acara pesta panen nanti malam kepala suku.” ujar salah seoran
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

Bab 308. Suku Simba

Dari sebuah rumah yang baru didirikan di pinggiran danau pulau kematian, Arya berserta ketiga sahabatnya mulai melangkah ke arah Utara Negeri Peri. Meskipun Dewa Bola Api masih merasa sedih dan masih ingin berada di rumah yang baru dibangun itu agak beberapa malam lagi namun karena tugas yang musti dijalani sang Pendekar Rajawali Dari Andalas, ia dan kedua sahabatanya yang lain juga harus melangkah tinggalkan kawasan tepian danau itu. Kawasan pertama mereka jumpai padang rumput ilalang yang sangat luas, namun sebagai manusia yang di atas rata-rata memiliki ilmu kanuragan serta meringankan tubuh, padang rumput ilalang yang sangat luas itu bukanlah hal yang berat untuk mereka lalui. Tak beberapa menit setelah melewati padang rumput itu Arya dan ketiga sahabatnya tiba di pinggiran anak sungai berbatu kecil-kecil dan berpasir, sungai itu keruh agaknya hujan lebat terjadi dihulu. Di seberang sungai terdapat bukit yang tidak terlalu tinggi, namun pepohonan yang tumbuh di lereng bukit itu
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Bab 309. Siasat Licik Dwira

“Benar, kisanak.” jawab Arya singkat sembari menjurakan senyum ramah dan persahabatan. “Hemmm, melihat sikap dan cara bicaramu agaknya memang kalian bukanlah bagian dari para pengacau yang kemarin mendatangi kawasan pemukiman Suku Simba ini. Perkenalkan nama saya Askabima, dan saya adalah kepala suku di sini. Mari masuk, kita bicara di dalam!” tutur ramah lelaki yang sebagian rambutnya telah memutih itu, sembari memperkenalkan namanya serta mengajak Arya dan ketiga sahabatnya untuk masuk ke dalam rumah yang cukup besar itu. “Terima kasih, kepala suku.” ucap Arya lalu ia dan ketiga sahabatnya mengikuti langkah Askabima masuk ke dalam rumah. Sebagian dari lelaki Suku Simba ada yang ikut serta masuk ke dalam rumah, sebagian lagi menunggu dil uar sambil berjaga-jaga. Kemudian tak beberapa lama di depan rumah kepala Suku Simba itu, tampak ramai didatangi para penghuni kawasan pemukiman yang juga tentunya bagian dari Suku Simba itu. Agaknya mereka yang ikut berkumpul begitu ramainya di
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Bab 310. Disambut Baik Kepala Suku

“Lantas apa rencana selanjutnya yang ingin kamu lakukan?” tanya Prawira. “Saya sendiri bingung kepala suku, jika saya kembali tanpa membawa saudara saya itu keluarga saya pasti akan meminta saya untuk terus berusaha membujuknya sampai berhasil. Jika saya kembali ke pemukiman manusia beruang, bukan tidak mungkin saya akan diperlakukan kasar oleh kelompok manusia beruang itu bahkan mungkin juga oleh saudara saya itu sendiri. Jika kepala suku tak keberatan, saya ingin tinggal di pemukiman ini saja menjadi bagian dari Suku Dolo ini.” tutur Dwira yang benar-benar pandai mengarang cerita. “Bagaimana menurutmu, Sima?” Prawira bertanya pada Sima akan pendapatnya. “Kalau saya setuju-setuju saja kepala suku, karena saya lihat keinginan Dwira tinggal dan bergabung dengan suku kita cukup besar. Begitu pula dengan menimbang permasalahan yang tengah ia hadapi, rasanya sudah sepantasnya pula kita Suku Dolo ini membantunya dengan mengizinkan dia tinggal di sini.” tutur Sima. “Ya, saya juga sepend
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more
PREV
1
...
2930313233
...
46
DMCA.com Protection Status