Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 271 - Chapter 280

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 271 - Chapter 280

460 Chapters

Bab 271. Pertarungan Di Dasar Laut

“Terlepas dari tujuan awalmu melakukan semua itu, untuk dapat kembali ke negeri asalmu tugas yang kau emban ini sangatlah mulia. Kau sosok satria sekaligus pahlawan Negeri Peri, jasa baik yang telah kau lakukan akan selalu dikenang oleh para penghuni negeri termasuk juga kami di istana duyung ini.” ujar Gayatri dengan sikap hormatnya pada sang pendekar. “Apa yang kamu katakan benar adanya, Gayatri. Awalnya memang saya melakukan semua ini demi bisa kembali ke negeri asal saya, namun setelah saya melihat dan mengalami sendiri banyaknya permasalahan yang terjadi di Negeri Peri ini saya merasa terpanggil untuk dapat menyelesaikan semua itu walaupun nyawa taruhannya. Yang ada di pikiran saya sekarang, bagaimana cara mengungkap rahasia di balik ini semua dan siapa yang telah berbuat serta menginginkan Negeri Peri ini mengalami kehancuran.” tutur Arya, Gayatri tak berucap apa-apa lagi dia semakin kagum pada sang pendekar. “Ratu...! Ratu...!” seru salah seorang pasukan duyung berlari dari l
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more

Bab 272. Tewasnya Bratasina

Anehnya kepala hiu raksasa itu tak mengalami keretakan sedikitpun, padahal selama ini apapun yang terkena pukulan Cindaku Menghantam Karang akan hancur berkeping-keping. Hiu raksasa itu hanya mengalami oleng dengan kepala yang terasa nyeri, seluruh pasukan duyung beserta Gayatri yang melihat hal merasa sangat tegang. Arya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, begitu ajian Cindaku Menghantam Karangnya gagal membunuh hiu raksasa itu dengan segera ia cabut Pedang Rajawali Putih dari sarungnya yang tersandang di punggung. Kemudian dengan cepat ia melesat ke atas lalu seperti menukik cepat menghunus pedang pusaka itu dengan menusuknya ke salah satu mata dari hiu raksasa. “Craaaaaaaaaaaas..! Blaaaaaaaaaar...!” satu mata hiu raksasa pun meledak ke luar dari rongganya, luar biasa rasa sakit yang dialami mahkluk jelmaan itu hingga membuat tubuhnya bergulung-gulung hingga dasar lautan. Arya sadar jika hiu raksasa itu bakal menyerang kembali dengan membabi buta, hingga ia tak ingin menunggu wa
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more

Bab 273. Ilmu Meraga Sukma

Gayatri terlihat panik tak mengerti apa penyebabnya hingga lengan Arya sebelah kiri itu terluka lalu menetes cairan aneh kehitam-hitaman, tak lama seluruh tubuh Arya pun berubah membiru seperti terkena bisa dari hewan melata yang mematikan. Gayatri semakin kalut, ia tak tahu harus berbuat apa untuk menolong Arya dalam kondisi yang mengewatirkan itu. Di tengah kekalutan itu tiba-tiba muncul di benak Gayatri untuk melakukan sesuatu di dalam kamar pribadinya, dengan segera ia menuju kamarnya lalu duduk bersila dengan kedua telapak tangan ia rapatkan di depan dada. “Ilmu Meraga Sukma!” lirihnya, lalu seketika dari dalam tubuhnya keluar bayangan menyerupai tubuhnya itu, jasad aslinya masih duduk mematung bersila sementara jasad yang berupa bayangan itu melesat seperti kilat ke atas menembus atap istana lalu ke luar dari permukaan laut. Jasad halusnya itu memang akan terlihat oleh pandangan mata, namun takan bisa diraba ataupun ditembus oleh benda apapun juga. Kemunculannya dari permukaa
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more

Bab 274. Diwariskan Pada Arya

“Saya senang dapat melakukan tugas itu meskipun saya hampir saja tewas kalau saja tidak lekas-lekas kau tolong, Gayatri. Sayangnya saya tak berhasil mengetahui sosok di balik mahkluk jelmaan yang selalu disuruh untuk membuat kekacauan baik di daratan maupun di dasar lautan ini, neskipun tadi saya sempat bertanya bahkan mengancam Bradasina namun ia memilih bunuh diri dari pada mengatakan sosok yang mengutusnya.” tutur Arya. “Oh, jadi sosok yang berubah menjadi seorang prajurit istana Kerajaan itu tadi bernama Bradasina?” “Iya Gayatri, dia yang menjelma menjadi hiu raksasa itu. Jelas sudah jika yang terjadi di daratan pada kelompok manusia kera dan manusia hijau kemudian di istana duyung ini adalah orang-orang suruhan dari sosok yang menginginkan kehancuran di Negeri Peri.” tutur Arya. “Benar Arya, apa yang musti kami berikan atas jasa besar yang telah kamu lakukan ini?” tanya Gayatri. “Saya tak meminta apa-apa dari semua yang telah saya lakukan, semua ini merupakan tugas yang harus
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more

Bab 275. Perpisahan Dengan Gayatri

Arya tak dapat menolak tawaran Gayatri untuk mengajaknya berkumpul dengan seluruh penghuni istana duyung merayakan keberhasilan mereka itu, ia terpaksa menunda keinginannya untuk kembali ke daratan menemui Benggala dan Yuda Tirta hingga menjelang sore seperti yang telah dijanjikan Gayatri akan mengantarnya. Di sebuah ruangan di depan singasana Ratu Duyung, seluruh penghuni itu berkumpul tak sabar menyambut kedatangan Ratu mereka dan Arya di ruangan itu. Seluruh macam jenis makanan, buah-buahan serta minuman segar telah tersedia di sana. Begitu pula sebagian para penghuni istana yang memang berjenis kelamin perempuan, tengah melakukan tarian-tarian yang diiringi alat musik istana duyung itu. Suka cita mereka makin terasa sempurna saat Arya dan Gayatri tiba di ruangan itu, sorak-sorai kegembiraan terdengar riuh di sela-sela tarian dan alunan suara musik. Arya dan Gayatri duduk di kursi yang memang di spesialkan oleh para pasukan duyung, kemudian keduanya tampak larut dalam suasana suk
last updateLast Updated : 2024-01-04
Read more

Bab 276. Pulau Kematian

Nun jauh di sana ke arah matahari terbit terdapat danau yang di tengah-tengahnya terdapat pulau karang berongga-rongga, konon danau itu tercipta akibat letusan gunung berapi yang sangat besar dan tinggi ribuan tahun lalu sebelum negeri itu dinamakan Negeri Peri. Pulau karang yang berongga-rongga itu menyimpan banyak misteri yang hingga kini belum terungkap, itu dikarenakan sulitnya medan menuju pulau itu. Di samping di kelilingi danau yang dihuni puluhan buaya ganas, pulau karang itu juga banyak didiami ular berbisa berbagai macam jenis. Banyak sudah korban dari kelompok manusia Negeri Peri yang mencoba mengunjungi pulau karang itu, untuk mencari hal yang selama ini didengungkan terdapatnya sebuah benda berharga di sana hingga di kawasan pulau karang itu banyak dijumpai tengkorak manusia. Di antara rongga-rongga karang itu, terdapat sebuah rongga yang paling besar berupa goa yang di dalamnya terdapat patung besar yang di kelilingi air berasal dari danau. Di dalam air itu pula terdap
last updateLast Updated : 2024-01-04
Read more

Bab 277. Hampir Saja Bentrok

Acara puncak pernikahan itu sendiri akan diadakan saat matahari terbenam nanti, makanya para perempuan serta para lelaki suku dufan menargetkan segala sesuatunya mulai dari persiapan dan keperluan acara itu selesai sebelum malam tiba. Saat malam datang di depan hingga belakang rumah salah satu warga suku itu terang benderang oleh cahaya obor yang dipasang berkeliling, di tengah-tengah halaman juga dibuat unggunan api yang berfungsi sebagai salah satu syarat sahnya pasangan pengantin suku dufan. Setelah pasangan pengantin ditaburi bermacam-macam jenis bunga yang dicampur beras ketan, keduanya diminta untuk mengelilingi api unggun sebanyak 7 kali putaran sambil bergandengan tangan. Saat mengitari api unggun itu, pasangan pengantin juga diiringi dengan alunan alat musik serta tarian-tarian yang dilakukan oleh beberapa orang perempuan dan lelaki yang berpasang-pasangan. Sungguh meriah acara pernikahan itu, seluruh yang hadir turut bersuka cita dari anak-anak hingga orang dewasa. Setelah
last updateLast Updated : 2024-01-05
Read more

Bab 278. Bertemu Dengan Mahadewi

“Maafkan kami Ketua, kami datang membawa tiga orang sahabat ini untuk bertemu denganmu.” tutur Sri Dewi. “Sahabat? Sejak kapan saya membolehkan kalian bersahabat dengan para lelaki?!” suara Ketua para Dewi yang tidak lain adalah Mahadewi itu terdengar agak lantang. “Mereka inilah orang yang telah menyelamatkan saya dan kedua saudara kita dari sekapan Ketua manusia hijau, beberapa waktu yang lalu itu.” tutur Sri Dewi. “Oh, jadi kalian yang bernama Arya, Benggala dan Yuda Tirta itu?” suara Mahadewi yang tadi lantang berubah lembut dan ramah, Arya dan kedua sahabatnya hanya tersenyum sembari anggukan kepala. “Mari, silahkan kita duduk di sana!” sambung Mahadewi mengajak Arya dan kedua sahabatnya ke sebuah ruangan terbuka di samping rumah Ketua para Dewi itu. Setelah ia dan Arya berserta kedua sahabatnya duduk, Mahadewi memerintahkan para Dewi untuk menyiapkan jamuan makan dan minum untuk tamu kehormatan mereka itu. Para Dewi pun segera menjalani semua yang diperintahkan Ratu mereka,
last updateLast Updated : 2024-01-05
Read more

Bab 279. Balas Budi Para Dewi

“Di Negeri Peri ini memang banyak sekali terdapat keanehan dan masih menjadi misteri, makanya kami disarankan oleh Resi Dharma untuk menjelajah keseluruh penjuru negeri ini untuk mencari tahu tentang semua itu. Apakah di kawasan para Dewi ini baik-baik saja? Maksudku ada tidak sesuatu yang kalian anggap aneh terjadi di sini?” sambung Arya. “Sejauh ini kami tidak menemukan keanehan apa-apa, kami tinggal di kawasan ini damai dan tentram saja. Kejadian aneh satu-satu yang pernah di alami saat menghilangnya secara misterius Suci Dewi, Ranti Dewi dan Sri Dewi beberapa bulan yang lalu. Kami mengira mereka bertiga telah tewas dimangsa binatang buas di hutan, tahunya mereka diculik dan disekap di kediaman manusia hijau itu.” tutur Mahadewi. “Moga saja setelah kejadian itu, tak ada lagi kejadian-kejadian aneh lainnya yang terjadi di kawasan ini. Kalian tetap tinggal dengan nyaman diperbukitan ini tanpa ada gangguan lagi dari kelompok mana pun.” harapan Arya. “Ya Arya, kami semua juga berhar
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

Bab 280. Dewa Bola Api

Bramadera yang memang telah menebak jika lelaki cebol di depannya akan menyerang, dengan segera ia berkelip dua langkah ke samping deru angin pukulan Sugara pun berhasil ia hindari. Mulai saat itulah terjadi saling serang dan hindar, hingga menjadikan pertarungan itu terlihat sengit dan berimbang. “Wuuuuuuus..! Wuuuuuuuuus..! Kraaaaaak...! Kraaaaaaak...!” beberapa batang pohon berukuran sedang patah lalu tumbang terkena serangan dari kedua petarung itu kala sama-sama berhasil menghindar. Cukup kewalahan juga Bramadera melayani Sugara yang bertubuh cebol itu karena sulit menepatkan sasaran serangannya, Sugara sangat gesit bergerak kian kemari hingga cukup menguras tenaga untuk melayani bertarung. “Deeeeeees..! Aaaaaaaaaahk..!” erangan Bramadera terdengar saat sebuah pukulan bertenaga dalam yang lumayan tinggi dilesatkan Sugara mengenai paha bagian dalam. Bramadera terjingkrak-jingkrak menahan rasa nyeri dan panas akibat pukulan dari Sugara itu, dengan geram ia berdiri tegak lalu me
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
46
DMCA.com Protection Status