Nun jauh di sana ke arah matahari terbit terdapat danau yang di tengah-tengahnya terdapat pulau karang berongga-rongga, konon danau itu tercipta akibat letusan gunung berapi yang sangat besar dan tinggi ribuan tahun lalu sebelum negeri itu dinamakan Negeri Peri. Pulau karang yang berongga-rongga itu menyimpan banyak misteri yang hingga kini belum terungkap, itu dikarenakan sulitnya medan menuju pulau itu. Di samping di kelilingi danau yang dihuni puluhan buaya ganas, pulau karang itu juga banyak didiami ular berbisa berbagai macam jenis. Banyak sudah korban dari kelompok manusia Negeri Peri yang mencoba mengunjungi pulau karang itu, untuk mencari hal yang selama ini didengungkan terdapatnya sebuah benda berharga di sana hingga di kawasan pulau karang itu banyak dijumpai tengkorak manusia. Di antara rongga-rongga karang itu, terdapat sebuah rongga yang paling besar berupa goa yang di dalamnya terdapat patung besar yang di kelilingi air berasal dari danau. Di dalam air itu pula terdap
Acara puncak pernikahan itu sendiri akan diadakan saat matahari terbenam nanti, makanya para perempuan serta para lelaki suku dufan menargetkan segala sesuatunya mulai dari persiapan dan keperluan acara itu selesai sebelum malam tiba. Saat malam datang di depan hingga belakang rumah salah satu warga suku itu terang benderang oleh cahaya obor yang dipasang berkeliling, di tengah-tengah halaman juga dibuat unggunan api yang berfungsi sebagai salah satu syarat sahnya pasangan pengantin suku dufan. Setelah pasangan pengantin ditaburi bermacam-macam jenis bunga yang dicampur beras ketan, keduanya diminta untuk mengelilingi api unggun sebanyak 7 kali putaran sambil bergandengan tangan. Saat mengitari api unggun itu, pasangan pengantin juga diiringi dengan alunan alat musik serta tarian-tarian yang dilakukan oleh beberapa orang perempuan dan lelaki yang berpasang-pasangan. Sungguh meriah acara pernikahan itu, seluruh yang hadir turut bersuka cita dari anak-anak hingga orang dewasa. Setelah
“Maafkan kami Ketua, kami datang membawa tiga orang sahabat ini untuk bertemu denganmu.” tutur Sri Dewi. “Sahabat? Sejak kapan saya membolehkan kalian bersahabat dengan para lelaki?!” suara Ketua para Dewi yang tidak lain adalah Mahadewi itu terdengar agak lantang. “Mereka inilah orang yang telah menyelamatkan saya dan kedua saudara kita dari sekapan Ketua manusia hijau, beberapa waktu yang lalu itu.” tutur Sri Dewi. “Oh, jadi kalian yang bernama Arya, Benggala dan Yuda Tirta itu?” suara Mahadewi yang tadi lantang berubah lembut dan ramah, Arya dan kedua sahabatnya hanya tersenyum sembari anggukan kepala. “Mari, silahkan kita duduk di sana!” sambung Mahadewi mengajak Arya dan kedua sahabatnya ke sebuah ruangan terbuka di samping rumah Ketua para Dewi itu. Setelah ia dan Arya berserta kedua sahabatnya duduk, Mahadewi memerintahkan para Dewi untuk menyiapkan jamuan makan dan minum untuk tamu kehormatan mereka itu. Para Dewi pun segera menjalani semua yang diperintahkan Ratu mereka,
“Di Negeri Peri ini memang banyak sekali terdapat keanehan dan masih menjadi misteri, makanya kami disarankan oleh Resi Dharma untuk menjelajah keseluruh penjuru negeri ini untuk mencari tahu tentang semua itu. Apakah di kawasan para Dewi ini baik-baik saja? Maksudku ada tidak sesuatu yang kalian anggap aneh terjadi di sini?” sambung Arya. “Sejauh ini kami tidak menemukan keanehan apa-apa, kami tinggal di kawasan ini damai dan tentram saja. Kejadian aneh satu-satu yang pernah di alami saat menghilangnya secara misterius Suci Dewi, Ranti Dewi dan Sri Dewi beberapa bulan yang lalu. Kami mengira mereka bertiga telah tewas dimangsa binatang buas di hutan, tahunya mereka diculik dan disekap di kediaman manusia hijau itu.” tutur Mahadewi. “Moga saja setelah kejadian itu, tak ada lagi kejadian-kejadian aneh lainnya yang terjadi di kawasan ini. Kalian tetap tinggal dengan nyaman diperbukitan ini tanpa ada gangguan lagi dari kelompok mana pun.” harapan Arya. “Ya Arya, kami semua juga berhar
Bramadera yang memang telah menebak jika lelaki cebol di depannya akan menyerang, dengan segera ia berkelip dua langkah ke samping deru angin pukulan Sugara pun berhasil ia hindari. Mulai saat itulah terjadi saling serang dan hindar, hingga menjadikan pertarungan itu terlihat sengit dan berimbang. “Wuuuuuuus..! Wuuuuuuuuus..! Kraaaaaak...! Kraaaaaaak...!” beberapa batang pohon berukuran sedang patah lalu tumbang terkena serangan dari kedua petarung itu kala sama-sama berhasil menghindar. Cukup kewalahan juga Bramadera melayani Sugara yang bertubuh cebol itu karena sulit menepatkan sasaran serangannya, Sugara sangat gesit bergerak kian kemari hingga cukup menguras tenaga untuk melayani bertarung. “Deeeeeees..! Aaaaaaaaaahk..!” erangan Bramadera terdengar saat sebuah pukulan bertenaga dalam yang lumayan tinggi dilesatkan Sugara mengenai paha bagian dalam. Bramadera terjingkrak-jingkrak menahan rasa nyeri dan panas akibat pukulan dari Sugara itu, dengan geram ia berdiri tegak lalu me
“Kami ingin menuju ke kawasan Timur Negeri Peri ini, jika sobat tanyakan tujuan kami untuk apa kami sendiri belum dapat memastikannya. Kami hanya mengikuti gerak hati dan langkah kaki saja, dan ternyata salah satu yang kami temui adalah sobat yang tengah bertarung dengan mahkluk jelmaan itu.” tutur Arya. “Ya, dia memang mahkluk yang jahat! Saya mengikutinya sejak tadi siang, karena saya yakin ia akan menuju ke pemukiman tertentu untuk bergabung dengan salah satu kelompok penghuni Negeri Peri ini. Setelah dapat bergabung dia akan menghasut kelompok itu untuk berbuat kerusakan dan keonaran di Negeri Peri ini, seperti halnya yang telah mereka lakukan pada pemukiman dan saudara-saudaraku di tepian danau di sebelah Timur sana!” tutur Dewa Bola Api. “Mereka? Siapa yang sobat Dewa Bola Api maksudkan?” tanya Arya. “Mahkluk yang bertubuh raksasa tadi bernama Bramadera, dia adalah salah satu prajurit dari Kerajaan Angkasa di atas sana! Para prajurit Kerajaan itu dulu pernah menghancurkan pem
“Moga suatu saat nanti kita bisa temui cara untuk dapat ke sana, untuk sementara waktu kita jalankan saja tugas yang di amanatkan Resi Dharma. Kita harus gagalkan semua rencana jahat dari Kerajaan Angkasa itu, untuk membuat kekacauan dan menginginkan kehancuran Negeri Peri ini.” tutur Benggala. “Benar Benggala, sekarang sudah sore tak lama lagi malam akan tiba. Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan ke arah Timur, kita harus dapat ke luar dari hutan ini sebelum gelap. Apakah kamu tahu Sugara, jalan ke luar yang lebih cepat dari hutan ini menuju arah Timur?” ujar Arya sembari bertanya pada Dewa Bola Api. “Tahu sobat, Arya. Mari ikuti saya!” habis berucap manusia cebol itu melesat, larinya yang sangat cepat membuat Arya dan kedua sahabatnya terkejut secara tubuh sobat barunya itu hanya sebatas pinggang mereka. Arya dan kedua sahabatnya segera mengikuti arah Dewa Bola Api berlari, mereka tak ingin kehilangan jejak yang akan menyulitkan ataupula membutuhkan waktu lama untuk bisa ke luar d
“Bisa saja Yuda, saya pun curiga ada sesuatu di sana. Apa sobat Dewa Bola Api pernah tahu yang dicari saudaramu di pulau itu?” tanya Arya. “Saya tak tahu persis apa yang akan mereka cari di sana, soalnya mereka yang ke sana selalu pergi secara diam-diam. Tahu-tahu menghilang tak kembali lagi ke pemukiman, kabar yang saya dengar dari kelompok lain di pulau itu terdapat sebuah patung besar letaknya di dalam goa berair patung itu terbuat dari emas murni.” jawab Dewa Bola Api. “Oh pantas saja mereka nekad ke sana, rupanya ingin mengambil emas dari tubuh patung. Yang jadi tanda tanya besar sekarang ini, apa yang menyebabkan semua orang yang pernah ke sana menemui ajalnya? Apakah patung itu bisa bergerak dan membunuh setiap orang yang datang mendekatinya?” “Entahlah Arya, kalau soal itu saya sendiri tak mengetahuinya. Yang saya ketahui di danau banyak terdapat buaya-buaya ganas, beberapa orang dari saudara kami yang mencari ikan di danau itu menjadi korban dan buaya-buaya itu pernah juga
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa