“Kami ingin menuju ke kawasan Timur Negeri Peri ini, jika sobat tanyakan tujuan kami untuk apa kami sendiri belum dapat memastikannya. Kami hanya mengikuti gerak hati dan langkah kaki saja, dan ternyata salah satu yang kami temui adalah sobat yang tengah bertarung dengan mahkluk jelmaan itu.” tutur Arya. “Ya, dia memang mahkluk yang jahat! Saya mengikutinya sejak tadi siang, karena saya yakin ia akan menuju ke pemukiman tertentu untuk bergabung dengan salah satu kelompok penghuni Negeri Peri ini. Setelah dapat bergabung dia akan menghasut kelompok itu untuk berbuat kerusakan dan keonaran di Negeri Peri ini, seperti halnya yang telah mereka lakukan pada pemukiman dan saudara-saudaraku di tepian danau di sebelah Timur sana!” tutur Dewa Bola Api. “Mereka? Siapa yang sobat Dewa Bola Api maksudkan?” tanya Arya. “Mahkluk yang bertubuh raksasa tadi bernama Bramadera, dia adalah salah satu prajurit dari Kerajaan Angkasa di atas sana! Para prajurit Kerajaan itu dulu pernah menghancurkan pem
“Moga suatu saat nanti kita bisa temui cara untuk dapat ke sana, untuk sementara waktu kita jalankan saja tugas yang di amanatkan Resi Dharma. Kita harus gagalkan semua rencana jahat dari Kerajaan Angkasa itu, untuk membuat kekacauan dan menginginkan kehancuran Negeri Peri ini.” tutur Benggala. “Benar Benggala, sekarang sudah sore tak lama lagi malam akan tiba. Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan ke arah Timur, kita harus dapat ke luar dari hutan ini sebelum gelap. Apakah kamu tahu Sugara, jalan ke luar yang lebih cepat dari hutan ini menuju arah Timur?” ujar Arya sembari bertanya pada Dewa Bola Api. “Tahu sobat, Arya. Mari ikuti saya!” habis berucap manusia cebol itu melesat, larinya yang sangat cepat membuat Arya dan kedua sahabatnya terkejut secara tubuh sobat barunya itu hanya sebatas pinggang mereka. Arya dan kedua sahabatnya segera mengikuti arah Dewa Bola Api berlari, mereka tak ingin kehilangan jejak yang akan menyulitkan ataupula membutuhkan waktu lama untuk bisa ke luar d
“Bisa saja Yuda, saya pun curiga ada sesuatu di sana. Apa sobat Dewa Bola Api pernah tahu yang dicari saudaramu di pulau itu?” tanya Arya. “Saya tak tahu persis apa yang akan mereka cari di sana, soalnya mereka yang ke sana selalu pergi secara diam-diam. Tahu-tahu menghilang tak kembali lagi ke pemukiman, kabar yang saya dengar dari kelompok lain di pulau itu terdapat sebuah patung besar letaknya di dalam goa berair patung itu terbuat dari emas murni.” jawab Dewa Bola Api. “Oh pantas saja mereka nekad ke sana, rupanya ingin mengambil emas dari tubuh patung. Yang jadi tanda tanya besar sekarang ini, apa yang menyebabkan semua orang yang pernah ke sana menemui ajalnya? Apakah patung itu bisa bergerak dan membunuh setiap orang yang datang mendekatinya?” “Entahlah Arya, kalau soal itu saya sendiri tak mengetahuinya. Yang saya ketahui di danau banyak terdapat buaya-buaya ganas, beberapa orang dari saudara kami yang mencari ikan di danau itu menjadi korban dan buaya-buaya itu pernah juga
“Hai orang-orang asing, ada keperluan apa kalian memasuki kawasan pemukiman Suku Andahan ini?” tanya seorang lelaki berbadan paling tegap di antara para penghuni lelaki di kawasan pemukiman itu. “Maafkan kami, Kisanak. Kami tak sengaja memasuki kawasan pemukiman ini, tujuan kami sebenarnya ingin menuju ke arah Timur sana! Namun setelah melewati beberapa buah bukit dan sungai kami bertemu dengan pemukiman ini, kami tak ada maksud jahat sama sekali.” tutur Arya mewakili ketiga sahabatnya. “Kawasan ini adalah kawasan pemukiman Suku Andahan, dan saya Garda sebagai kepala sukunya. Jika ada orang asing yang bukan asli suku ini, saya berkewajiban mencari tahu alasan orang itu memasuki kawasan pemukiman kami.” ujar lelaki berbadan tegap yang bernama Garda selaku kepala suku penghuni pemukiman di sana. “Oh, jadi ini pemukiman ini dihuni oleh kelompok yang disatukan oleh sebuah suku yang kalian berinama Suku Andahan? Nama saya Arya, ketiga sahabat saya ini bernama Benggala, Yuda Tirta dan De
“Bagus juga sistim bercocok tanam seperti itu, kalian bisa bergiliran panen dan saling membantu.” “Betul Arya rencananya besok pagi kami akan sama-sama memanen padi di lahan persawahan di sebelah sana, padinya sudah benar-benar layak untuk di panen!” Garda menunjuk lahan persawahan yang padinya rata-rata telah menguning dan siap di panen. Tak beberapa lama sekelompok perempuan Suku Andahan itu datang ke ruangan terbuka tempat mereka duduk dan berbincang-bincang, para perempuan yang datang itu membawa makanan yang baru saja mereka masak berserta air sejuk perbukitan yang setiap hari mereka ambil untuk dikomsumsi. Adapun manakan yang mereka suguhkan sama hal di negeri asal sang pendekar, di sana tersedia nasi serta lauk-pauknya. Setelah semua makanan itu diletakan di ruangan itu para perempuan Suku Andahan kembali ke pemukiman mereka masing-masing melakukan aktifitas yang lainnya hingga nanti mereka dipanggil kembali ke sana. Garda mempersilahkan Arya dan ketiga sahabatnya untuk men
Malam itu Arya dan ketiga sahabatnya menginap di sebuah rumah yang sengaja dikosongkan untuk mereka beristirahat, di depan rumah itu terdapat pendopo yang bisa digunakan untuk duduk-duduk santai menikmati suasana malam di sela cahaya obor yang menerangi hingga halaman rumah itu. Arya dan ketiga sahabatnya duduk di pendopo, di sana juga ada Garda dan beberapa orang lelaki Suku Andahan yang ikut duduk bercakap-cakap sembari menikmati kopi hangat yang disuguhkan para perempuan Suku Andahan itu. “Luar biasa nyaman dan sejuknya hawa dikawasan ini, pantas saja kalian betah tinggal bertahun-tahun lamanya menetap di pemukiman ini.” puji Arya mengawali perbincangan mereka di pendopo rumah itu. “Di sini baik siang apalagi malam, udara selalu terasa sejuk. Mungkin karena perbukitan yang mengelilingi kawasan ini hingga angin tak henti-hentinya bertiup dari segala arah, tapi jika tak diselingi minum kopi mungkin rasa kantuk akan lekas datang terlebih jika seharian bekerja di sawah dan di ladang
“Kalian jangan mencoba-coba melawan! Kami bisa saja membunuh kalian satu-persatu! Sekarang lebih baik kalian serahkan saja padi-padi kalian, kebutuhan kami sudah mulai menipis!” ancam salah seorang dari komplotan manusia bertanduk yang baru saja turun dari perbukitan, lalu menghampiri para Suku Andahan. “Enak saja kalian bicara! Jika dulu kami memang menuruti apa yang kalian mau, tapi sekarang jangan pernah mengancam kami lagi! Kami semua di sini siap bertarung hidup-mati menghadapi kalian!” seru salah seorang pasukan Suku Andahan yang telah dilengkapi senjata. Komplotan manusia bertanduk nampak terkejut mendengar seruan dari salah seorang lelaki Suku Andahan itu, namun karena tak ingin terlihat gentar para manusia bertanduk itu segera menyerang dan terjadilah pertempuran yang cukup sengit dari kedua kelompok itu. Arya dan ketiga sahabatnya begitu tiba di sana langsung membantu para lelaki Suku Andahan yang berusaha menghadang dengan menghadapi serangan yang dilakukan komplotan ma
Sorak-sorai terdengar dari atas perbukitan di mana di sana Garda dan beberapa lelaki Suku Andahan lainnya menyaksikan Arya berhasil mengatasi keganasan mahkluk raksasa bertanduk yang mengerikan itu, mereka secara serentak berlari menuruni lereng bukit menghampiri Arya dan ketiga sahabatnya yang saat itu telah berdiri berdampingan di depan tubuh raksasa yang tergeletak tanpa kepala dan satu kaki itu. Sementara para manusia kerbau yang sejak tadi juga ikut menyaksikan pertarungan mengerikan itu tampak semakin ketakutan, mereka yang berjumlah puluhan itu hanya berbaris diam pasrah saat mengetahui jika Ketua mereka yang menjelma sebagai raksasa bertanduk itu telah tewas. Arya dan ketiga sahabatnya yang diiringi Garda serta beberapa lelaki Suku Andahan berjalan menghampiri barisan para manusia kerbau yang tertunduk dengan wajah penuh ketakukan, Garda dan beberapa lelaki Suku Andahan mengira Arya akan menghabisi para manusia kerbau itu hingga mereka juga bersiap untuk membantu. “Ampuni k
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa