“Bagus juga sistim bercocok tanam seperti itu, kalian bisa bergiliran panen dan saling membantu.” “Betul Arya rencananya besok pagi kami akan sama-sama memanen padi di lahan persawahan di sebelah sana, padinya sudah benar-benar layak untuk di panen!” Garda menunjuk lahan persawahan yang padinya rata-rata telah menguning dan siap di panen. Tak beberapa lama sekelompok perempuan Suku Andahan itu datang ke ruangan terbuka tempat mereka duduk dan berbincang-bincang, para perempuan yang datang itu membawa makanan yang baru saja mereka masak berserta air sejuk perbukitan yang setiap hari mereka ambil untuk dikomsumsi. Adapun manakan yang mereka suguhkan sama hal di negeri asal sang pendekar, di sana tersedia nasi serta lauk-pauknya. Setelah semua makanan itu diletakan di ruangan itu para perempuan Suku Andahan kembali ke pemukiman mereka masing-masing melakukan aktifitas yang lainnya hingga nanti mereka dipanggil kembali ke sana. Garda mempersilahkan Arya dan ketiga sahabatnya untuk men
Malam itu Arya dan ketiga sahabatnya menginap di sebuah rumah yang sengaja dikosongkan untuk mereka beristirahat, di depan rumah itu terdapat pendopo yang bisa digunakan untuk duduk-duduk santai menikmati suasana malam di sela cahaya obor yang menerangi hingga halaman rumah itu. Arya dan ketiga sahabatnya duduk di pendopo, di sana juga ada Garda dan beberapa orang lelaki Suku Andahan yang ikut duduk bercakap-cakap sembari menikmati kopi hangat yang disuguhkan para perempuan Suku Andahan itu. “Luar biasa nyaman dan sejuknya hawa dikawasan ini, pantas saja kalian betah tinggal bertahun-tahun lamanya menetap di pemukiman ini.” puji Arya mengawali perbincangan mereka di pendopo rumah itu. “Di sini baik siang apalagi malam, udara selalu terasa sejuk. Mungkin karena perbukitan yang mengelilingi kawasan ini hingga angin tak henti-hentinya bertiup dari segala arah, tapi jika tak diselingi minum kopi mungkin rasa kantuk akan lekas datang terlebih jika seharian bekerja di sawah dan di ladang
“Kalian jangan mencoba-coba melawan! Kami bisa saja membunuh kalian satu-persatu! Sekarang lebih baik kalian serahkan saja padi-padi kalian, kebutuhan kami sudah mulai menipis!” ancam salah seorang dari komplotan manusia bertanduk yang baru saja turun dari perbukitan, lalu menghampiri para Suku Andahan. “Enak saja kalian bicara! Jika dulu kami memang menuruti apa yang kalian mau, tapi sekarang jangan pernah mengancam kami lagi! Kami semua di sini siap bertarung hidup-mati menghadapi kalian!” seru salah seorang pasukan Suku Andahan yang telah dilengkapi senjata. Komplotan manusia bertanduk nampak terkejut mendengar seruan dari salah seorang lelaki Suku Andahan itu, namun karena tak ingin terlihat gentar para manusia bertanduk itu segera menyerang dan terjadilah pertempuran yang cukup sengit dari kedua kelompok itu. Arya dan ketiga sahabatnya begitu tiba di sana langsung membantu para lelaki Suku Andahan yang berusaha menghadang dengan menghadapi serangan yang dilakukan komplotan ma
Sorak-sorai terdengar dari atas perbukitan di mana di sana Garda dan beberapa lelaki Suku Andahan lainnya menyaksikan Arya berhasil mengatasi keganasan mahkluk raksasa bertanduk yang mengerikan itu, mereka secara serentak berlari menuruni lereng bukit menghampiri Arya dan ketiga sahabatnya yang saat itu telah berdiri berdampingan di depan tubuh raksasa yang tergeletak tanpa kepala dan satu kaki itu. Sementara para manusia kerbau yang sejak tadi juga ikut menyaksikan pertarungan mengerikan itu tampak semakin ketakutan, mereka yang berjumlah puluhan itu hanya berbaris diam pasrah saat mengetahui jika Ketua mereka yang menjelma sebagai raksasa bertanduk itu telah tewas. Arya dan ketiga sahabatnya yang diiringi Garda serta beberapa lelaki Suku Andahan berjalan menghampiri barisan para manusia kerbau yang tertunduk dengan wajah penuh ketakukan, Garda dan beberapa lelaki Suku Andahan mengira Arya akan menghabisi para manusia kerbau itu hingga mereka juga bersiap untuk membantu. “Ampuni k
Garda dan Bagas anggukan kepala mereka menyetujui semua yang diinginkan Arya, mereka berdua saling berpelukan pertanda mulai saat itu hubungan Suku Andahan dan kelompok manusia kerbau sudah seperti saudara. Arya dan ketiga sahabatnya sangat senang melihat hal itu, dan diiringi Bagas serta beberapa lelaki dari kelompok manusia kerbau mereka pun kembali ke pemukiman Suku Andahan yang terletak di sebalik bukit. Seperti yang telah dijanjikan Garda, begitu dia tiba di pemukiman Suku Andahan langsung memerintahkan semua yang termasuk ke dalam kelompok Suku Andahan itu untuk memberikan sekarung padinya untuk dibawa para manusia kerbau ke pemukiman mereka, semua itu merupakan pinjaman yang akan dikembalikan pada saat kelompok manusia kerbau panen nanti karena mulai besok pagi mereka semua akan mulai berladang dan mengarap sawah. “Sepertinya tugas kami di sini sudah selesai, Bagas. Berhubung hari belum sore, kami mohon diri untuk melanjutkan perjalanan ke arah Timur sana!” tutur Arya. “Wah,
Sekedar diketahui Kerajaan Siluman salah satu Kerajaan yang cukup besar dan terkuat yang ada di negeri atas awan, para prajurit yang juga terdiri para siluman itu memiliki kemampuan yang tentu di atas rata-rata manusia biasa. Selain mereka dapat melakukan hal yang tak dapat dilakukan manusia normal, mereka juga memiliki keahlian merubah wujud menjadi apapun jua. Terlebih lagi Durpa dan Durpi kedua sosok yang saat ini menjadi Raja dan Permaisuri Kerajaan Siluman itu memiliki kesaktian yang luar biasa, sejauh ini hanya Batara Durja yang mampu menaklukan mereka berdua. Mereka dikenal di kawasan negeri atas awan dengan julukan Sepasang Siluman Naga, karena memang sosok Durpa bisa merubah dirinya menjadi seekor naga merah yang besar dan ganas begitu pula dengan Durpi bisa berubah menjadi naga kuning. Seperti halnya yang dilakukan Briwadiga, mereka hanya menempuh perjalanan jauh itu menuju Kerajaan Angkasa dengan waktu 15 menit saja. Kedatangan Durpa dan Durpi yang diiringi Briwadiga disa
Mereka berempat seakan tak merasakan hawa dingin dari deruan angin kencang yang selalu bertiup, sementara api yang mereka unggun tak mampu menyala besar karena ranting-ranting yang mereka tumpuk lama-kelamaan menjadi berembun akibat lebatnya hujan yang diterpa angin kencang. Walaupun demikian api unggun itu tak padam, ia tetap menyala meskipun nyalanya hanya sekedar dapat membuat ranting-ranting itu menjadi bara dalam waktu yang cukup lama. Saat mereka terjaga di pagi harinya, saat itulah hujan sudah tak lagi turun. Namun tetap saja akibat lebat dan lamanya hujan semalam, pagi itu nampak berkabut dan terasa dingin di kawasan pinggiran hutan tempat Arya dan ketiga sahabatnya beristirahat di bawah sebatang pohon. “Untung saja pohon besar ini cukup rindang hingga mampu menahan hujan lebat yang turun tadi malam, kalau tidak tentu badan kita akan basah kuyup.” tutur Benggala. “Ya, yang ditakutkan jika tembakau Dewa Bola Api basah kuyup akan susah kering karena pagi ini matahari belum ju
“Beruang? Saya tak melihat sosok beruang sejak kamu ke luar dari sela-sela pepohonan itu, memangnya kamu dari mana sampai dikejar-kejar beruang?” tanya Arya. “Saya tadi mencuci pakaian di sebelah sana! Kemudian beruang itu muncul dari hutan itu hendak menerkam saya!” jawab perempuan itu. “Kamu sendirian saja mencuci pakaian di sungai ini?” tanya Arya lagi karena merasa heran. “Tadinya saya bersama teman-teman, karena pakaian mereka sudah selesai dicuci semuanya mereka pamit untuk pulang lebih dulu.” “Oh begitu? Jadi tak jauh dari sungai ini ada pemukiman rupanya, di sebelah mana pemukiman kalian berada? Biar kami antar kau pulang!” ujar Arya. “Di sana, di sebalik hutan itu!” perempuan cantik itu menunjuk ke arah hutan yang ada di pinggiran sungai. “Hemmm, saya merasa ada yang aneh dengan perempuan ini! Siapa sebenarnya dia? Tak mungkin dia berani datang ke sungai ini melewati hutan yang cukup lebat itu!” gumam Arya dalam hati, dia menaruh kecurigaan karena merasa tak wajar seora
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa