Para lelaki Suku Dolo nampak sibuk memasang tenda yang akan mereka jadikan tempat berkumpul di depan halaman rumah yang luas milik kepala suku, sementara para perempuannya telah mulai memasak mulai dari nasi, lauk-pauk serta minuman yang akan disuguhkan untuk keperluan acara pesta panen nantinya. Dwira juga ikut membantu para perempuan Suku Dolo itu, karena hari itu dia merupakan bagian dari Suku Dolo yang diizinkan tinggal di pemukiman itu setelah mendapat persetujuan sebagian besar dari penduduk Suku Dolo. “Apakah acara semacam ini selalu diadakan setiap kali panen, Sima?” tanya Dwira yang ikut membantu memasak di bagian samping rumah Prawira. “Iya Dwira, kami selalu mengadakan acara syukuran setiap kali panen dan mendapat hasil yang berlimpah. Tradisi ini sudah ada sejak belasan tahun yang lalu, saat berdirinya Suku Dolo.” tutur Sima. “Apakah para lelaki Suku Dolo juga pintar dalam hal bela diri menghadapi jika musuh datang ke kawasan pemukiman ini?” tanya Dwira lagi. “Sejauh
Acara makan siang bersama pun usai, Arya dan ketiga sahabatnya pun berdiri dari duduknya diikuti seluruh warga Suku Simba.“Para saudara Suku Simba semua! Sepertinya sudah saatnya pula kami mohon diri untuk melanjutkan perjalanan ke arah Utara sana, terima kasih untuk jamuan makan siangnya.” ucap Arya mewakili para sahabatnya.“Ya Arya, kami juga berterima kasih dan sangat senang bertemu dengan kalian. Jika suatu saat nanti kalian melintas kembali di kawasan pemukiman ini, jangan sungkan untuk singgah.” tutur Askabima mewakili para Suku Simba.“Tentu saja kepala suku, kami pasti akan singgah jika nanti melintasi kawasan pemukiman ini.” habis berucap Arya dan ketiga sahabatnya lambaikan tangan, kemudian meninggalkan kawasan pemukiman Suku Simba itu.******Acara pesta panen yang diadakan Suku Dolo siang itu sangat meriah, selain di sekitar halaman tempat kediaman kepala suku yang telah dipasang tenda-tenda tersedia berbagai jenis makanan dilengkapi minuman juga terdapat pertunjukan tar
“Sejauh ini kita para biksu belum dapat berbuat apa-apa untuk mencegah kejahatan serta ambisi Batara Durja menguasai negeri di atas awan, selain menjaga kuil ini yang memang belum mampu dimasuki para pasukan Kerajaan Angkasa. Tapi saya kuatir cepat atau lambat Batara Durja akan menemui cara untuk dapat masuk, dan itu sangat berbahaya!” tutur salah seorang biksu menunjukan rasa kecemasannya. “Amitaba...! Moga sang Budha selalu menjaga kawasan kuil suci ini.” ucap biksu pemilik kitab Telapak Budha itu. Sore yang cukup cerah itu dimanfaatkan Dwira dan para lelaki Suku Dolo untuk berlatih di lahan persawahan kering yang baru dipanen, setiap lelaki yang ingin berlatih telah membekali diri mereka dengan persenjataan yang tadi siang diminta oleh Dwira. Prawira sebagai kepala suku tidak ikut berlatih, dia hanya memantau para warganya yang ingin berlatih menggunakan senjata dan ilmu bela diri yang akan diajarkan Dwira. Hal pertama yang dilakukan Dwira meminta para lelaki Suku Dolo itu berla
“Kira-kira apa ya yang terjadi di sana, yang mulia?” tanya Lestari. “Entahlah, Peri Ratu hanya meminta saya untuk turun mengawasi. Sekilas ia mengatakan, jika pihak Kerajaan Angkasa tengah berupaya menyusup kelompok-kelompok manusia penghuni negeri itu untuk melakukan tindakan yang dapat membuat kekacauan antar kelompok di sana. Jika itu benar adanya tentu saja tak bisa dibiarkan berlarut-larut, para penyusup itu harus ditumpas!” tutur Peri Salju. “Benar yang mulia, karena Negeri Peri merupakan negeri di bawah kekuasaan para Peri di negeri di atas awan ini. Jadi kapan rencananya yang mulia akan turun menyelidiki negeri itu?” tanya Lestari lagi. “Karena hari sudah semakin sore, sebaiknya saya ke sana besok pagi saja. Selama saya turun ke Negeri Peri, saya harap kalian bisa menjaga istana ini dengan baik. Jangan sampai lengah, karena setiap saat pihak Kerajaan Angkasa dapat pula menyusup ke istana ini!” tutur Peri Salju mengingatkan. “Yang mulia tenang saja, nanti saya akan beri tah
Peri yang telah menikah harus mengikuti dimana suaminya tinggal, dan itu telah menjadi ketentuan dari pimpinan segala Peri yaitu Peri Ratu. Banyak juga di antara Peri yang menjalin kasih dan menikah dengan manusia di Kerajaan-kerajaan negeri di atas angin itu, umumnya yang menjadi suami mereka adalah putra mahkota atau pangeran Raja sebuah Kerajaan. Pantangan hanya diberlakukan untuk para keturunan Peri yang hendak menjalin hubungan dengan kelompok yang dinyatakan dilarang, seperti Kerajaan Angkasa dan Kerajaan Siluman. Jika ada golongan Peri yang nekad menjalin hubungan dengan kelompok yang dilarang itu, maka Peri Ratu akan menjatuhkan hukuman berat kepadanya seperti kutukan atau dibuang dari negeri di atas awan. Sejauh ini telah banyak para pangeran Kerajaan negeri di atas awan yang berusaha merebut hati Peri Salju, namun tak satupun di antara mereka yang berhasil mendapatkan tempat di hati peri nan jelita itu. Para Peri yang memimpin di empat penjuru sering diundang di acara besa
“Ya, kita memang harus tegas kepala suku. Kalau tidak kelompok atau suku lain yang hendak mengacau kawasan pemukiman ini akan leluasa, dan terus-menerus berusaha menaklukan kita di sini!” seru salah seorang dari lelaki Suku Dolo. “Jika hal itu sudah menjadi kesepakatan bersama, saya pun tak bisa mencegah dan musti menyetujuinya asalkan nanti jangan pernah ada di antara kita yang memulai terlebih dahulu perselisihan dengan kelompok atau suku lainnya.” pinta Prawira. “Baik kepala suku, kami berjanji takan memulai permusuhan dengan kelompok atau suku lainnya.” ujar mereka. “Nah, saya rasa pertemuan kita malam ini sudah cukup. Apakah ada yang di antara kalian yang ingin bertanya, mengenai tahap-tahap latihan yang ingin saya ajarkan?” para lelaki Suku Dolo menggelengkan kepala mereka. “Jadi kalian sudah mengerti semua?” sambung Dwira. “Sudah.” sahut mereka bersamaan. “Baiklah, sekarang kita sudahi pertemuan ini dan besok sore kembali kita berlatih.” tutur Dwira, kemudian secara bers
“Pasti sosok mu sangat disanjung dan dirindui orang-orang di negeri asalmu, apalagi kau telah banyak berbuat kebaikan pada mereka. Saya semakin faham sekarang, jika berbuat kebaikan akan jauh lebih baik dibandingkan berupaya membalaskan dendam.” ujar Dewa Bola Api yang sampai saat itu masih menaruh dendam pada prajurit Kerajaan Angkasa, yang telah membumi hanguskan pemukiman serta membunuh saudara-saudaranya. “Ya, berbuat kebaikan dan membela kebenaran merupakan kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang pendekar. Semua itu dilakukan bukan untuk mendapat sanjungan ataupun penghargaan, melainkan tuntutan hati nurani karena tak ingin melihat penindasan pada orang-orang yang lemah dan tak berdosa.” tutur Arya menambahkan. Malam kian larut hawa pun terasa lebih dingin, Arya dan kedua sahabatnya hentikan perbincangan mereka lalu mengikuti Benggala yang lebih dulu beristirahat di tepian sungai itu. Unggunan api masih menyala, aroma bekas ikan panggang pun masih tercium diterpa angin m
“Apakah kamu telah menghubungi salah seorang dari sahabat-sahabat kita itu?” tanya Dwita yang juga ikut memikirkan para sahabatnya itu. “Belum Dwita, sejak kita berpencar di kawasan sebuah hutan beberapa waktu yang lalu. Baik saya maupun salah seorang dari mereka belum ada yang menghubungi saya, saya kuatir terjadi sesuatu pada mereka.” tutur Dwira yang mulai cemas akan keadaan para sahabatnya itu. “Nanti malam coba kamu hubungi salah seorang dari mereka, paling tidak kita tahu keberadaan mereka saat ini di mana.” “Ya, nanti malam saya akan berusaha menghubungi mereka. Sekarang sebaiknya kita sudahi pertemuan kita ini, saya kuatir jika lama-lama meninggalkan kawasan pemukiman Suku Dolo mereka akan menaruh kecurigaan pada saya.” tutur Dwira. “Baiklah, sekarang kita kembali ke kawasan kita masing-masing. Jangan lupa nanti kabarkan kepada saya tentang kapan rencana itu akan kita laksanakan dan kabar tentang para sahabat kita itu!” ujar Dwita. “Ya, nanti saya kabarkan.” habis berucap
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa