Danu berkata, “Kak Wira, Nona Dian, kita sudah sampai di rumah baru!”Dian yang masih tersipu pun berbisik, “Tuan, kita sudah sampai!”Namun, Wira sudah tertidur lelap.“Kak Wira, Nona Dian!” Danu merasa aneh karena Wira dan Dian masih belum turun. Dia pun membuka tirai kereta kuda dan melihat Wira yang sedang memeluk Dian. Dia secara refleks menutup matanya dan berkata, “Duh, anginnya kencang banget! Ada pasir yang masuk ke mataku. Aku nggak melihat apa pun!”Dian mendorong Wira, lalu berkata, “Tuan, kita sudah sampai. Cepat bangun!”“Sayang, biarkan aku tidur sebentar lagi. Habis itu, aku akan memuaskanmu,” gumam Wira yang masih sangat mengantuk. Di dalam mimpi, Wulan tidak berhenti mengoceh.“Ka ... kamu!” Dian yang mengerti maksud itu langsung merasa sangat malu.Tepat di saat ini, terdengar suara Doddy, “Kak Danu, Kak Wira sudah pulang? Kenapa nggak turun dari kereta?”Danu berbisik, “Diam! Di sini nggak ada urusanmu, tunggu saja di samping. Jangan berdiri di sekitar kereta kuda!”
Read more