Home / Fantasi / Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius: Chapter 201 - Chapter 210

2702 Chapters

Bab 201

Brak! Gerbang Kediaman Gumilar pun ditutup.Semua orang langsung tercengang dan berpikir, ‘Apa yang sudah terjadi barusan? Apa aku sedang bermimpi?’Pak Putro yang begitu terkenal berlari keluar dengan telanjang kaki untuk mencegat pelajar itu. Dia juga memberi perintah untuk menutup pintu karena takut pelajar itu kabur. Bukan hanya begitu, dia juga memanggil pelajar itu dengan sebutan tuan. Ada apa ini sebenarnya? Jawaban apa yang ditulis pelajar itu sehingga membuat Farhan dan Putro begitu antusias? Dalam sekejap, semua orang merasa sangat penasaran pada jawaban yang ditulis Wira. Harsa yang awalnya masih yakin jawaban Wira tidak akan mendapatkan perhatian Putro pun merasa sangat malu. Ekspresinya langsung berubah drastis.Dian merasa sangat terkejut bercampur gembira, sedangkan Danu merasa sangat bangga, seolah-olah itu adalah hal yang wajar.“Eh, kamu?” Setelah melihat pria paruh baya berkaki telanjang yang menarik tangannya, Wira merasa dunia ini sangat kecil. Pria paruh baya it
Read more

Bab 202

‘Memang nggak salah pakai nama Ayah,’ pikir Harsa dengan gembira. Dia pun berkata sambil hendak melangkah masuk, “Aku awalnya ....”“Ekhem!” Putro buru-buru mengangkat tangan untuk menahan Harsa dan berkata, “Umm, Harsa. Kalau kamu datangnya lebih cepat, aku pasti akan menjamu kamu. Tapi, sekarang aku harus menjamu Tuan ini. Sebaiknya kamu datang lagi besok. Pengawal, siapkan makanan dan penginapan untuk Harsa. Setelah menjamu Tuan, aku akan menjamunya!”Seorang pengawal berjalan maju dan berkata, “Tuan Harsa, silakan.”Harsa langsung merasa kesal. Dia pun bertanya, “Paman Putro, apa sebenarnya jawaban yang ditulisnya sehingga bisa membuat cendekiawan sepertimu bersikap seperti ini?”Saat ini, “adik ipar” yang direndahkannya sudah menjadi “Tuan” bagi Putro. Harsa tentu saja tidak bisa menerima hal ini.Sekelompok sarjana provinsi juga menatap mereka dengan penuh penasaran.“Harsa, di depan Tuan, jangan panggil aku cendekiawan!” Putro melambaikan tangannya dan menjawab, “Mengenai jawaba
Read more

Bab 203

Sekelompok sarjana provinsi mengerutkan kening mereka, sedangkan Harsa terlihat menantikannya dan Dian juga memusatkan perhatiannya. Mereka tidak merasa jawaban Wira sangat luar biasa.Wira juga diam-diam memusatkan perhatiannya agar bisa mendengar penjelasan Putro dulu. Dengan begitu, dia baru bisa menjelaskan sesuatu pada saat berdiskusi dengan Putro nanti.Putro pun menjelaskan dengan bersemangat, “Pengetahuan itu kesadaran hati dan pemahaman tentang berbagai hal, sedangkan perbuatan adalah tindakan nyata. Memahami prinsip dan menerapkannya adalah hal yang tidak terpisahkan. Singkatnya, setelah mengetahui sesuatu, kamu juga harus melakukan tindakan. Itulah yang disebut kesatuan pengetahuan dan tindakan.”Harsa berkata dengan merendahkan, “Bukannya itu prinsip yang sangat sederhana?”Para sarjana provinsi lainnya juga mengangguk. Mereka juga tahu mengenai prinsip itu. Hanya saja, Wira sudah menyampaikannya dengan kata yang lebih menarik.Putro berkata dengan ekspresi muram, “Semua pr
Read more

Bab 204

Dian menjadi agak panik. Dia tahu bahwa Putro sedang menguji pengetahuan Wira. Jika bisa menjelaskannya dengan baik, Wira pasti bisa membuat orang-orang ini terkesan dan membangun reputasinya. Jika tidak, reputasi baiknya yang sudah dibentuk Putro tadi pasti akan langsung hancur.“Baiklah. Berhubung kalian mau dengar, aku akan menjelaskan sedikit.” Wira memeras otaknya, lalu terpikirkan sesuatu dan berkata, “Dasar dari pemikiran hati, baik itu kesatuan pengetahuan dan tindakan, mencari dalam hati nurani sendiri, maupun belajar dari pengalaman, semuanya berputar di sekitar tiga kata. Asalkan bisa memahami tiga kata ini, seseorang pasti bisa memahami dasar filsafat.”Semua orang langsung tercengang. Di sisi lain, mata Putro langsung berbinar. Mereka tidak menyangka Wira akan merangkum dasar filsafat dalam tiga kata.“Penerapan, hati nurani, pengetahuan!” ujar Wira tanpa ragu. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu yang dikatakan profesornya dulu. Inti dari filsafat itu adalah tiga kata
Read more

Bab 205

Lagi pula, semua orang sudah paham. Jika ada orang yang masih tidak paham, bukankah dia akan terlihat sangat bodoh? Oleh karena itu, 99% sarjana provinsi pun berturut-turut mengatakan bahwa mereka sudah “paham”. Hanya Harsa sendiri yang masih berdiri di depan pintu dan terlihat sangat mencolok.Saat berbalik dan melihat Harsa, Wira pun bertanya, “Kamu belum paham?”‘Sialan! Semua orang sudah paham. Tapi aku sendiri malah nggak ngerti apa yang kukatakan!’ maki Wira dalam hati. Untungnya, Harsa juga belum paham. Setidaknya, Wira sudah terhibur.“A ... aku juga sudah paham sedikit!” Harsa langsung malu dan buru-buru berlutut di hadapan Putro sambil berkata, “Terima kasih atas bimbingan Paman!”Harsa sudah mengetahui betapa luas wawasan Putro dari ayahnya. Dengan jawaban Wira sebelumnya dan penjelasan Putro, dia benar-benar sudah mengerti sedikit. Saat ini, dia yang sebelumnya sangat keras kepala sudah mulai goyah. Dia merasa “adik iparnya” itu sepertinya memang benar-benar memiliki penget
Read more

Bab 206

Farhan berbalik, lalu masuk ke Kediaman Gumilar. Dia benar-benar sangat kagum pada teori filsafat yang diungkapkan Wira, juga kebijakan merobohkan dinding pasar, pemerataan pembagian tanah, dan pemungutan pajak yang seimbang. Setelah mengetahui identitas Wira, Farhan semakin kagum pada Wira dan tidak ingin membiarkan sarjana-sarjana itu merendahkan Wira. “Masih ada hal yang belum kita ketahui? Tuan Wahyudi misterius sekali!”“Kalau nggak, kamu pikir kenapa Pak Putro begitu memuji Tuan Wahyudi!”“Ya ampun, aku malah berani mencurigainya tadi. Aku benar-benar keliru!”“Aku juga!”“Tapi, apa sebenarnya arti ‘kampret’ yang diucapkan Tuan Wahyudi dan Pak Putro sebelumnya?”“Mungkin mereka ingin kita menerapkan apa yang kita ketahui!”“Emm, benar!”“Ayo kita terapkan!”Di luar Kediaman Gumilar, sekelompok sarjana provinsi itu pun menjadi bersemangat....“Dik, aku nggak nyangka ternyata kamu itu tamu yang kuundang!” Begitu mengetahui identitas Wira, Putro langsung merangkul bahunya dengan b
Read more

Bab 207

Saat berada di rumah Suryadi, Wira pernah minum arak buah dan masih belum melupakan rasa pahit itu. Namun, kota pusat pemerintahan tidak menjual arak buah yang murahan. Arak yang dijual di sini difermentasi dari beras, anggur, dan bunga. Rasanya sangat enak sehingga Wira tanpa sadar minum banyak dan mulai pusing. Berhubung takut sembarangan bicara, Wira berusaha mengendalikan pikirannya dan tidak berbicara.Namun, Putro yang sudah mabuk malah menarik tangan Wira dan berkata, “Dik, kalau kamu lahir 20 tahun lebih cepat, kamu pasti bisa memulihkan kejayaan Nuala! Sayangnya, semuanya sudah terlambat sekarang!”Ekspresi Farhan langsung berubah. Dia memapah Putro dan berkata, “Guru, kamu sudah mabuk. Kerajaan Nuala masih berjaya kok!”“Berjaya apanya! Memangnya aku nggak tahu situasi Nuala sekarang?” Putro melambaikan tangannya lalu mendorong Farhan sambil berkata, “Uang dan kekuasaan itu dasar memerintah negara. Yang dimaksud dengan uang adalah pajak. Nuala sudah kekurangan uang dari dulu
Read more

Bab 208

Putro bersandar di altar, lalu bergumam, “Dirga, bangsa Agrel akan menyerang lagi. Sayangnya, kamu sudah tiada. Siapa lagi orang di dunia ini yang bisa melawan mereka? Aku baru mengenal seorang adik kecil. Andaikan sifatmu sama sepertinya! Dengan begitu, bangsa Agrel pasti sudah dimusnahkan sekarang. Haih!”...Di luar Kediaman Gumilar, Wira yang diterpa angin dingin pun menjadi sedikit lebih sadar. Dia naik ke kereta kuda, lalu hanya duduk diam.Dian tiba-tiba bertanya dengan suara rendah, “Tuan, apa kamu lagi memikirkan ucapan Pak Putro tadi?”Wira mengangguk dan menjawab, “Sepertinya Kak Putro nggak mabuk. Aku rasa dia sengaja mengucapkan kata-kata itu untuk memperingatiku.”Dian bertanya dengan heran, “Tuan, kalau ada kesempatan untuk bekerja di istana, memangnya kamu berencana untuk menolaknya?”Di Kerajaan Nuala, orang yang tidak mengikuti ujian kerajaan tidak akan bisa menjadi pejabat. Awalnya, Dian tidak percaya Wira yang tidak mengikuti ujian kerajaan bisa menjadi pejabat. Nam
Read more

Bab 209

Danu berkata, “Kak Wira, Nona Dian, kita sudah sampai di rumah baru!”Dian yang masih tersipu pun berbisik, “Tuan, kita sudah sampai!”Namun, Wira sudah tertidur lelap.“Kak Wira, Nona Dian!” Danu merasa aneh karena Wira dan Dian masih belum turun. Dia pun membuka tirai kereta kuda dan melihat Wira yang sedang memeluk Dian. Dia secara refleks menutup matanya dan berkata, “Duh, anginnya kencang banget! Ada pasir yang masuk ke mataku. Aku nggak melihat apa pun!”Dian mendorong Wira, lalu berkata, “Tuan, kita sudah sampai. Cepat bangun!”“Sayang, biarkan aku tidur sebentar lagi. Habis itu, aku akan memuaskanmu,” gumam Wira yang masih sangat mengantuk. Di dalam mimpi, Wulan tidak berhenti mengoceh.“Ka ... kamu!” Dian yang mengerti maksud itu langsung merasa sangat malu.Tepat di saat ini, terdengar suara Doddy, “Kak Danu, Kak Wira sudah pulang? Kenapa nggak turun dari kereta?”Danu berbisik, “Diam! Di sini nggak ada urusanmu, tunggu saja di samping. Jangan berdiri di sekitar kereta kuda!”
Read more

Bab 210

Plak! Fabrian langsung menendang penjaga gerbang itu dan memaki, “Apa kamu sudah buta? Siapa kamu? Beraninya kamu bersikap begitu sombong di hadapan kami!”Penjaga gerbang itu langsung terkejut karena belum pernah dipukul selama bekerja di sini. Dia pun berlari masuk ke gudang garam dengan terburu-buru.Hal yang mengejutkan adalah, tidak ada seorang pengawal pun yang menghentikan Wira dan yang lain. Tidak lama kemudian, penjaga gerbang tadi berjalan keluar lagi. Kemudian, dia mempersilakan Wira dan yang lainnya masuk dengan hormat untuk bertemu dengan Kenny, pejabat yang mengurus gudang garam ini.“Ternyata Tuan Fabrian ya! Ada apa Tuan Fabrian kemari? Apa Pak Putro punya perintah?” tanya Kenny dengan hormat sambil tersenyum pada Fabrian. Dia langsung mengabaikan Wira.“Pak Kenny, Paman Putro sudah mengundurkan diri dari jabatannya. Sekarang, dia hanya seorang rakyat biasa, mana mungkin dia berani memberi perintah pada Bapak!” jawab Fabrian dengan sopan. Kemudian, dia menunjuk ke arah
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
271
DMCA.com Protection Status