Share

Bab 203

Penulis: Arif
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-23 15:32:53
Sekelompok sarjana provinsi mengerutkan kening mereka, sedangkan Harsa terlihat menantikannya dan Dian juga memusatkan perhatiannya. Mereka tidak merasa jawaban Wira sangat luar biasa.

Wira juga diam-diam memusatkan perhatiannya agar bisa mendengar penjelasan Putro dulu. Dengan begitu, dia baru bisa menjelaskan sesuatu pada saat berdiskusi dengan Putro nanti.

Putro pun menjelaskan dengan bersemangat, “Pengetahuan itu kesadaran hati dan pemahaman tentang berbagai hal, sedangkan perbuatan adalah tindakan nyata. Memahami prinsip dan menerapkannya adalah hal yang tidak terpisahkan. Singkatnya, setelah mengetahui sesuatu, kamu juga harus melakukan tindakan. Itulah yang disebut kesatuan pengetahuan dan tindakan.”

Harsa berkata dengan merendahkan, “Bukannya itu prinsip yang sangat sederhana?”

Para sarjana provinsi lainnya juga mengangguk. Mereka juga tahu mengenai prinsip itu. Hanya saja, Wira sudah menyampaikannya dengan kata yang lebih menarik.

Putro berkata dengan ekspresi muram, “Semua pr
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 204

    Dian menjadi agak panik. Dia tahu bahwa Putro sedang menguji pengetahuan Wira. Jika bisa menjelaskannya dengan baik, Wira pasti bisa membuat orang-orang ini terkesan dan membangun reputasinya. Jika tidak, reputasi baiknya yang sudah dibentuk Putro tadi pasti akan langsung hancur.“Baiklah. Berhubung kalian mau dengar, aku akan menjelaskan sedikit.” Wira memeras otaknya, lalu terpikirkan sesuatu dan berkata, “Dasar dari pemikiran hati, baik itu kesatuan pengetahuan dan tindakan, mencari dalam hati nurani sendiri, maupun belajar dari pengalaman, semuanya berputar di sekitar tiga kata. Asalkan bisa memahami tiga kata ini, seseorang pasti bisa memahami dasar filsafat.”Semua orang langsung tercengang. Di sisi lain, mata Putro langsung berbinar. Mereka tidak menyangka Wira akan merangkum dasar filsafat dalam tiga kata.“Penerapan, hati nurani, pengetahuan!” ujar Wira tanpa ragu. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu yang dikatakan profesornya dulu. Inti dari filsafat itu adalah tiga kata

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 205

    Lagi pula, semua orang sudah paham. Jika ada orang yang masih tidak paham, bukankah dia akan terlihat sangat bodoh? Oleh karena itu, 99% sarjana provinsi pun berturut-turut mengatakan bahwa mereka sudah “paham”. Hanya Harsa sendiri yang masih berdiri di depan pintu dan terlihat sangat mencolok.Saat berbalik dan melihat Harsa, Wira pun bertanya, “Kamu belum paham?”‘Sialan! Semua orang sudah paham. Tapi aku sendiri malah nggak ngerti apa yang kukatakan!’ maki Wira dalam hati. Untungnya, Harsa juga belum paham. Setidaknya, Wira sudah terhibur.“A ... aku juga sudah paham sedikit!” Harsa langsung malu dan buru-buru berlutut di hadapan Putro sambil berkata, “Terima kasih atas bimbingan Paman!”Harsa sudah mengetahui betapa luas wawasan Putro dari ayahnya. Dengan jawaban Wira sebelumnya dan penjelasan Putro, dia benar-benar sudah mengerti sedikit. Saat ini, dia yang sebelumnya sangat keras kepala sudah mulai goyah. Dia merasa “adik iparnya” itu sepertinya memang benar-benar memiliki penget

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 206

    Farhan berbalik, lalu masuk ke Kediaman Gumilar. Dia benar-benar sangat kagum pada teori filsafat yang diungkapkan Wira, juga kebijakan merobohkan dinding pasar, pemerataan pembagian tanah, dan pemungutan pajak yang seimbang. Setelah mengetahui identitas Wira, Farhan semakin kagum pada Wira dan tidak ingin membiarkan sarjana-sarjana itu merendahkan Wira. “Masih ada hal yang belum kita ketahui? Tuan Wahyudi misterius sekali!”“Kalau nggak, kamu pikir kenapa Pak Putro begitu memuji Tuan Wahyudi!”“Ya ampun, aku malah berani mencurigainya tadi. Aku benar-benar keliru!”“Aku juga!”“Tapi, apa sebenarnya arti ‘kampret’ yang diucapkan Tuan Wahyudi dan Pak Putro sebelumnya?”“Mungkin mereka ingin kita menerapkan apa yang kita ketahui!”“Emm, benar!”“Ayo kita terapkan!”Di luar Kediaman Gumilar, sekelompok sarjana provinsi itu pun menjadi bersemangat....“Dik, aku nggak nyangka ternyata kamu itu tamu yang kuundang!” Begitu mengetahui identitas Wira, Putro langsung merangkul bahunya dengan b

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 207

    Saat berada di rumah Suryadi, Wira pernah minum arak buah dan masih belum melupakan rasa pahit itu. Namun, kota pusat pemerintahan tidak menjual arak buah yang murahan. Arak yang dijual di sini difermentasi dari beras, anggur, dan bunga. Rasanya sangat enak sehingga Wira tanpa sadar minum banyak dan mulai pusing. Berhubung takut sembarangan bicara, Wira berusaha mengendalikan pikirannya dan tidak berbicara.Namun, Putro yang sudah mabuk malah menarik tangan Wira dan berkata, “Dik, kalau kamu lahir 20 tahun lebih cepat, kamu pasti bisa memulihkan kejayaan Nuala! Sayangnya, semuanya sudah terlambat sekarang!”Ekspresi Farhan langsung berubah. Dia memapah Putro dan berkata, “Guru, kamu sudah mabuk. Kerajaan Nuala masih berjaya kok!”“Berjaya apanya! Memangnya aku nggak tahu situasi Nuala sekarang?” Putro melambaikan tangannya lalu mendorong Farhan sambil berkata, “Uang dan kekuasaan itu dasar memerintah negara. Yang dimaksud dengan uang adalah pajak. Nuala sudah kekurangan uang dari dulu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 208

    Putro bersandar di altar, lalu bergumam, “Dirga, bangsa Agrel akan menyerang lagi. Sayangnya, kamu sudah tiada. Siapa lagi orang di dunia ini yang bisa melawan mereka? Aku baru mengenal seorang adik kecil. Andaikan sifatmu sama sepertinya! Dengan begitu, bangsa Agrel pasti sudah dimusnahkan sekarang. Haih!”...Di luar Kediaman Gumilar, Wira yang diterpa angin dingin pun menjadi sedikit lebih sadar. Dia naik ke kereta kuda, lalu hanya duduk diam.Dian tiba-tiba bertanya dengan suara rendah, “Tuan, apa kamu lagi memikirkan ucapan Pak Putro tadi?”Wira mengangguk dan menjawab, “Sepertinya Kak Putro nggak mabuk. Aku rasa dia sengaja mengucapkan kata-kata itu untuk memperingatiku.”Dian bertanya dengan heran, “Tuan, kalau ada kesempatan untuk bekerja di istana, memangnya kamu berencana untuk menolaknya?”Di Kerajaan Nuala, orang yang tidak mengikuti ujian kerajaan tidak akan bisa menjadi pejabat. Awalnya, Dian tidak percaya Wira yang tidak mengikuti ujian kerajaan bisa menjadi pejabat. Nam

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 209

    Danu berkata, “Kak Wira, Nona Dian, kita sudah sampai di rumah baru!”Dian yang masih tersipu pun berbisik, “Tuan, kita sudah sampai!”Namun, Wira sudah tertidur lelap.“Kak Wira, Nona Dian!” Danu merasa aneh karena Wira dan Dian masih belum turun. Dia pun membuka tirai kereta kuda dan melihat Wira yang sedang memeluk Dian. Dia secara refleks menutup matanya dan berkata, “Duh, anginnya kencang banget! Ada pasir yang masuk ke mataku. Aku nggak melihat apa pun!”Dian mendorong Wira, lalu berkata, “Tuan, kita sudah sampai. Cepat bangun!”“Sayang, biarkan aku tidur sebentar lagi. Habis itu, aku akan memuaskanmu,” gumam Wira yang masih sangat mengantuk. Di dalam mimpi, Wulan tidak berhenti mengoceh.“Ka ... kamu!” Dian yang mengerti maksud itu langsung merasa sangat malu.Tepat di saat ini, terdengar suara Doddy, “Kak Danu, Kak Wira sudah pulang? Kenapa nggak turun dari kereta?”Danu berbisik, “Diam! Di sini nggak ada urusanmu, tunggu saja di samping. Jangan berdiri di sekitar kereta kuda!”

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 210

    Plak! Fabrian langsung menendang penjaga gerbang itu dan memaki, “Apa kamu sudah buta? Siapa kamu? Beraninya kamu bersikap begitu sombong di hadapan kami!”Penjaga gerbang itu langsung terkejut karena belum pernah dipukul selama bekerja di sini. Dia pun berlari masuk ke gudang garam dengan terburu-buru.Hal yang mengejutkan adalah, tidak ada seorang pengawal pun yang menghentikan Wira dan yang lain. Tidak lama kemudian, penjaga gerbang tadi berjalan keluar lagi. Kemudian, dia mempersilakan Wira dan yang lainnya masuk dengan hormat untuk bertemu dengan Kenny, pejabat yang mengurus gudang garam ini.“Ternyata Tuan Fabrian ya! Ada apa Tuan Fabrian kemari? Apa Pak Putro punya perintah?” tanya Kenny dengan hormat sambil tersenyum pada Fabrian. Dia langsung mengabaikan Wira.“Pak Kenny, Paman Putro sudah mengundurkan diri dari jabatannya. Sekarang, dia hanya seorang rakyat biasa, mana mungkin dia berani memberi perintah pada Bapak!” jawab Fabrian dengan sopan. Kemudian, dia menunjuk ke arah

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 211

    Wira mendengus, “Kamu sudah selesai bicara?”“Eh?” Setelah melihat Wira yang sama sekali tidak ketakutan, Kenny pun merasa ada yang tidak beres.“Danu!” teriak Wira.Kemudian, Danu berjalan masuk sambil membawa Pedang Treksha dan pedang pejabat.“Apa yang mau kamu lakukan? Membunuh pejabat itu termasuk pemberontakan. Jangan menjerumuskan di .... Ah!” Ekspresi Kenny langsung berubah drastis dan dia buru-buru melangkah mundur. Namun, apa yang terjadi selanjutnya sangat mengejutkannya.Prang! Krek! Danu mengeluarkan Pedang Treksha, lalu menghantamnya ke pedang pejabat. Kemudian, pedang pejabat itu pun terbelah dua.Kenny pun berseru kaget, “Pedang ajaib yang bisa membelah apa pun!”Brak! Wira meletakkan Pedang Treksha ke hadapan Kenny, lalu bertanya, “Pak Kenny, kamu rasa pedang ini bisa dijual dengan harga berapa?”Kenny mengambil Pedang Treksha, lalu mengamati ketajaman dan pola aneh di bilah pedang. Kemudian, dia mencabut sehelai rambut dan mengembuskannya ke arah bilah pedang. Alhasil

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2838

    Di mata semua orang, Doly sudah menjadi pengkhianat yang tidak termaafkan. Keadaannya bisa terpuruk seperti sekarang, dia mereka benar-benar menyedihkan dan menggelikan."Tuan Wira, aku akan kembali ke kamarku untuk beristirahat dulu. Tubuhku masih terluka, jadi harap Tuan Wira bisa memakluminya," kata Doly. Melihat Wira menganggukkan kepala, dia pun pergi.Pada saat yang bersamaan, Wira juga bergegas kembali ke kamarnya. Semua urusan sudah hampir selesai, sekarang dia benar-benar perlu beristirahat. Dia sudah tidak tidur selama satu hari satu malam dan sekarang dia merasa sangat lelah.Setibanya di kamar, Wira langsung tertidur. Selain itu, dia juga sudah memerintahkan pengawal yang berjaga di luar untuk tidak membangunkannya jika tidak ada hal yang mendesak. Masalah di wilayah tandus di utara dan bencana banjir sudah selesai diatasi, dia akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.....Di Kerajaan Agrel.Setelah perjalanan selama beberapa hari, Senia dan rombongannya akhirnya sudah kembali k

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2837

    "Untuk sementara ini nggak perlu," kata Wira sambil melambaikan tangan pada Doly.Doly berkata dengan tegas, "Orang itu sangat keras kepala, mungkin hanya Dokter Arifin yang punya kemampuan untuk membuatnya berbicara. Sekarang kita harus segera mencari cara untuk menghadapi makhluk beracun itu sebelum Senia kembali ke wilayah tandus di utara dan mengembangkan lebih banyak makhluk beracun. Ini akan menjadi bencana bagi rakyat.""Aku tahu Tuan Wira selalu mengutamakan kebaikan dan kesejahteraan rakyat, kamu pasti nggak ingin melihat hal itu terjadi, 'kan? Saat itu aku juga melawan Senia karena hal ini dan akhirnya aku terancam mati. Kalau nggak ada bantuan Tuan Wira, mungkin sekarang aku sudah mati."Dia ingin segera mengetahui kebenarannya bukan karena dendam pribadi. Meskipun suatu hari nanti Senia kalah dan berdiri di hadapannya, dia juga tidak akan sanggup membunuh Senia. Bagaimanapun juga, dia tidak pernah menganggap Senia sebagai musuhnya. Mungkin semua ini hanya karena perbedaan p

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2836

    Wira menunggu respons dari Nayara. Namun, Nayara menggertakkan giginya dengan erat dan tetap tidak berbicara, seolah-olah tidak mendengar apa-apa. Dari keringat dingin di keningnya, dia bisa melihat Nayara sebenarnya juga sangat bingung dan jelas ketakutan. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang dipertimbangkan Nayara."Biarkan dia memikirkannya dengan baik dulu, beri dia sedikit waktu lagi. Lagi pula, sekarang kita juga nggak terburu-buru. Meskipun dia memberi tahu kita rahasia dari makhluk beracun itu, kita juga nggak bisa langsung menemukan cara untuk menghadapinya. Harapan kita masih tergantung pada Lucy," kata Wira.Mengenal diri dan lawan adalah kunci kemenangan. Bukan hanya bisa menciptakan racun, guru agung ini juga bisa mengendalikan situasinya. Wira dan yang lainnya juga menyaksikan langsung kejadian itu dan memang sangat menakutkan.Meskipun bisa mengatasi makhluk beracun itu, mereka juga tidak bisa menekan kekuatan guru besar ini. Jika guru besar ini munc

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2835

    "Kenapa?" tanya Wira.Nayara tidak berbicara lagi, hanya duduk diam di tempatnya dan ekspresi tetap terlihat memohon untuk mati.Doly berjalan ke depan Nayara dan mendengus, lalu berkata dengan tenang, "Karena tubuhmu sudah diracuni seseorang. Jadi, kalau kamu mengatakan sesuatu pada Tuan Wira, mungkin kamu akan sangat menderita. Kamu juga takut dengan rasa sakit itu, jadi kamu memilih cara ini untuk mengakhiri hidupmu. Benar, 'kan?"Nayara mendongak dan melirik Doly, tetapi tetap tidak mengatakan apa pun.Namun, Wira bisa melihat tatapan Nayara yang membuktikan perkataan Doly memang benar dan mungkin itu memang kenyataan yang sebenarnya.Wira pun melanjutkan, "Kamu sebenarnya boleh memercayaiku. Aku nggak peduli apa pun yang kamu sembunyikan di dalam hatimu. Kalau memang seperti yang dikatakan Doly, aku bisa mencari orang untuk menyembuhkan racun itu. Nggak butuh waktu lama, kamu juga akan sembuh total."Nayara menggelengkan kepala dan bergumam, "Nggak ada gunanya. Nggak ada orang yan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2834

    Nayara memang sudah bersekongkol dengan Senia dan saat itu orang yang bertugas untuk menemuinya adalah Doly, sehingga dia mungkin melupakan wajah Doly.Namun, sekarang Senia sudah meninggalkan Provinsi Yonggu dan berselisih dengan Wira. Wira bahkan sudah bersiap mengejar dan membunuh Senia. Nayara berpikir jika Doly berada di pihak yang sama dengan Senia, Doly pasti sudah pergi juga dan saat ini tidak akan muncul di kamarnya.Doly tidak menghiraukan perkataan Nayara, hanya menatap Nayara dengan dingin. Bahkan dia sendiri pun merasa jijik dengan orang licik seperti Nayara. Setidaknya, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya, apalagi melakukan perbuatan keji seperti ini.Nayara jelas tahu orang di depannya adalah musuh bebuyutannya. Namun, demi keuntungannya sendiri, dia tetap tega bekerja sama dengan pihak musuh. Doly bertanya-tanya mengapa ada orang yang sekeji ini di dunia. Orang seperti ini pantas dibunuh oleh siapa pun.Wira kembali menatap Nayara dan berkata dengan tenang, "Seka

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2833

    "Kalau aku nggak percaya perkataan mereka, jadi aku harus percaya perkataan siapa?" kata Wira sambil tersenyum dingin.Nayara segera berkata, "Tuan Wira tentu saja harus percaya perkataanku. Aku sudah berada di pihakmu dan bahkan menceritakan segala sesuatu tentang Desa Damaro padamu, ini sudah cukup untuk membuktikan kesetiaanku.""Aku tahu, pasti ada orang yang iri melihatku makin dekat dengan Tuan Wira belakangan ini. Hubungan kita juga makin baik, jadi ada orang yang cemburu dan membisikkan hal-hal yang nggak benar agar Tuan Wira salah paham padaku."Wira menggelengkan kepala sambil tersenyum dingin merasa Nayara ini benar-benar tidak tahu diri. Dia sudah berdiri di hadapan Nayara karena ingin memberinya satu kesempatan untuk mengakui semuanya dengan patuh. Namun, sampai sekarang pun Nayara masih mencari berbagai alasan untuk membela diri, dia benar-benar merasa kecewa.Dia berdiri dan berjalan ke belakang Nayara, lalu menekan pundak Nayara dan berkata, "Kalau aku nggak punya bukti

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2832

    Nayara berkata sambil menggertakkan giginya, "Dia tentu saja musuh bebuyutanku. Aku nggak akan melupakan apa yang terjadi di Desa Damaro, bahkan sampai sekarang pun aku masih sering bermimpi tentang pemandangan semuanya mati dengan mengerikan di depanku. Semua ini adalah ulah Senia. Aku tentu saja nggak akan pernah berhubungan apa pun dengannya.""Kalau benar-benar ada, itu pun hanya hubungan hidup atau mati. Entah dia yang membunuhku atau aku yang membunuhnya. Kalau bukan karena dendamku pada Senia, aku mana mungkin tega menyerang Dahlan."Nayara berbicara dengan penuh amarah dan tatapan yang penuh dengan niat membunuh, bahkan matanya pun sudah memerah. Ini cukup untuk menunjukkan betapa besar amarah yang tersimpan di hatinya.Namun, Wira tidak menghiraukan perkataan Nayara, melainkan mendengus dan berkata sambil bertepuk tangan, "Aku mengakui aktingmu benar-benar hebat, bahkan aku pun sudah tertipu. Mungkin karena aku percaya dengan apa yang terjadi di Desa Damaro dan juga padamu.""

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2831

    Wira baru teringat kembali dia sudah melupakan orang yang begitu penting. Berkat peringatan dari Doly, dia sudah mengetahui Nayara bukan orang yang sejalan dengannya dan sudah berpihak pada Senia. Nayara bisa mendekatinya karena ingin menjadi mata-mata di sisinya, sehingga bisa membocorkan informasi mereka pada Senia dan sekaligus menyesatkan dirinya.Mengingat semua perbuatan Nayara, Wira benar-benar marah. Nayara berasal dari Desa Damaro, tetapi dia tega melihat para penduduk desa mati secara tragis hanya demi kepentingan pribadinya dan bahkan berpihak pada musuhnya. Syarat apa yang sebenarnya sudah ditawarkan Senia sampai membuatnya begitu setia dengan Senia? Dia bahkan sampai mengabaikan hubungan kekeluargaan.Dalam sekejap, Wira sudah sampai di depan kamar Nayara dan mendengar suara teriakan dari dalam."Cepat lepaskan aku. Aku ingin bertemu dengan Tuan Wira. Aku adalah tamu kehormatan Tuan Wira. Saat Tuan Wira datang ke Desa Damaro, aku yang mengenalkannya. Aku bahkan rela mengor

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2830

    Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p

DMCA.com Protection Status