Share

Bab 205

Penulis: Arif
Lagi pula, semua orang sudah paham. Jika ada orang yang masih tidak paham, bukankah dia akan terlihat sangat bodoh? Oleh karena itu, 99% sarjana provinsi pun berturut-turut mengatakan bahwa mereka sudah “paham”. Hanya Harsa sendiri yang masih berdiri di depan pintu dan terlihat sangat mencolok.

Saat berbalik dan melihat Harsa, Wira pun bertanya, “Kamu belum paham?”

‘Sialan! Semua orang sudah paham. Tapi aku sendiri malah nggak ngerti apa yang kukatakan!’ maki Wira dalam hati. Untungnya, Harsa juga belum paham. Setidaknya, Wira sudah terhibur.

“A ... aku juga sudah paham sedikit!” Harsa langsung malu dan buru-buru berlutut di hadapan Putro sambil berkata, “Terima kasih atas bimbingan Paman!”

Harsa sudah mengetahui betapa luas wawasan Putro dari ayahnya. Dengan jawaban Wira sebelumnya dan penjelasan Putro, dia benar-benar sudah mengerti sedikit. Saat ini, dia yang sebelumnya sangat keras kepala sudah mulai goyah. Dia merasa “adik iparnya” itu sepertinya memang benar-benar memiliki penget
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lenovo Vibe
hahaha Wira: "sialan knp semua paham, aku aja nggak" wkwkwk
goodnovel comment avatar
Anjaryta Sharon
Jadi kaya ilmu, setidak nya ada faedah nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 206

    Farhan berbalik, lalu masuk ke Kediaman Gumilar. Dia benar-benar sangat kagum pada teori filsafat yang diungkapkan Wira, juga kebijakan merobohkan dinding pasar, pemerataan pembagian tanah, dan pemungutan pajak yang seimbang. Setelah mengetahui identitas Wira, Farhan semakin kagum pada Wira dan tidak ingin membiarkan sarjana-sarjana itu merendahkan Wira. “Masih ada hal yang belum kita ketahui? Tuan Wahyudi misterius sekali!”“Kalau nggak, kamu pikir kenapa Pak Putro begitu memuji Tuan Wahyudi!”“Ya ampun, aku malah berani mencurigainya tadi. Aku benar-benar keliru!”“Aku juga!”“Tapi, apa sebenarnya arti ‘kampret’ yang diucapkan Tuan Wahyudi dan Pak Putro sebelumnya?”“Mungkin mereka ingin kita menerapkan apa yang kita ketahui!”“Emm, benar!”“Ayo kita terapkan!”Di luar Kediaman Gumilar, sekelompok sarjana provinsi itu pun menjadi bersemangat....“Dik, aku nggak nyangka ternyata kamu itu tamu yang kuundang!” Begitu mengetahui identitas Wira, Putro langsung merangkul bahunya dengan b

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 207

    Saat berada di rumah Suryadi, Wira pernah minum arak buah dan masih belum melupakan rasa pahit itu. Namun, kota pusat pemerintahan tidak menjual arak buah yang murahan. Arak yang dijual di sini difermentasi dari beras, anggur, dan bunga. Rasanya sangat enak sehingga Wira tanpa sadar minum banyak dan mulai pusing. Berhubung takut sembarangan bicara, Wira berusaha mengendalikan pikirannya dan tidak berbicara.Namun, Putro yang sudah mabuk malah menarik tangan Wira dan berkata, “Dik, kalau kamu lahir 20 tahun lebih cepat, kamu pasti bisa memulihkan kejayaan Nuala! Sayangnya, semuanya sudah terlambat sekarang!”Ekspresi Farhan langsung berubah. Dia memapah Putro dan berkata, “Guru, kamu sudah mabuk. Kerajaan Nuala masih berjaya kok!”“Berjaya apanya! Memangnya aku nggak tahu situasi Nuala sekarang?” Putro melambaikan tangannya lalu mendorong Farhan sambil berkata, “Uang dan kekuasaan itu dasar memerintah negara. Yang dimaksud dengan uang adalah pajak. Nuala sudah kekurangan uang dari dulu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 208

    Putro bersandar di altar, lalu bergumam, “Dirga, bangsa Agrel akan menyerang lagi. Sayangnya, kamu sudah tiada. Siapa lagi orang di dunia ini yang bisa melawan mereka? Aku baru mengenal seorang adik kecil. Andaikan sifatmu sama sepertinya! Dengan begitu, bangsa Agrel pasti sudah dimusnahkan sekarang. Haih!”...Di luar Kediaman Gumilar, Wira yang diterpa angin dingin pun menjadi sedikit lebih sadar. Dia naik ke kereta kuda, lalu hanya duduk diam.Dian tiba-tiba bertanya dengan suara rendah, “Tuan, apa kamu lagi memikirkan ucapan Pak Putro tadi?”Wira mengangguk dan menjawab, “Sepertinya Kak Putro nggak mabuk. Aku rasa dia sengaja mengucapkan kata-kata itu untuk memperingatiku.”Dian bertanya dengan heran, “Tuan, kalau ada kesempatan untuk bekerja di istana, memangnya kamu berencana untuk menolaknya?”Di Kerajaan Nuala, orang yang tidak mengikuti ujian kerajaan tidak akan bisa menjadi pejabat. Awalnya, Dian tidak percaya Wira yang tidak mengikuti ujian kerajaan bisa menjadi pejabat. Nam

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 209

    Danu berkata, “Kak Wira, Nona Dian, kita sudah sampai di rumah baru!”Dian yang masih tersipu pun berbisik, “Tuan, kita sudah sampai!”Namun, Wira sudah tertidur lelap.“Kak Wira, Nona Dian!” Danu merasa aneh karena Wira dan Dian masih belum turun. Dia pun membuka tirai kereta kuda dan melihat Wira yang sedang memeluk Dian. Dia secara refleks menutup matanya dan berkata, “Duh, anginnya kencang banget! Ada pasir yang masuk ke mataku. Aku nggak melihat apa pun!”Dian mendorong Wira, lalu berkata, “Tuan, kita sudah sampai. Cepat bangun!”“Sayang, biarkan aku tidur sebentar lagi. Habis itu, aku akan memuaskanmu,” gumam Wira yang masih sangat mengantuk. Di dalam mimpi, Wulan tidak berhenti mengoceh.“Ka ... kamu!” Dian yang mengerti maksud itu langsung merasa sangat malu.Tepat di saat ini, terdengar suara Doddy, “Kak Danu, Kak Wira sudah pulang? Kenapa nggak turun dari kereta?”Danu berbisik, “Diam! Di sini nggak ada urusanmu, tunggu saja di samping. Jangan berdiri di sekitar kereta kuda!”

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 210

    Plak! Fabrian langsung menendang penjaga gerbang itu dan memaki, “Apa kamu sudah buta? Siapa kamu? Beraninya kamu bersikap begitu sombong di hadapan kami!”Penjaga gerbang itu langsung terkejut karena belum pernah dipukul selama bekerja di sini. Dia pun berlari masuk ke gudang garam dengan terburu-buru.Hal yang mengejutkan adalah, tidak ada seorang pengawal pun yang menghentikan Wira dan yang lain. Tidak lama kemudian, penjaga gerbang tadi berjalan keluar lagi. Kemudian, dia mempersilakan Wira dan yang lainnya masuk dengan hormat untuk bertemu dengan Kenny, pejabat yang mengurus gudang garam ini.“Ternyata Tuan Fabrian ya! Ada apa Tuan Fabrian kemari? Apa Pak Putro punya perintah?” tanya Kenny dengan hormat sambil tersenyum pada Fabrian. Dia langsung mengabaikan Wira.“Pak Kenny, Paman Putro sudah mengundurkan diri dari jabatannya. Sekarang, dia hanya seorang rakyat biasa, mana mungkin dia berani memberi perintah pada Bapak!” jawab Fabrian dengan sopan. Kemudian, dia menunjuk ke arah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 211

    Wira mendengus, “Kamu sudah selesai bicara?”“Eh?” Setelah melihat Wira yang sama sekali tidak ketakutan, Kenny pun merasa ada yang tidak beres.“Danu!” teriak Wira.Kemudian, Danu berjalan masuk sambil membawa Pedang Treksha dan pedang pejabat.“Apa yang mau kamu lakukan? Membunuh pejabat itu termasuk pemberontakan. Jangan menjerumuskan di .... Ah!” Ekspresi Kenny langsung berubah drastis dan dia buru-buru melangkah mundur. Namun, apa yang terjadi selanjutnya sangat mengejutkannya.Prang! Krek! Danu mengeluarkan Pedang Treksha, lalu menghantamnya ke pedang pejabat. Kemudian, pedang pejabat itu pun terbelah dua.Kenny pun berseru kaget, “Pedang ajaib yang bisa membelah apa pun!”Brak! Wira meletakkan Pedang Treksha ke hadapan Kenny, lalu bertanya, “Pak Kenny, kamu rasa pedang ini bisa dijual dengan harga berapa?”Kenny mengambil Pedang Treksha, lalu mengamati ketajaman dan pola aneh di bilah pedang. Kemudian, dia mencabut sehelai rambut dan mengembuskannya ke arah bilah pedang. Alhasil

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 212

    “Ka ... kamu ....” Kenny merasa sangat marah, tetapi juga sangat takut. Orang yang sudah putus asa akan menarik siapa pun untuk mati bersamanya. Bocah di hadapannya juga tidak terkecuali.Wira mengangkat alisnya dan berkata, “Kalau pemindahan jabatanmu cepat, aku pasti sempat membeli kutipan garam dari pengurus gudang garam yang baru.”Kenny mendengus dengan marah, “Kalau kamu benar-benar mau berbuat begitu, kamu pasti sudah melakukannya dari awal. Mana mungkin kamu datang kemari untuk bicara omong kosong denganku lagi. Intinya, kamu hanya mau menggertakku agar aku menjual kutipan garam kepadamu dan kamu bisa melewati kesulitan kali ini!”“Benar, aku memang bermaksud untuk menggertakmu. Kalau kamu berani, ayo kita bertaruh!” Wira berbalik dan melanjutkan, “Setelah aku keluar dari pintu ini, pedang berharga ini akan langsung diantarkan ke ibu kota secepat mungkin untuk ditukarkan dengan jabatanmu sebagai prefektur di Kota Pusat Pemerintahan Helsi!”“Berhenti!” Saat melihat Wira yang hen

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 213

    Tambak Garam Fica berada sekitar 50 kilometer di luar Kota Pusat Pemerintahan Jagabu dan merupakan sebuah desa kecil. Namun, tempat ini adalah tambak garam. Jadi, ada banyak perdagangan yang terjadi sehingga desa ini lebih mirip sebuah kota kecil yang ramai.Terdapat beragam orang di tempat ini seperti, pemilik tambak garam, pekerja di tambak garam, pedagang garam, pejabat dari gudang garam, dan sebagainya.Sebelum langit terang, 10 orang berkuda dan dua kereta kuda sudah tiba di tempat ini. Sekelompok orang in langsung menarik perhatian orang. Namun, orang-orang hanya berani melihat dari kejauhan tanpa berani mendekat. Sebab, sekelompok orang yang berkuda membawa pedang. Mereka jelas bukanlah orang yang mudah dihadapi.Setelah menugaskan Sony untuk pergi mencari informasi, Wira berdiri di samping untuk mengamati desa ini. Tidak lama kemudian, dia pun mengerutkan keningnya.Dian yang peka langsung menyadari perubahan ekspresi Wira dan bertanya, “Tuan, ada apa?”Wira menjawab, “Bukannya

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3116

    Dalam sejarah, para jenderal perang yang menggunakan trisula sangatlah langka. Ini karena satu trisula setidaknya memiliki berat sekitar 90 kilogram. Orang yang mampu mengayunkan senjata semacam ini sudah pasti sangat ganas dan kuat.Di bawah komando Wira, selain Agha yang menggunakan palu berat dengan kedua tangan, tak ada orang lain yang mampu menggunakan senjata berat semacam ini.Dari sini pula bisa dilihat bahwa Zaki, yang disebut sebagai salah satu tangan kanan Bimala, jelas bukan seseorang yang hanya memiliki nama besar tanpa kekuatan nyata.Wakil jenderal yang mengikuti Zaki tersenyum tipis setelah mendengar kabar itu. Dia menangkupkan tangan dan berkata, "Jenderal, aku nggak setuju. Bertempur seperti ini jauh lebih baik daripada yang kita bayangkan sebelumnya. Kita nggak bisa terus bersembunyi di dalam suku sambil bermain intrik dengan mereka yang bermuka dua."Zaki mendengus dingin dan berkata, "Siapa pun yang berani bermain intrik denganku akan langsung kusingkirkan dengan t

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3115

    "Apa?" Wira langsung terkejut dan berpikir mengapa bisa muncul masalah merepotkan seperti ini pada saat krisis ini. Jika para pengungsi ini benar-benar nekat, kekuatan mereka tidak akan jauh berbeda dengan orang biasa. Namun, saat ini mereka sedang bersiap melawan pasukan utara, kehadiran orang-orang ini bisa menjadi faktor yang sangat tidak stabil.Setelah berpikir sejenak, Wira pun memerintah tanpa ragu, "Tutup gerbang kota dan jangan membiarkan para pengungsi itu keluar dulu. Selain itu, buka gudang persediaan dan bagikan makanannya, sebisa mungkin menenangkan para pengungsi itu. Pada saat seperti ini, kita nggak boleh menghadapi masalah seperti ini."Wira berkata dengan ekspresi muram setelah berhenti sejenak, seolah-olah merasa tidak tenang, "Kalau masih ada yang nggak tahu diri, beri tahu Jenderal Trenggi bahwa dia berhak menentukan hidup dan mati mereka. Tapi, itu hanya untuk menakut-nakuti saja, jangan sampai terlalu kejam.""Baik," jawab mata-mata itu.....Di sekitar Dataran

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3114

    Setelah terdiam cukup lama, Nafis mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau mereka melewati jalur cabang ini, mereka akan berputar jauh. Dengan begitu, mereka akan menghindari Dataran Haloam dan laju mereka akan menjadi sangat lambat."Wira juga menganggukkan kepala karena memang ini yang dikhawatirkannya.Beberapa saat kemudian, Arhan memberi hormat dan berkata, "Tuan Wira, aku punya ide, tapi aku nggak tahu apa ini bisa berhasil."Wira tertegun sejenak saat mendengar perkataan itu, lalu matanya bersinar sebagai isyarat agar Arhan melanjutkan perkataannya. Sejak Arhan memimpin pasukannya untuk mengikutinya, Arhan tidak banyak berbicara. Sekarang kesempatan itu sudah datang, dia tentu saja ingin mendengar lebih banyak pemikiran Arhan.Setelah memberi hormat, Arhan menunjuk pada peta dan berkata, "Tuan, coba lihat di sini. Kalau mereka melalui jalur cabang dari Dataran Haloam, mereka akan melewati gunung berbatu. Aku berniat untuk menempatkan pasukan kecil di sini untuk memaksa mereka meng

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3113

    Sekelompok pasukan keluarga dari gerbang utara dengan sangat bersemangat dan langsung menuju Dataran Haloam dan Hutan Bambu Mayu.Begitu tiba di Hutan Bambu Mayu, Wira segera mulai membagi pasukannya sesuai dengan rencana mereka sebelumnya. Hutan ini sangat lebat, sehingga orang yang berjalan di luar tidak akan mengetahui ada orang yang bersembunyi di dalamnya.Selain itu, celah-celah di dalam Hutan Bambu Mayu ini juga cukup lebar dan daerah penyangga yang luasnya beberapa mil. Jangankan tiga ribu Pasukan Harimau yang dipimpin Wira sekarang, mereka juga tetap bisa bersembunyi sepenuhnya jika ditambah dua ribu Pasukan Harimau lagi.Saat Agha dan Latif bersiap untuk memimpin sepuluh ribu prajurit itu berangkat, Latif maju dan berkata, "Tuan, apa perlu kami meninggalkan beberapa prajurit untuk kalian?"Setelah berpikir sejenak, Wira perlahan-lahan berkata, "Nggak perlu, ingat untuk menggunakan mata-mata sebaik mungkin. Kamu dan Agha harus membagi tugas, jangan terus berkumpul bersama. Pas

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3112

    Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3111

    Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3110

    Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3109

    Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3108

    Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status