Tambak Garam Fica berada sekitar 50 kilometer di luar Kota Pusat Pemerintahan Jagabu dan merupakan sebuah desa kecil. Namun, tempat ini adalah tambak garam. Jadi, ada banyak perdagangan yang terjadi sehingga desa ini lebih mirip sebuah kota kecil yang ramai.Terdapat beragam orang di tempat ini seperti, pemilik tambak garam, pekerja di tambak garam, pedagang garam, pejabat dari gudang garam, dan sebagainya.Sebelum langit terang, 10 orang berkuda dan dua kereta kuda sudah tiba di tempat ini. Sekelompok orang in langsung menarik perhatian orang. Namun, orang-orang hanya berani melihat dari kejauhan tanpa berani mendekat. Sebab, sekelompok orang yang berkuda membawa pedang. Mereka jelas bukanlah orang yang mudah dihadapi.Setelah menugaskan Sony untuk pergi mencari informasi, Wira berdiri di samping untuk mengamati desa ini. Tidak lama kemudian, dia pun mengerutkan keningnya.Dian yang peka langsung menyadari perubahan ekspresi Wira dan bertanya, “Tuan, ada apa?”Wira menjawab, “Bukannya
“Aku nggak punya cara lain lagi. Dokter bilang kalau putraku nggak diobati, dia nggak akan bisa hidup melewati hari ini!” Pria paruh baya itu bersujud sambil memohon, “Pak Basri, aku mohon, bermurah hatilah. Aku hanya ingin meminjam 10.000 gabak. Tahun depan, aku pasti akan bekerja keras untuk mengembalikan uang itu!”“Sialan! Kamu kira Pak Basri itu Tuhan? Jangankan putramu, bahkan kalau seluruh keluargamu mati, Pak Basri juga nggak akan peduli!” maki pengawal dengan dingin.“Putraku, Ayah nggak berguna. Ayah nggak bisa menolongmu!”Pria paruh baya itu sudah putus asa. Dia menggendong anaknya, lalu berdiri dan pergi dengan berat hati. Kedua pria lainnya juga berdiri dan mengikutinya pergi sambil menangis. Tiba-tiba, ada seseorang yang mengulurkan tangannya untuk memegang dahi anak yang pingsan itu.“Ka ... kamu mau apa?” tanya pria paruh baya dengan suara gemetar saat melihat Wira yang berpakaian rapi dan diikuti banyak orang.Kedua pria lainnya juga berjalan maju dan menatap Wira de
Pengawal itu langsung gembira dan buru-buru menerima uangnya. Setelah itu, dia berbisik, “Tuan, kamu nggak usah cari garam di desa ini lagi. Nggak akan ada orang yang menjual garam kepadamu.”Wira bertanya dengan heran, “Kenapa?”“Semalam, orang dari Keluarga Yumandi datang dan melarang 18 pemilik tambak garam untuk menjual garam kepada pedagang garam dari Kabupaten Uswal. Kalau nggak, Keluarga Yumandi akan bermusuhan dengan mereka. Jadi, nggak bakal ada orang di Fica yang berani menjual garam untukmu.”Setelah menjawab pertanyaan Wira, pengawal itu buru-buru berlari kembali ke rumah.Mendengar ucapan pengawal itu, kelompok Wira langsung murka. Mereka sudah bersusah payah mendapatkan kupon dan kutipan garam, tetapi Keluarga Yumandi malah menggunakan cara licik untuk menghalangi mereka mendapatkan garam lagi.“Paman Wira, ini maksudku dengan situasi Fica yang rumit.” Fabrian berdesah, “Keluarga Yumandi sudah mengendalikan Fica hampir 100 tahun lamanya. Nggak ada seorang pun di Fica yang
Pria paruh baya sebelumnya berjalan mendekat sambil menggendong anaknya dan masih diikuti kedua pria lainnya.Pemuda sebelumnya langsung melarikan diri sambil memaki, “Sialan! Buat apa kamu ikut campur! Pantas saja tambak garam di Dusun Lofita mengering! Mampus!”Begitu mendengar pemuda itu adalah penipu, Doddy langsung marah dan hendak mengejarnya. Namun, Wira mencegahnya dan bertanya pada pria paruh baya itu, “Bagaimana keadaan anakmu? Apa yang dikatakan dokter?”Duk! Pria paruh baya itu berlutut lagi dan menjawab, “Terima kasih atas perhatian Tuan. Anakku sudah terlepas dari bahaya. Dokter memberikan obat untuk diminum selama tiga hari dan berkata anakku akan sembuh setelah menghabiskan obatnya.”“Baguslah kalau begitu.” Wira menarik pria paruh baya itu untuk berdiri, lalu menyentuh dahi anak kecil itu. Setelah merasakan demamnya sudah turun, Wira baru lega dan berkata, “Oh iya, aku belum tahu namamu.”“Namaku Wisnu Lofita,” jawab Wisnu dengan buru-buru. Kemudian, dia menunjuk ke ar
Sony membawa beberapa orang untuk pergi berbelanja. Tidak lama kemudian, mereka kembali dengan setengah kereta kuda yang dipenuhi beras, mi, daging, dan sayuran.Setelah itu, sekelompok orang itu pergi ke Dusun Lofita yang berjarak sekitar lima kilometer dari sana. Berhubung jalan pegunungan sangat sulit dilewati, mereka melakukan perjalanan selama setengah jam sebelum sampai di Dusun Lofita. Begitu melihat ada kereta kuda yang mendekat, para penduduk dusun pun berlari menjauh dengan ketakutan.“Tuan, mereka bukan takut padamu. Mereka mengira kalian adalah pejabat.” Wisnu berkata sambil tersenyum getir, “Dengan keadaan tambak garam Dusun Lofita selama beberapa tahun terakhir, setiap kali pihak pemerintah datang meminta garam atau memungut pajak, kami nggak mampu memberikannya. Jadi, ada banyak orang dusun yang ditangkap mereka.”Wira mengangguk dalam diam. Situasi ini serupa dengan situasi di Dusun Darmadi. Apabila ada orang yang tidak mampu membayar pajak, pejabat kecil akan langsung
Wira tersenyum dan menjawab, “Tapi aku tahu cara menggalinya.”Fabrian buru-buru mencegah, “Paman Wira, jangan bercanda! Menggali tambak garam bukanlah pekerjaan yang gampang.”“Tuan, mereka bertujuh menghabiskan waktu tiga tahun dan baru sanggup menggali sedalam 10 meter!” Dian juga membujuk, “Kita paling lama hanya bisa tinggal di sini selama empat hari. Nggak mungkin kita bisa menggali cukup dalam.”Danu, Doddy, dan yang lain merasa bingung, tetapi tidak meragukan Wira.Wira bertanya, “Gimana kalau aku bisa membuat mereka menggali lebih dari 10 meter dalam waktu tiga hari?”Dian menjawab dengan serius, “Kalau Tuan bisa melakukannya, aku akan mematuhi semua perintahmu kelak!”Wira berkata sambil mengedipkan matanya, “Pada saat itu, aku akan menyuruhmu menyetujui sebuah permintaan yang akan sangat menyulitkanmu!”Dian memikirkan apa maksud Wira, lalu menjadi agak tersipu. Dia menjawab, “Kalau Tuan benar-benar berhasil, aku akan menyetujui semua permintaanmu. Sebaliknya, kalau Tuan gag
“Dia cuma seorang anak bau kencur dari desa. Apa yang bisa dilakukannya untuk menyusahkan Keluarga Yumandi?” Sanur bertanya dengan meremehkan, “Memangnya ada pemilik tambak garam yang berani menjual garam untuknya?”“Nggak!” Johan menjawab dengan hati-hati, “Di hari pertama bocah itu sampai di Fica, dia hendak membeli garam dengan harga 2-3 kali lipat lebih tinggi dari harga pasaran. Di hari kedua, meskipun sudah pergi ke Dusun Lofita, dia masih menyuruh orang untuk membeli garam di desa dan menawarkan harga yang 3-4 kali lipat lebih tinggi. Di hari ketiga, dia menawarkan harga setinggi 6-7 kali lipat. Hari ini sudah hari keempat, dia menawarkan harga yang 10 kali lipat lebih tinggi!”“Bangsat!” Sanur menggebrak meja dan memaki dengan marah, “Apa sebenarnya yang mau dilakukan anak desa itu! Apa dia mau menggoyahkan fondasi Keluarga Yumandi? Bernyali sekali dia! Bagaimana reaksi para pemilik tambak garam dan pekerja mereka?”Jangankan sepuluh kali lipat, mereka bahkan sudah tergiur saat
Wandi dan Wahid memutar katrol untuk mengangkat kembali bor besi seberat 100 kilogram itu dengan mudah.Dung ... dung .... Suara penggalian tidak berhenti berbunyi selama tiga hari terakhir.Selain Wandi dan Wahid, Wisnu masih memiliki empat adik yang masih muda. Dua pemuda yang bernama Wadya dan Wafid turun ke tambak garam untuk mengumpulkan pecahan batu ke ember kayu. Di sisi lain, dua remaja yang bernama Waldo dan Walif mengangkut pergi pecahan batu tersebut.“Kita berhasil menggali 3 meter lebih dalam lagi!” Terdengar suara Walif yang bersemangat dari dalam tambak garam.Mendengar ucapan itu, enam saudaranya yang sudah kelelahan langsung terlihat gembira.Tiga hari yang lalu, Wisnu mengira Wira hanya iseng. Dia menyetujui permintaan Wira juga demi membalas budi Wira. Siapa sangka setelah mereka bergadang membuat alat yang digambar Wira, efisiensi dalam menggali tambak garam pun meningkat hingga lebih dari 100 kali lipat.Pada hari pertama, mereka berhasil menggali sedalam 16,5 met
Di mata semua orang, Doly sudah menjadi pengkhianat yang tidak termaafkan. Keadaannya bisa terpuruk seperti sekarang, dia mereka benar-benar menyedihkan dan menggelikan."Tuan Wira, aku akan kembali ke kamarku untuk beristirahat dulu. Tubuhku masih terluka, jadi harap Tuan Wira bisa memakluminya," kata Doly. Melihat Wira menganggukkan kepala, dia pun pergi.Pada saat yang bersamaan, Wira juga bergegas kembali ke kamarnya. Semua urusan sudah hampir selesai, sekarang dia benar-benar perlu beristirahat. Dia sudah tidak tidur selama satu hari satu malam dan sekarang dia merasa sangat lelah.Setibanya di kamar, Wira langsung tertidur. Selain itu, dia juga sudah memerintahkan pengawal yang berjaga di luar untuk tidak membangunkannya jika tidak ada hal yang mendesak. Masalah di wilayah tandus di utara dan bencana banjir sudah selesai diatasi, dia akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.....Di Kerajaan Agrel.Setelah perjalanan selama beberapa hari, Senia dan rombongannya akhirnya sudah kembali k
"Untuk sementara ini nggak perlu," kata Wira sambil melambaikan tangan pada Doly.Doly berkata dengan tegas, "Orang itu sangat keras kepala, mungkin hanya Dokter Arifin yang punya kemampuan untuk membuatnya berbicara. Sekarang kita harus segera mencari cara untuk menghadapi makhluk beracun itu sebelum Senia kembali ke wilayah tandus di utara dan mengembangkan lebih banyak makhluk beracun. Ini akan menjadi bencana bagi rakyat.""Aku tahu Tuan Wira selalu mengutamakan kebaikan dan kesejahteraan rakyat, kamu pasti nggak ingin melihat hal itu terjadi, 'kan? Saat itu aku juga melawan Senia karena hal ini dan akhirnya aku terancam mati. Kalau nggak ada bantuan Tuan Wira, mungkin sekarang aku sudah mati."Dia ingin segera mengetahui kebenarannya bukan karena dendam pribadi. Meskipun suatu hari nanti Senia kalah dan berdiri di hadapannya, dia juga tidak akan sanggup membunuh Senia. Bagaimanapun juga, dia tidak pernah menganggap Senia sebagai musuhnya. Mungkin semua ini hanya karena perbedaan p
Wira menunggu respons dari Nayara. Namun, Nayara menggertakkan giginya dengan erat dan tetap tidak berbicara, seolah-olah tidak mendengar apa-apa. Dari keringat dingin di keningnya, dia bisa melihat Nayara sebenarnya juga sangat bingung dan jelas ketakutan. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang dipertimbangkan Nayara."Biarkan dia memikirkannya dengan baik dulu, beri dia sedikit waktu lagi. Lagi pula, sekarang kita juga nggak terburu-buru. Meskipun dia memberi tahu kita rahasia dari makhluk beracun itu, kita juga nggak bisa langsung menemukan cara untuk menghadapinya. Harapan kita masih tergantung pada Lucy," kata Wira.Mengenal diri dan lawan adalah kunci kemenangan. Bukan hanya bisa menciptakan racun, guru agung ini juga bisa mengendalikan situasinya. Wira dan yang lainnya juga menyaksikan langsung kejadian itu dan memang sangat menakutkan.Meskipun bisa mengatasi makhluk beracun itu, mereka juga tidak bisa menekan kekuatan guru besar ini. Jika guru besar ini munc
"Kenapa?" tanya Wira.Nayara tidak berbicara lagi, hanya duduk diam di tempatnya dan ekspresi tetap terlihat memohon untuk mati.Doly berjalan ke depan Nayara dan mendengus, lalu berkata dengan tenang, "Karena tubuhmu sudah diracuni seseorang. Jadi, kalau kamu mengatakan sesuatu pada Tuan Wira, mungkin kamu akan sangat menderita. Kamu juga takut dengan rasa sakit itu, jadi kamu memilih cara ini untuk mengakhiri hidupmu. Benar, 'kan?"Nayara mendongak dan melirik Doly, tetapi tetap tidak mengatakan apa pun.Namun, Wira bisa melihat tatapan Nayara yang membuktikan perkataan Doly memang benar dan mungkin itu memang kenyataan yang sebenarnya.Wira pun melanjutkan, "Kamu sebenarnya boleh memercayaiku. Aku nggak peduli apa pun yang kamu sembunyikan di dalam hatimu. Kalau memang seperti yang dikatakan Doly, aku bisa mencari orang untuk menyembuhkan racun itu. Nggak butuh waktu lama, kamu juga akan sembuh total."Nayara menggelengkan kepala dan bergumam, "Nggak ada gunanya. Nggak ada orang yan
Nayara memang sudah bersekongkol dengan Senia dan saat itu orang yang bertugas untuk menemuinya adalah Doly, sehingga dia mungkin melupakan wajah Doly.Namun, sekarang Senia sudah meninggalkan Provinsi Yonggu dan berselisih dengan Wira. Wira bahkan sudah bersiap mengejar dan membunuh Senia. Nayara berpikir jika Doly berada di pihak yang sama dengan Senia, Doly pasti sudah pergi juga dan saat ini tidak akan muncul di kamarnya.Doly tidak menghiraukan perkataan Nayara, hanya menatap Nayara dengan dingin. Bahkan dia sendiri pun merasa jijik dengan orang licik seperti Nayara. Setidaknya, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya, apalagi melakukan perbuatan keji seperti ini.Nayara jelas tahu orang di depannya adalah musuh bebuyutannya. Namun, demi keuntungannya sendiri, dia tetap tega bekerja sama dengan pihak musuh. Doly bertanya-tanya mengapa ada orang yang sekeji ini di dunia. Orang seperti ini pantas dibunuh oleh siapa pun.Wira kembali menatap Nayara dan berkata dengan tenang, "Seka
"Kalau aku nggak percaya perkataan mereka, jadi aku harus percaya perkataan siapa?" kata Wira sambil tersenyum dingin.Nayara segera berkata, "Tuan Wira tentu saja harus percaya perkataanku. Aku sudah berada di pihakmu dan bahkan menceritakan segala sesuatu tentang Desa Damaro padamu, ini sudah cukup untuk membuktikan kesetiaanku.""Aku tahu, pasti ada orang yang iri melihatku makin dekat dengan Tuan Wira belakangan ini. Hubungan kita juga makin baik, jadi ada orang yang cemburu dan membisikkan hal-hal yang nggak benar agar Tuan Wira salah paham padaku."Wira menggelengkan kepala sambil tersenyum dingin merasa Nayara ini benar-benar tidak tahu diri. Dia sudah berdiri di hadapan Nayara karena ingin memberinya satu kesempatan untuk mengakui semuanya dengan patuh. Namun, sampai sekarang pun Nayara masih mencari berbagai alasan untuk membela diri, dia benar-benar merasa kecewa.Dia berdiri dan berjalan ke belakang Nayara, lalu menekan pundak Nayara dan berkata, "Kalau aku nggak punya bukti
Nayara berkata sambil menggertakkan giginya, "Dia tentu saja musuh bebuyutanku. Aku nggak akan melupakan apa yang terjadi di Desa Damaro, bahkan sampai sekarang pun aku masih sering bermimpi tentang pemandangan semuanya mati dengan mengerikan di depanku. Semua ini adalah ulah Senia. Aku tentu saja nggak akan pernah berhubungan apa pun dengannya.""Kalau benar-benar ada, itu pun hanya hubungan hidup atau mati. Entah dia yang membunuhku atau aku yang membunuhnya. Kalau bukan karena dendamku pada Senia, aku mana mungkin tega menyerang Dahlan."Nayara berbicara dengan penuh amarah dan tatapan yang penuh dengan niat membunuh, bahkan matanya pun sudah memerah. Ini cukup untuk menunjukkan betapa besar amarah yang tersimpan di hatinya.Namun, Wira tidak menghiraukan perkataan Nayara, melainkan mendengus dan berkata sambil bertepuk tangan, "Aku mengakui aktingmu benar-benar hebat, bahkan aku pun sudah tertipu. Mungkin karena aku percaya dengan apa yang terjadi di Desa Damaro dan juga padamu.""
Wira baru teringat kembali dia sudah melupakan orang yang begitu penting. Berkat peringatan dari Doly, dia sudah mengetahui Nayara bukan orang yang sejalan dengannya dan sudah berpihak pada Senia. Nayara bisa mendekatinya karena ingin menjadi mata-mata di sisinya, sehingga bisa membocorkan informasi mereka pada Senia dan sekaligus menyesatkan dirinya.Mengingat semua perbuatan Nayara, Wira benar-benar marah. Nayara berasal dari Desa Damaro, tetapi dia tega melihat para penduduk desa mati secara tragis hanya demi kepentingan pribadinya dan bahkan berpihak pada musuhnya. Syarat apa yang sebenarnya sudah ditawarkan Senia sampai membuatnya begitu setia dengan Senia? Dia bahkan sampai mengabaikan hubungan kekeluargaan.Dalam sekejap, Wira sudah sampai di depan kamar Nayara dan mendengar suara teriakan dari dalam."Cepat lepaskan aku. Aku ingin bertemu dengan Tuan Wira. Aku adalah tamu kehormatan Tuan Wira. Saat Tuan Wira datang ke Desa Damaro, aku yang mengenalkannya. Aku bahkan rela mengor
Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p