Plak! Fabrian langsung menendang penjaga gerbang itu dan memaki, “Apa kamu sudah buta? Siapa kamu? Beraninya kamu bersikap begitu sombong di hadapan kami!”Penjaga gerbang itu langsung terkejut karena belum pernah dipukul selama bekerja di sini. Dia pun berlari masuk ke gudang garam dengan terburu-buru.Hal yang mengejutkan adalah, tidak ada seorang pengawal pun yang menghentikan Wira dan yang lain. Tidak lama kemudian, penjaga gerbang tadi berjalan keluar lagi. Kemudian, dia mempersilakan Wira dan yang lainnya masuk dengan hormat untuk bertemu dengan Kenny, pejabat yang mengurus gudang garam ini.“Ternyata Tuan Fabrian ya! Ada apa Tuan Fabrian kemari? Apa Pak Putro punya perintah?” tanya Kenny dengan hormat sambil tersenyum pada Fabrian. Dia langsung mengabaikan Wira.“Pak Kenny, Paman Putro sudah mengundurkan diri dari jabatannya. Sekarang, dia hanya seorang rakyat biasa, mana mungkin dia berani memberi perintah pada Bapak!” jawab Fabrian dengan sopan. Kemudian, dia menunjuk ke arah
Wira mendengus, “Kamu sudah selesai bicara?”“Eh?” Setelah melihat Wira yang sama sekali tidak ketakutan, Kenny pun merasa ada yang tidak beres.“Danu!” teriak Wira.Kemudian, Danu berjalan masuk sambil membawa Pedang Treksha dan pedang pejabat.“Apa yang mau kamu lakukan? Membunuh pejabat itu termasuk pemberontakan. Jangan menjerumuskan di .... Ah!” Ekspresi Kenny langsung berubah drastis dan dia buru-buru melangkah mundur. Namun, apa yang terjadi selanjutnya sangat mengejutkannya.Prang! Krek! Danu mengeluarkan Pedang Treksha, lalu menghantamnya ke pedang pejabat. Kemudian, pedang pejabat itu pun terbelah dua.Kenny pun berseru kaget, “Pedang ajaib yang bisa membelah apa pun!”Brak! Wira meletakkan Pedang Treksha ke hadapan Kenny, lalu bertanya, “Pak Kenny, kamu rasa pedang ini bisa dijual dengan harga berapa?”Kenny mengambil Pedang Treksha, lalu mengamati ketajaman dan pola aneh di bilah pedang. Kemudian, dia mencabut sehelai rambut dan mengembuskannya ke arah bilah pedang. Alhasil
“Ka ... kamu ....” Kenny merasa sangat marah, tetapi juga sangat takut. Orang yang sudah putus asa akan menarik siapa pun untuk mati bersamanya. Bocah di hadapannya juga tidak terkecuali.Wira mengangkat alisnya dan berkata, “Kalau pemindahan jabatanmu cepat, aku pasti sempat membeli kutipan garam dari pengurus gudang garam yang baru.”Kenny mendengus dengan marah, “Kalau kamu benar-benar mau berbuat begitu, kamu pasti sudah melakukannya dari awal. Mana mungkin kamu datang kemari untuk bicara omong kosong denganku lagi. Intinya, kamu hanya mau menggertakku agar aku menjual kutipan garam kepadamu dan kamu bisa melewati kesulitan kali ini!”“Benar, aku memang bermaksud untuk menggertakmu. Kalau kamu berani, ayo kita bertaruh!” Wira berbalik dan melanjutkan, “Setelah aku keluar dari pintu ini, pedang berharga ini akan langsung diantarkan ke ibu kota secepat mungkin untuk ditukarkan dengan jabatanmu sebagai prefektur di Kota Pusat Pemerintahan Helsi!”“Berhenti!” Saat melihat Wira yang hen
Tambak Garam Fica berada sekitar 50 kilometer di luar Kota Pusat Pemerintahan Jagabu dan merupakan sebuah desa kecil. Namun, tempat ini adalah tambak garam. Jadi, ada banyak perdagangan yang terjadi sehingga desa ini lebih mirip sebuah kota kecil yang ramai.Terdapat beragam orang di tempat ini seperti, pemilik tambak garam, pekerja di tambak garam, pedagang garam, pejabat dari gudang garam, dan sebagainya.Sebelum langit terang, 10 orang berkuda dan dua kereta kuda sudah tiba di tempat ini. Sekelompok orang in langsung menarik perhatian orang. Namun, orang-orang hanya berani melihat dari kejauhan tanpa berani mendekat. Sebab, sekelompok orang yang berkuda membawa pedang. Mereka jelas bukanlah orang yang mudah dihadapi.Setelah menugaskan Sony untuk pergi mencari informasi, Wira berdiri di samping untuk mengamati desa ini. Tidak lama kemudian, dia pun mengerutkan keningnya.Dian yang peka langsung menyadari perubahan ekspresi Wira dan bertanya, “Tuan, ada apa?”Wira menjawab, “Bukannya
“Aku nggak punya cara lain lagi. Dokter bilang kalau putraku nggak diobati, dia nggak akan bisa hidup melewati hari ini!” Pria paruh baya itu bersujud sambil memohon, “Pak Basri, aku mohon, bermurah hatilah. Aku hanya ingin meminjam 10.000 gabak. Tahun depan, aku pasti akan bekerja keras untuk mengembalikan uang itu!”“Sialan! Kamu kira Pak Basri itu Tuhan? Jangankan putramu, bahkan kalau seluruh keluargamu mati, Pak Basri juga nggak akan peduli!” maki pengawal dengan dingin.“Putraku, Ayah nggak berguna. Ayah nggak bisa menolongmu!”Pria paruh baya itu sudah putus asa. Dia menggendong anaknya, lalu berdiri dan pergi dengan berat hati. Kedua pria lainnya juga berdiri dan mengikutinya pergi sambil menangis. Tiba-tiba, ada seseorang yang mengulurkan tangannya untuk memegang dahi anak yang pingsan itu.“Ka ... kamu mau apa?” tanya pria paruh baya dengan suara gemetar saat melihat Wira yang berpakaian rapi dan diikuti banyak orang.Kedua pria lainnya juga berjalan maju dan menatap Wira de
Pengawal itu langsung gembira dan buru-buru menerima uangnya. Setelah itu, dia berbisik, “Tuan, kamu nggak usah cari garam di desa ini lagi. Nggak akan ada orang yang menjual garam kepadamu.”Wira bertanya dengan heran, “Kenapa?”“Semalam, orang dari Keluarga Yumandi datang dan melarang 18 pemilik tambak garam untuk menjual garam kepada pedagang garam dari Kabupaten Uswal. Kalau nggak, Keluarga Yumandi akan bermusuhan dengan mereka. Jadi, nggak bakal ada orang di Fica yang berani menjual garam untukmu.”Setelah menjawab pertanyaan Wira, pengawal itu buru-buru berlari kembali ke rumah.Mendengar ucapan pengawal itu, kelompok Wira langsung murka. Mereka sudah bersusah payah mendapatkan kupon dan kutipan garam, tetapi Keluarga Yumandi malah menggunakan cara licik untuk menghalangi mereka mendapatkan garam lagi.“Paman Wira, ini maksudku dengan situasi Fica yang rumit.” Fabrian berdesah, “Keluarga Yumandi sudah mengendalikan Fica hampir 100 tahun lamanya. Nggak ada seorang pun di Fica yang
Pria paruh baya sebelumnya berjalan mendekat sambil menggendong anaknya dan masih diikuti kedua pria lainnya.Pemuda sebelumnya langsung melarikan diri sambil memaki, “Sialan! Buat apa kamu ikut campur! Pantas saja tambak garam di Dusun Lofita mengering! Mampus!”Begitu mendengar pemuda itu adalah penipu, Doddy langsung marah dan hendak mengejarnya. Namun, Wira mencegahnya dan bertanya pada pria paruh baya itu, “Bagaimana keadaan anakmu? Apa yang dikatakan dokter?”Duk! Pria paruh baya itu berlutut lagi dan menjawab, “Terima kasih atas perhatian Tuan. Anakku sudah terlepas dari bahaya. Dokter memberikan obat untuk diminum selama tiga hari dan berkata anakku akan sembuh setelah menghabiskan obatnya.”“Baguslah kalau begitu.” Wira menarik pria paruh baya itu untuk berdiri, lalu menyentuh dahi anak kecil itu. Setelah merasakan demamnya sudah turun, Wira baru lega dan berkata, “Oh iya, aku belum tahu namamu.”“Namaku Wisnu Lofita,” jawab Wisnu dengan buru-buru. Kemudian, dia menunjuk ke ar
Sony membawa beberapa orang untuk pergi berbelanja. Tidak lama kemudian, mereka kembali dengan setengah kereta kuda yang dipenuhi beras, mi, daging, dan sayuran.Setelah itu, sekelompok orang itu pergi ke Dusun Lofita yang berjarak sekitar lima kilometer dari sana. Berhubung jalan pegunungan sangat sulit dilewati, mereka melakukan perjalanan selama setengah jam sebelum sampai di Dusun Lofita. Begitu melihat ada kereta kuda yang mendekat, para penduduk dusun pun berlari menjauh dengan ketakutan.“Tuan, mereka bukan takut padamu. Mereka mengira kalian adalah pejabat.” Wisnu berkata sambil tersenyum getir, “Dengan keadaan tambak garam Dusun Lofita selama beberapa tahun terakhir, setiap kali pihak pemerintah datang meminta garam atau memungut pajak, kami nggak mampu memberikannya. Jadi, ada banyak orang dusun yang ditangkap mereka.”Wira mengangguk dalam diam. Situasi ini serupa dengan situasi di Dusun Darmadi. Apabila ada orang yang tidak mampu membayar pajak, pejabat kecil akan langsung
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m