Home / Romansa / Dinikahi tapi Tak Dicintai / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Dinikahi tapi Tak Dicintai: Chapter 91 - Chapter 100

143 Chapters

masih masa lalu

"Hah? Kamu bercanda kan?" Kinanti melebarkan matanya. "Zura baru saja lulus sekolah dan umurnya jauh di bawahmu?" sambungnya masih dengan rasa tidak percaya mendengar permintaan putra sulungnya itu. Fagan mendengus, "Aku menyukainya Ma, lebih menyukainya dari pada Zahra. Akan lebih mudah membimbingnya dari pada Zahra yang sudah berumur matang. Apalagi Zura juga lebih ceria dibanding Zahra tentu dia lebih cocok dengan ku yang pendiam," ujar Fagan memberi alasan. "Ayolah Ma, bantu aku...." Fagan meraih tangan Kinanti. "Astaga.... Kamu ini..." Kinanti menghela nafas panjang. "Sekalipun Mama bersedia membantumu tapi bagaimana caranya membuat Zura mau menikah denganmu? Zahra saja menolak," "Eyang Farida, Mama hanya cukup menyakinkan Eyang Farida maka gadis itu akan menurut," ujar Fagan yakin. Setahunya sejak kecil Meizura tinggal dengan neneknya itu. Dan lagi sepanjang yang Fagan amati, semua orang di keluarga Arrasyid termasuk Furqon tidak ada yang berani membantah ucapan Eyang Farida
Read more

Waktu berdua.

Pov Fagan. "Jadi benar kita sudah menikah?" tanya Zura saat aku berhenti bercerita. "Hemm.... kita menikah meski ada banyak yang tidak menginginkan pernikahan itu terjadi." Zura pun mengangguk samar lalu menyipitkan matanya ke arahku, "Kenapa kamu memilihku untuk menjadi pengantin pengganti untukmu?" Zura kembali bertanya. Spontan aku pun menarik sudut bibirku, hatiku merasa senang mendengar pertanyaannya. Itu artinya dia penasaran dan tertarik untuk mengetahui masalalu kami dan itu memang yang aku harapkan. "Seperti yang aku katakan kepada Mama, aku memilih menikahimu karena aku menyukaimu." Aku tidak berbohong, dari awal bertemu dengannya aku sudah tertarik padanya namun saat itu aku sudah bersama Mayang jadi aku membuang jauh-jauh perasaan itu. Dan saat aku memliki kesempatan untuk bersamanya aku sedang diselimuti oleh dendam. Sehingga muncullah ide gila itu untuk membalas Ardiaz. "Bukakah awalnya kamu ingin menikahi Mbak Zahra?" tanyanya dengan mata memicing seolah menunjukk
Read more

Zenia yang baik.

Pov Fagan. Sudah hampir tiga jam Zura tertidur pulas, mungkin karena pengaruh obat yang tadi diminumnya setelah sarapan. Suhu tubuhnya pun sudah mulai normal. Aku mengeceknya setiap setengah jam sekali. Bukan lebay tapi lebih ke takut jika tiba-tiba suhu tubuhnya kembali naik seperti cerita Bunda Sarah. Tadi Bunda sempat mengirim pesan dan memintaku untuk mengecek suhu tubuh Zura secara berkala. Ibu tiri Zura itu takut jika kondisi Zura kembali drop seperti tadi malam. [Fagan, tolong periksa suhu tubuh Zenia per satu jam sekali dan segera kirimkan fotonya ke saya. Jika suhu tubuhnya naik tolong minta bibi untuk menompresnya! Tolong jaga dia, jangan sampai kondisinya drop lagi!]. Isi pesan yang Bunda kirim beberapa jam yang lalu. Setelah mendapat pesan itu aku pun tak beranjak sedikitpun dari atas sisi ranjang tempat Zura mengarungi alam mimpi. Rasa khawatir merajai hatiku hingga membuatku tak merasa lelah sedikitpun meski sudah lebih dari tiga jam aku duduk tanpa bersandar.Kupanda
Read more

Terkadang orang membencimu bukan karena kamu jahat, tetapi karena kamu terlalu baik sehingga menyusahkan orang di sekitarmu.

"Menjauhlah darinya!!!" geram Fagan dengan tatapan tajam pada pria yang saat ini sedang mengarahkan pandangannya ke arah sosok wanita yang berdiri dibelakang Fagan. "Kamu beneran Zura kan?" tanyanya lagi sembari mendekat untuk memastikan. "Menjauhlah!!!" sentak Fagan mendorong kasar Raka sampai membuat pria itu terhuyung ke belakang. Ya... Pria itu Raka, sepupu Fagan. Juga salah satu pengkhianat yang telah menjadi penyebab natalnya pernikahan Fagan dan Mayang. "Jangan mengujiku, kali ini aku tidak main-main!!" Kembali Fagan memberi peringatan pada saudara yang sudah tak dianggapnya sebagai saudara lagi itu. Bagaimana Fagan tidak sakit hati dengan sepupunya yang tidak tahu diri itu? Dengan berat hati Fagan berusaha untuk memaafkan laki-laki yang telah mengkhianatinya dan masih membiarkannya tetap bekerja di perusahaan yang dia pimpin, tapi bagai air susu dibalas air tuba, Raka bersama Adiba menghasut Zura agar pergi meninggalkan Fagan. "Siapa dia?" Suara Zura menarik Fagan dari pi
Read more

Orang-orang dari masalalu

"Iya. Kamu mengingatku?" ujar Adiaz dengan mata berbinar. Zura menoleh pada Fagan yang berdiri kaku di sebelahnya. "Benar dia Ardiaz?" bisiknya. "Hah...." Fagan sedikit bingung namun tetap mengangguk. Saat pertama mendengar Zura mendengar menyebut nama Ardiaz, hatinya seketika dijalari rasa nyeri yang menyesakkan dadanya. Dikiranya istrinya itu mengingat pria flamboyan yang memiliki banyak kekasih itu. "Iya, dia Ardiaz." Dengan tatapan datar Fagan menunjuk kearah Ardiaz dengan dagunya. Hampir saja Fagan putus asa dan ingin menyerah karena harus merelakan cintanya kembali dirampas oleh adik kandungnya sendiri. "Kamu mengingatku kan?" tanya Ardiaz lagi untuk memastikan. Zura menggeleng, "Tadi aku hanya menebak saja," Nyess........ Ibarat disiram air darin pengunungan Himalaya hati Fagan mendadak dingin dan tenang. Sudut bibir tertarik kesamping, pria yang sudah menginjak kepala tiga itu tersenyum tipis. "Ma-maksudnya?" Ardiaz sedikit tergagap karena terkejut dengan jawaban wanita
Read more

Fahan mendapatkan kembali kepercayaan Bunda Sarah.

"Jangan pernah berpikir untuk membawanya pergi!!!" sentak Sarah dengan raut marah. "Tidak Bun...." Fagan segera menaiki teras rumah dan mendekatiibu istrinya yang menatapnya sinis. "Tadi kami hanya pergi ke kedau bakso kesukaan Zura dulu tapi sa.....""Satu jam, apa tidak cukup untuk sekedar makan bakso?" potong Sarah tak memberikan kesempatan untuk Fagan menjelaskan. "Zio gak bohong Bunda," Zura menyahut, wanita cantik yang terlihat sedikit pucat itu berjalan mendekati Sarah llauemeganh lengan ibu tirinya itu, "Tadi saat kita baru sampai gak sengaja ketemu Raka, sepupuku Zio dan pulangnya juga sempat ketemu Ardiaz jadi kita pulangnya telat padahal tadi kita hanya makan bakso saja dan langsung pulang," ucap MeiZura panjang lebar menjelaskan. "Kayaknya hanya telat setengah jam Bun," tambahnya dengan mimik wajah memelas saat melihat Sarah masih menunjukkan amarah diwajahnya. Sarah menarik nafas panjang, dahinya mengerut. Dalam hati bertanya, 'Benarkah ini Zura yang dulu cuek dan acu
Read more

Sarah dan kasih sayangnya.

Pagi ini Meizura sedang menemani Azqiara mengerjakan tugas sekolahnya di kamar gadis kecil itu. Sesekali Azqiara bertanya karena merasakan bingung soal yang sedang di kerjaannya. "Sini, coba Kak Zenia lihat. Emmm.... Oh kayaknya seperti ini deh.." Meizura menuliskan angka-angka, mengali dan membagi sesuai dengan rumus yang entah didapatnya dari mana. "Wah.... persis yang di ajari Guru adek lo Kak. Kak Zenia memang pintar, sayang lupa ingatan." Azqiara berkomentar. Tanpa sengaja kemntar itu didengar oleh Safha yang tak sedang melewati depan kamar Azqiara setelah merapikan kamar Meizura dan Zahra. Ya wanita yang menjadi istri kedua Furqon itu memang ingin dirinya sendiri yang mengurusi semua kebutuhan ketiga putrinya itu. Dengan langkah lebar Sarah memasuki kamar, "Azqiara," tegurnya dengan mata melotot. "Bunda bilang apa?" Azqiara yang sadar telah mengucapkan kalimat larangan yang sudah berulangkali ibunya itu katakan langsung menutup mulutnya sendiri dengan kedua telapak tangann
Read more

Persaingan

Sudah dua hari ini Anggada rutin mengunjungi kediaman Arrasyid untuk bertemu dengan sang pujaan hati, wanita yang telah melukuhkan hatinya. Zenia atau yang dulu di panggil Meizura itu pun tak menutup diri dengan kedatangan pria yang dulu pernah dikiranya sosok laki-laki dari masa lalunya. Sore ini Anggada datang ketika Meziura berjalan-jalan santai dengan Azqiara. "Kami hendak ke taman depan, mau cari mie ayam gerobakan," jawab Zenia saat Angada bertanya arah tujuan yang hendak dituju wanita cantik itu. "Boleh ikut? Aku juga belum makan sejak tadi siangsiang," pinta Angada.Laki-laki yang masih memakai kemeja kerja itu mencari alasan untuk bisa menghabiskan waktu dengan wanita yang sudah mencuri ketenangannya. "Boleh," Azqiara menyahut. "Ayuk berangkat sekarang, sudah laper banget nih Kak," ujar gadis yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu. Azqiara tipe anak yang ramah. Meski baru mengenal sosok Anggada namun gadis yang wajahnya mirip Sarah itu langsung bisa akrab dengan Ang
Read more

Menjenguk Malaikat kecil.

Pagi ini dengan penuh semangat Fagan berangkat menuju rumah kediaman keluarga Arrasyid. Hari ini hati minggu, kantornya libur dan lagi semua pekerjaan yang harus diselesaikannya sebelum pembukaan usaha barunya sudah selesai. Sekitar pukul tujuh pagi pria dengan balutan busana casual itu sampai di pelataran rumah mertuanya. Dengan langkah lebar Fagan berjalan menuju teras setelah sebelumnya menyapa security yang bertugas sesaat setelah turun dari mobil mewahnya. "Assalamu'alaikum," sapa Fagan sambil mengetuk pintu ruang tamu rumah besar itu. "Wa'alaikum salam." Tak lama sebuah jawaban terdengar bersamaan dengan pintu terbuka dari dalam. "Fagan?" Dahi Zahra berkerut melihat kehadiran pria yang masih berstatus adik iparnya itu. "Pagi Zah," sapa Fagan ramah. "Sedang apa kamu pagi-pagi datang kesini? Nganter sarapan buat Zenia?" tanya Zahra sambil menelisik pria dihadapannya. Fagan spontan mengangkat tangannya, menunjukkan jika kedatangannya bukan untuk membawakan sarapan untuk istrin
Read more

Sebuah rasa yang entah apa?

"Semua orang berpikir aku sengaja membuatmu keguguran karena ingin memaksa Ardiaz pergi..... Begitu juga dengan kamu,...kamu lebih percaya dengan ucapan wanita itu." Ucapan Fagan tadi siang terus membayang di pikiran Zenia. Setiap kali menutup mata selalu nampak raut kesedihan diwajah Fagan. Seolah bisa merasakan rasa perih di hati Fagan, dadanya begitu sesak tatkala teringat wajah terluka pria itu. "Astaga....." Gumam Zenia sembari mengelus dadanya. Ada rasa sesak menjalar di rongga-rongga dadanyanya, meski begitu tak sedikitpun ingatan tentang masa lalunya muncul. Bahkan mimpi-mimpi buruknya pun tak lagi pernah ia alami. "Jangan mencari tahu apa yang sudah Alloh tutup, karena itu hanya akan melukaimu. Ikhlas adalah jalan satu-satunya untuk mendapat ketenangan." Zenia bergumam, mensugesti dirinya sendiri dengan salah satu kalimat yang sering di ucapakan salah satu ustadz di sebuah chanel YouTube. Sewaktu masih di rawat suster Erina, hampir setiap hari Zenia diminta untuk menonton
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status