Home / Romansa / Dinikahi tapi Tak Dicintai / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Dinikahi tapi Tak Dicintai: Chapter 81 - Chapter 90

143 Chapters

Seperti bintang.

Pov Meizura. Setelah selesai makan dan sholat isya' aku segera pamit tidur pada suster Erina. Kukatakan aku capek dan mengantuk. "Tidurlah, jangan bergadang karena ponsel dan membuat kesehatanmu terganggu!" pesannya saat aku pamit hendak tidur. Suster Erina seperti tahu jika aku sedang mencari alasan. Untuk berjaga-jaga aku berdiam di atas ranjang sampai satu jam lebih. Setelah yakin suster Erina tidak akan masuk kamar lagi, aku segera mengunci pintu lantas berjalan menuju balkon kamar. Sesuai pesan Zio aku berdiri di balkon kamarku sambil memegangi besi pembatas. Kulihat rumah depan nampak sepi. Balkon rumah itu terlihat gelap sama seperti kemarin-kemarin. Sampai hampir satu jam namun tak ada apa-apa. Kaki dan tanganku terasa gatal semua karena digigit nyamuk. Tadi aku buru-buru sampai lupa pakai lotion anti nyamuk. "Apa sih maksudnya? Kenapa juga aku nurutin ucapan pria itu? Bod*h..." umpatku kesal. Dengan hati kesal aku berbalik, baru satu langkah, sebuah notifikasi terlihat
Read more

Obat di waktu yang tepat.

Pov Meizura. "....... Jika Tuhan masih memberiku kesempatan untuk hidup, semoga aku tidak pernah mengingatmu lagi," ucap seorang wanita dengan kepala berlumuran darah. "Aku menyesal.... sangat menyesal...." Suara serak yang terus menggema seisi ruangan. "Zura bangun.....Zura tidak..Zura...." Laki-laki itu berteriak sambil menggoncang tubuh wanita yang dipeluknya. Sesak...... rasanya sangat sesak hingga sulit sekali aku bernafas. Kenapa? Kenapa aku merasa sakit mendengar teriakan dari pria itu. "Zenia.... Zenia.... Bangun!" Sebuah goncangan membuatku membuka mata, ternyata mimpi. Nafasku memburu seperti orang yang habis lari maraton puluhan kilo meter. "Ada apa? Kamu mimpi buruk lagi?" tanya suster Erina dengan wajah khawatir yang berusaha dia sembunyikan. Aku tersenyum tipis lantas beranjak bangun. Kuterima segelas air yang suster Erina berikan padaku. Tak menunggu lama aku pun meminumnya sampai tandas. Rasa kering dan haus selalu terasa setiap aku memimpikan hal itu. "Kuncinya
Read more

Kamu adalah istriku

Pov Meizura. "Khem... khem.... Bisa lepaskan pelukanmu?" Aku jadi canggung. "Emm... aku sulit bernafas kalau kamu memelukku seperti ini." Kudorong dada bidang yang terasa keras ini, perlahan Zio pun melepaskan rengkuhannya. Sama seperti aku dia pun nampak canggung. "Khem.... maaf buat kamu nggak nyaman," ucapnya sambil menggaruk tengkuknya sendiri. "Aku terlalu bahagia mendengar jawabanmu. "Kenapa?" tanyaku heran. Kenapa sesenang itu hanya karena kata-kata yang aku ucapkan karena terinspirasi dari segala pembelajaran hidup yang telah diajarkan suster Erina. "Karena jawabanmu adalah obat untuk lukaku." Pria itu tersenyum tipis tapi entah kenapa membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. "Kalau begitu berterima kasihlah sama suster Erina," kataku yang langsung membuat pria berkaos putih itu mengangkat satu alisnya. "Suster Erina lah yang mengajariku tentang arti hidup dan segala macam problematikanya. Bagaimana cara menyikapi dan melampiaskannya?" sambungku lalu menepuk-n
Read more

Rasa penasaran dengan masalalu.

Pov Meizura. Papa langsung marah besar begitu kami sampai di rumah. Awalnya aku bingung dengan sikap Papa yang begitu kasar pada suster Erina hanya karena mereka sampai rumah lebih dulu dari kami. Bunda menyuruhku pergi ke kamarku di lantai dua saat Papa sudah mulai kehilangan kendali.Aku menurut namun di ujung tangga aku mencuri dengar. Barulah aku mengerti jika alasan kemarahan Papa karena suster Erina membiarkan aku berinteraksi dengan Zio. Sepertinya ucapan Zio benar, aku adalah istrinya. Itu sebabnya saat pertama kali kami bertemu Zio nampak sangat sedih karena aku tidak mengingatnya sama sekali. Kejadian itu sudah berlalu dua hari tapi aku masih bisa mengingat setiap ucapan Papa. "Aku membayarmu mahal bukan untuk membantu laki-laki brengs*k itu untuk mendekati putriku. Tapi aku membayarmu untuk menjaganya dari hal-hal buruk yang datang dari masa lalunya." Murka Papa pada suster Erina yang sempat aku dengar dua hari yang lalu. Namun Suster Erina memiliki jawaban yang membua
Read more

Akhirnya tahu.

Merasa kondisi rumah sepi, diam-diam Meizura berjalan menuruni tangga. Kepalanya celingukan ke kiri dan ke kanan melihat situasi. Niatnya adalah mencari kesempatan keluar rumah untuk bertemu Fagan yang ia tahu tinggal di depan rumahnya. Jika tak salah dengar lima belas menit yang lalu, bundanya meminta asisten rumah tangga mereka untuk pergi ke supermarket membeli beberapa kebutuhan rumah. Namun langkahnya terhenti saat melintasi ruang tengah, dari arah kamar orang tuanya terdengar sayup-sayup suara dua orang sedang berdebat. Rasa penasaran menggiring kedua kakinya mendekati pintu yang tidak tertutup rapat. "Menurut Bunda itu bukan jalan terbaik Pa, dia pasti akan tahu dimana kita menyembunyikan Zenia sama seperti sekarang. Serapi apapun kita menyimpan informasi keberadaan Zenia pada akhirnya dia pun tahu juga. Papa jangan lupa keluarga mereka cukup berpengaruh, apapun bisa mereka beli." Suara sarah terdengar pelan namun cukup jelas di telinga Meizura. "Kamu benar, di sini mereka m
Read more

Rela menembus dengan nyawa

Kamu!!!!" Pekik Furqon "Siapa yang mengizinkan kamu memasuki rumahku?" Mata Furqon menajam pada sosok pria yang baru saja memasuki ruang tengah rumahnya tanpa seizinnya. "Panji!!!" teriak Furqon memanggil bodyguardnya. "Dimana orang-orang kenapa membiarkan laki-laki brengs*k ini masuk ke dalam rumahku?" "Tidak perlu memanggil mereka Pa, orang-orang yang Papa sewa sekarang sedang sibuk dengan anak buahku," sahut Fagan dengan ekspresi tenang. Dari luar terdengar suara baku hantam yang cukup keras. Furqon mendengus kasar menyadari jika kini dia tidak bisa mengandalkan delapan Bodyguard bertubuh besar yang disewanya dari sebuah agency di jakarta. "Keluar!!! Aku mengharamkan kamu menginjakkan kaki di rumahku," usir Furqon dengan dada naik turun menahan emosi yang sudah merasuki hati dan pikirannya. "Tidak, saya datang kesini atas permintaan seseorang." Fagan membantah. "Keluar atau....." Furqon melangkahkan kakinya kearaha Fagan. Namun baru dua langkah segera ditahan oleh Sarah."Pah
Read more

Kesempatan.

"Iya serius. Tapi.......?" Meizura menggantungkan kalimatnya, ditatapnya lekat wajah Fagan yang nampak gelisah menunggu kelanjutan kalimatnya. "Kita tidak bisa bersama lagi. Mari jalani hidup masing-masing."Degh........ Jantung Fagan seperti tertusuk pisau tajam. Tes..... Cairan bening merangsek keluar. Runtuh sudah air mata yang mati-matian Fagan tahan sekuat tenaga. Ibarat bom atom kalimat yang keluar dari mulut Meizura meluluhlantahkan hatinya menjadi berkeping-keping."Jangankan cinta mengingatmu pun tidak, bagaimana kita bisa bersama lagi? Apa lagi Papa dan Bunda juga sangat membencimu. Jadi,...... akan lebih baik jika kita lupakan hubungan kita di masalalu dan menjalani hidup kita masing-masing seperti yang udah terjadi." Lanjut Meizura. Bak disiram air garam luka hati yang dirasakan Fagan semakin perih dan ngilu hingga membuat pria bertubuh kekar itu sedikit terhunyung. "Tapi aku tidak bisa melupakan kamu. Setiap saat aku terus tersiksa dengan rasa rindu dan penyesalan. Tida
Read more

Mertua Vs Menantu. (Pov Author)

Hari ini semua orang kembali ke Jakarta. Sejak dari rumah sampai di pesawat Furqon berusaha menghalangi Fagan yang ingin berdekatan dengan Meizura. Pria paruh baya itu sengaja menempel pada putriny keduanya itu. Dia bajmhkan rela menahan ke kamar kecil hanya demi memastikan Fagan tidak mengambil kesempatan untuk mendekati Meizura saat di tidak ada. Hal itu membuat Sarah merasa sedikit kesal dengan sikap kekanakan suaminya itu. Sudah berulang kali dia meminta suaminya pergi ke toilet setelah melihat gelagat tidak nyaman dari tubuh suaminya. "Pah, pergilah! Aku akan pindah duduk di kursi Papa," bisik Sarah setelah mendatangi kursi suaminya. "Nggak usah, aku bisa menahannya," jawab Furqon dengan ekspresi yang di buat sedatar mungkin. "Papa yakin? Ingat kondisi papa, jangan sampai..." "Aku tidak apa-apa. Kembalilah ke kursimu!" kekeh Furqon yang langsung ditimpali dengan dengusan kasar Sarah. "Dasar batu," kesal Sarah sambil melirik sinis pada suaminya yang keras kepala suaminya. Ba
Read more

Kesempatan untuk dekat. (Pov Author)

Sudah seminggu ini setiap pagi Fagan datang ke rumah mertuanya untuk sekedar menyapa dan membawakan makanan untuk sarapan Meizura. Hal itu Fagan lakukan untuk membuat memori baru tentang dirinya bersama Meizura. Tidak bosen pria itu datang meski kedatangannya tidak mendapat sambutan yang baik dari tuan rumah. Fagan hanya bisa menunggu di depan pos security yang ada di sebelah pintu gerbang sembari menunggu Security memanggilkan Meizura. Anehnya pagi ini sudah lebih dari lima dua puluh lema menit wanita yang selalu dia rindukan itu tak kunjung datang seperti kemarin-kemarin saat dia datang."Pak, bisa minta tolong dipanggilkan lagi?" pinta Fagan sopan, pada dua security yang berjaga di dalam pos. "Ini sudah lebih dari dua puluh menit tapi istri saya belum juga keluar," sambung Fagan sedikit membungkukkan tubuhnya saat berbicara. "Mungkin Mbak Zenia belum bangun," jawab salah satu security yang ber-name tag Jono. Merasa aneh, Fagan mengerutkan dahinya. "Tumben?" ujarnya lalu melihat j
Read more

Mengulik masalalu (Pov Author)

"Mau makan sesuatu?" tanya Fagan yang dijawab gelengan oleh Meizura. "Pikirkan lagi, mungkin kamu ingin makan bakso atau martabak? Dulu saat kamu sakit kamu selalu minta dibelikan martabak atau makanan kesukaanmu yang lain." Tak menyerah Fagan bertanya lagi sambil tangannya membetulkan selimut di tubuh wanita yang berwajah agak pucat itu. "Dulu?" tanya Meziura dengan alis terangkat. "Hemm.... " Fagan mengangguk sambil tersenyum lebar. "Dulu kamu sangat manja kalau sedang sakit," ujarnya mengingat masa indah pernikahan mereka dulu. Melihat Fagan yang tersenyum membuat Meizura penasaran seperti apa masalalu mereka? Dari ekspresi wajah Fagan, seharusnya rumah tangga mereka sangat harmonis lalu kenapa mereka sampai berpisah? Pikir Meizura. "Seperti apa masalalu kita? Bisa ceritakan, waktu itu kamu kan sudah janji," tagih Meizura. "Iya, aku akan menceritakannya. Sekarang berbaringlah! Dengarkan aku sambil tiduran," perintah Fagan lalu membantu Meizura berbaring. "Pertama kali kita ber
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status