"Astaga, Mbak!" pekiknya sambil berlari lalu menaiki ranjang. "Mbak ditampar Kak Fagan? Leher Mbak juga kenapa merah, berdarah lagi?" Adiba nampak shock melihat keadaanku. "Hemmm... bisa tolong ambilkan minum! Tenggorokanku rasanya sangat kering." Adiba langsung berlari keluar kamar, setelah lima menit ia kembali dengan sebotol air mineral. "Minum dulu, Mbak." Aku tersenyum. Sepupu Mas Fagan ini memang sangat baik dan sayang padaku. "Makasih," ucapku pelan."Aku tidak menyangka Mas Fagan tega melakukan ini sama kamu Mbak." Wajah Adiba kini terlihat sedih dengan mata yang sudah berair. Aku menggelengkan kepala. "Jangan menangis, atau aku juga akan menangis." Jujur, hatiku sangat sakit. Selama ini, aku mengorbankan cita-cita dan keinginanku demi menjadi seorang istri yang baik dan penurut untuknya. Namun, apa yang kini aku dapatkan? Rasa sakit. 'Tidak hanya hatiku, tubuhku pun kamu lukai, Mas.' batinku. "Aku tidak menangis, jadi Mbak juga jangan menangis." Adiba berucap sambil m
Last Updated : 2023-04-05 Read more