Semua Bab Dinikahi tapi Tak Dicintai: Bab 31 - Bab 40

143 Bab

Kembali ke rumah (Pov Author)

Setelah perjalanan sekitar satu setengah jam, sepasang suami istri yang sedang tak bertegur sapa itu telah sampai di depan rumah mereka. Fagan membunyikan klakson untuk memanggil security rumahnya yang baru beberapa minggu ini dipekerjakannya. Demi menjamin keamanan Meizura Fagan tak segan menyewa dua satpam khusus untuk menjaga rumahnya dua puluh empat jam. Pria itu juga membayar orang untuk membangun pagar beton di sepanjang halaman rumahnya. Tak ketinggalan gerbang kokoh besi bergaya modern terpasang dengan kokoh lengkap dengan CCTV-nya fi kedua sisi. Tak lama pintu terbuka secara otomatis, nampak dua security mengangguk sopan saat mobil memasuki halaman. Meizura hampir tidak mengenali rumah yang dulu pernah ditempatinya itu karena terdapat banyak perubahan, mulai dari pagar, gerbang dan cat rumah yang berwarna hijau sehingga terlihat lebih segar. Tak hanya itu, bunga-bunga di taman depan rumah juga bertambah banyak dan beraneka ragam. Terlihat sekali taman itu terawat dengan
Baca selengkapnya

Sebuah kebenaran.

Fagan segera menuju kantor setelah selesai mengajar di sebuah universitas ternama di kotanya. Jam masih menunjukkan pukul 11 siang saat dia sampai di kantornya. Masih ada satu jam untuknya memimpin meeting hari ini sebelum kedatangan tamu yang tadi pagi menghubunginya.Fagan cukup penasaran dengan apa yang akan dikatakan orang itu tentang istrinya. Akhir-akhir ini banyak hal yang membuatnya penasaran tentang istrinya itu. "Siang Pak. Meeting hari ini akan segera di mulai," beritahu Rangga, asisten pribadi Fagan saat pria itu baru sampai di lobi kantor. Rangga sengaja berdiri di lobi untuk menunggu kedatangan atasannya itu karena rapat akan segera dimulai.Tanpa menjawab Fagan langsung masuk ke lift khusus untuk petinggi perusahaan dan di ikuti Rangga. Tak sampai lima menit pintu lift kembali terbuka, nampak sebuah ruangan rapat yang sudah di penuhi beberapa karyawan. Satu jam lebih Fagan memimpin rapat yang di selingi beberapa kali bentakan dan amarah Fagan karena tidak puas dengan
Baca selengkapnya

Kedatangan Tamu.

"Nyonya, ada tamu menunggu di luar." BI Minah melapor sesaat setelah Meizura memasukkan suapan terakhir ke mulutnya. Wanita yang dari hari ke hari makin terlihat cantik di masa kehamilannya itu sedang menikmati makan siangnya saat ini. "Siapa?" Istri Fagan itu menoleh pada Bi Minah yang sekarang sedang berdiri memegangi kursi sebelahnya. "Laki-laki, saya belum pernah ketemu. Katanya saudaranya Tuan," Meizura mengerutkan dahinya. Saudara Fagan yang mana? "Sendirian?" tanyanya lalu meminum jus jeruk buatan pembantunya itu sampai habis. "Kayaknya sama Nonton Adiba, tadi sempat saya lihat masih di dalam mobil," jawab bi Minah sembari membereskan lauk yang ada di meja makan. "Ya sudah, biar aku lihat." Meizura bangun dari duduknya lalu berjalan santai melewati ruang tamu. Dahinya langsung mengerut begitu sampai di teras rumahnya. "Raka?" gumamnya dengan tatapan memicing pada lelaki tampan yang berdiri di ujung teras. "Hai...." sapa laki-laki itu. "Bagaimana kabarmu?" Raka berjalan
Baca selengkapnya

Itu bukan anak Ardiaz.

"Cukup!!!" teriak Fagan marah."Cepat katakan!" Adiba yang berbicara, gadis berambut sebahu itu terlihat lebih penasaran ketimbang Zura. "Tutup mulutmu!" Pria yang sudah di penuhi amarah itu mengarahkan tatapannya pada Adiba. "Lebih baik sekarang kamu bawa saudaramu......." ucapan Fagan terputus. "Bayi yang dikandung Mayang bukan anak Ardiaz tapi anakku," ungkap Raka dengan suara lantang. "Apa?" Adiba spontan berdiri karena kaget "Gil*...." sambungnya mengumpat. Berbeda dengan Adiba, Meizura nampak tenang meski beberapa detik sebelumnya wanita itu sempat menampilkan ekspresi kaget. "Kamu benar-benar menantangku." Fagan mengepalkan kedua tangannya, rahangnya mengeras dengan gigi bergemelatuk. "Ha ha.... ha...." Raka tertawa sumbang, "Ya, aku menantangmu. Apalagi yang akan kamu hancurkan?Pernikahanku sudah dibatalkan untuk apa lagi aku menyembunyikan fakta ini?" ujarnya lalu mengarahkan tatapannya pada Zura yang hanya menatapnya datar. "Janin itu adalah anakku bukan anak Ardiaz.
Baca selengkapnya

Perubahan sikap Fagan.

Fagan tersenyum tipis, "Jadi menurutmu seperti itu? Bagaimana Jika posisinya di balik, aku dan Zahra saling mencintai apa yang akan kamu lakukan?" Deghh..... Tiba-tiba ada rasa nyeri yang menjalari hati Meizura mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut suaminya. 'Saling mencintai katamu? Setelah menghancurkan hidupku sekarang kamu ingin aku merestui kalian?' cibir Meizura dalam hati. "Kenapa diam? Bukankah tadi kamu sangat bersemangat membela Ardiaz? Kamu punya segudang argumen untuk membenarkan perbuatannya. Lalu sekarang bagaimana jika kamu yang di posisiku?" Fagan berusaha memprovokasi Meizura. di luar dugaan Meizura tersenyum lebar, "Aku akan merestui kalian. Silahkan bersatu dan hidup bahagia tentu saja setelah menceraikan aku," ucapnya dengan nada datar. Seolah ditampar dengan keras, wajah Fagan tiba-tiba memerah. Hatinya berdenyut nyeri dengan detak jantung yang memburu seperti baru selesai lari berkilo-kilo meter jauhnya. 'Ternyata semua yang aku lakukan selama ini tid
Baca selengkapnya

Sekecewa itukah kamu padaku?

Pukul 12 malam mobil Fagan memasuki pelataran rumahnya. Dengan langkah lebar pria bertubuh tegap itu berjalan memasuki pintu rumah. Saat mencapai ruang tengah langkahnya terhenti karena melihat lampu dapur yang masih menyala. Nampak seorang wanita paruh baya yang duduk di kursi dengan kepala yang di sandarkan di meja dapur. "Bi..." panggil Fagan tanpa mendekat. "Hah... iya tuan." Bi Minah agak terkejut dan langsung berdiri. "Maaf saya ketiduran," "Apa istrinya sudah tidur?" Tak berniat menimpali Fagan balik bertanya."Sudah Tuan. Dari jam sembilan tadi, sesuai perintah Tuan," jawab Bibi sedikit membungkukkan badannya. "Bagus," gumamnya sambil mengarahkan pandangannya ke pintu kamar sang istri. "Apa Tuan mau saya siapkan makan atau sekedar minuman hangat?" "Tidak perlu. Tadi saya sudah makan." Fagan mengeluarkan sebuah kertas dari dalam saku kemejanya. "Ini daftar makanan untuk istri saya besok. Tolong siapkan sesuai jam makannya!" "Baik Tuan." Bi Minah langsung menerima selemb
Baca selengkapnya

Menghabiskan waktu bersama Adiba

Pov Meizura. Suara nyaring alarm membangunkan aku dari buaian alam mimpi. Kucoba membuka mata namun rasanya berat. Ah... benar saja, saat kuraba kelopak mataku bengkak. Ini pasti akibat menangis semalam. Kuhela nafas panjang lalu beranjak bangun dan bersandar di kepala ranjang. Mengingat kejadian semalam membuatku merasa aneh dengan diriku sendiri. Entah kenapa aku sekarang menjadi sangat sensitif dan cengeng. Mungkinkah karena kehamilanku? Ya mungkin saja bayi yang aku kandung perempuan makanya aku jadi cengeng dan gampang tersinggung. Sudahlah, kejadian semalam sebaiknya tidak lagi aku ingat. Malu juga menunjukkan rasa sedihku di depan Mas Fagan. Pria itu pasti sedang menertawakan aku sekarang."Bodohnya kamu Zura," Aku beranjak turun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk bebersih diri lalu menjalankan kewajibanku sebagai seorang hamba Alloh. Sejak berpisah dengan Mas Fagan aku berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Dan bersyukur aku menjadi lebih tenang. Selesai ber
Baca selengkapnya

Kritis. (Pov Author)

"Ya Alloh... Bi perutku..." Aku memegangi tangan Bibi yang gemetaran. "Ya Alloh... kenapa Nya?" Bibi memegangi Meizura yang sudah melrort ke lantai. Kakinya sudah tak sanggup menopang berat tubuhnya karena rasa sakit yang teramat dalam. Fagan yang awalnya penuh amarah mendadak kaku. Matanya membelalak melihat darah segar mengalir dari paha istrinya itu. "Ya Alloh Zura..." Fagan berlari mendekat Meizura dan langsung menggendong wanita itu. "Ambilkan kunci mobil saya di Bi," perintahnya pada Bi Minah. Tanpa menunggu lama, wanita paruh baya itu langsung berlari ke arah meja ruang tengah dekat tangga. Sambil gemetaran wanita paruh baya itu mengobrak-abrik laci meja. "Ini Tuan," teriaknya sambil berlari mengejar Fagan yang sudah lebih berlari keluar. Meizura menutup mata dan mencengkeram lengan Fagan untuk menahan rasa nyeri yang teramat sakit di perutnya. ang menahan sakit di perutnya hanya bi"Bi, tolong ikut ke rumah sakit bantu pegangi istri saya!" pinta Fagan setelah merebahkan
Baca selengkapnya

Kehilangan lagi.

Pov Meizura."Fokus untuk menyelamatkan ibunya," ucap seorang wanita yang baru saja masuk kedalam ruangan yang entah siapa namanya. Aku hanya bisa melihat samar karena aku tak lagi fokus karen rasa sakit yang mendera di perutku. 'Apa maksudnya?" ucapku dalam hati. "Apa Walinya sudah setuju?" Kembali terdengar kalimat pertanyaan dari yang lain. "Iya Dok, walinya sudah mendatangani surat persetujuannya," jawab dokter wanita itu semabri menatapku iba.Degh.... Jantungku berdetak tak karuan mendenagr pembicaraan orang-orang yang ada di ruangan ini. "Baik kita mulai. Semua fokus untuk menyelamatkan ibunya. Persiapan untuk aborsi." Terdengar intruksi yang langsung di jawab oleh semua orang di ruangan dengan kata "Siap!".Tiba-tiba ada rasa nyeri menggelayut di dalam dadaku. Hatiku seperti diiris-iris mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut wanita yang aku yakini sebagai dokter.Aku ingin sekali berontak dan beranjak bangun namun lagi-lagi aku tak punya daya. Tubuhku benar-bena
Baca selengkapnya

Setelah kehilangan.

Pov Meizura. Setelah sholat shubuh dan dzikir sebentar hatiku terasa lebih tenang. Tanpa melepas mukena dan merapikan sajadah aku beralih ke sofa. Kuluruskan kakiku yang kesemutan sambil memukul-mukulnya pelan. Hanya sebentar, tanganku meraih kertas persegi empat yang ada di meja samping sofa. Foto hasil USG terakhir inilah yang satu-satunya pelipur laraku sejak satu sebulan yang lalu. Lebih tepatnya hampir dua bulan kejadian naas itu menimpaku dan hanya menyisakan duka yang sampai saat ini masih menyelimutiku. Cekle.... Pintu terbuka, nampaknMas Fagan berdiri ambang pintu sambil membawa nampan yang berisi makanan. Reflek kuarahkan mataku pada jam diatas meja samping ranjang, pukul 7 pagi. 'Pantas," gumamku dalam hati. "Waktunya sarapan!" katanya sambil berjalan masuk dan meletakkan bawaannya di meja samping. Kulirik pria itu sebentar tanpa berniat menimpali. Ya sejak pulang dari rumah sakit, aku menutup mulutku rapat. Tak hanya dengan Mas Fagan aku menolak bicara, dengan bi M
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status